Performa ternak merupakan
cerminan dari keseluruhan aktivitas tubuh ternak itu sendiri. Pengetahuan
dan pemahaman organ-organ
tubuh dan fungsinya diperlukan untuk mencapai
performan optimal yang dimiliki ternak. Dengan demikian dapat dilakukan rekayasa sehingga
tercipta manajemen pemeliharaan yang efisien
dan menghasilkan produksi optimal sesuai potensi
genetik yang dimiliki oleh ternak.
Ayam adalah
vertebrata berdarah panas dengan tingkat metabolisme yang tinggi. Temperatur
tubuh ayam relatif tinggi. Anak ayam umur sehari (day old chick, DOC) memiliki tempertur
tubuh 1200F (390C). Secara bertahap, temperatur tubuh
anak ayam akan meningkat setelah hari ke-4 sampai hari ke-10 dicapai temparatur
normal maksimal. Temperatur anak ayam rata-rata sekitar 1050F (40,6-40,70C). Temperatur tubuh ayam
meningkat sampai sore, kemudian menurun sampai tengah malam. Temperatur induk
ayam yang sedang mengeram labih rendah dibanding dengan induk ayam yang tidak
mengeram karena tingkat metabolismenya yang rendah.
A.
TATA NAMA ORGAN EKSTERIOR AYAM
Bagian organ ayam yang tampak dari luar
terdiri dari bagian kepala, leher, tubuh bagian depan, dan tubuh bagian
belakang. Di bagian kepala, terdapat paruh, jengger, cuping, pial, hidung dan telinga.
Sementara tubuh bagian depan terdapat dada dan sayap serta di bagian belakang
terletak punggung, perut, ekor, paha, betis, dan cakar.
B.
ORGAN PELINDUNG TUBUH (INTEGUMENT)
Kulit dan bulu unggas secara bersamaan
membentuk organ pelindung tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh
luar yang buruk. Fungsi kedua organ tersebut adalah sebagai berikut.
1)
Melindungi
tubuh dari luka.
2)
Memelihara
temperatur tubuh supaya tetap konstan.
3)
Sebagai
sarana untuk terbang.
4)
Sebagai
reseptor bagi rangsangan dari lingkungan luar.
1.
Kulit
Kulit pada unggas merupakan organ pelindung
tubuh yang memberikan perlindungan fisik terhadap organ-organ yang ada di
bagian yang lebih dalam. Fungsi kulit antara lain sebagai adalah :
1)
Melindungi
tubuh dari pengaruh temperatur lingkungan, yaitu panas dan dingin.
2)
Sebagai
perlindungan terhadap masuknya mikroorganisme secara langsung ke dalam tubuh.
Hal ini dikarenakan di bawah kulit terdapat lapisan lemak yang mampu mencegah
masuknya mikroorganisme.
3)
Sebagai
reseptor untuk menerima pengaruh rangsangan dari luar. Hal ini dikarenakan
terdapat ujung-ujung syaraf pada kulit.
Kulit pada unggas relatif tipis dibandingkan
dengan kulit pada mamalia. Karakteristik kulit pada unggas ditandai dengan
tidak adanya kelenjar keringat (glandula sebaccea), kecuali pada
bagian atas ekor, terdapat kelenjar minyak yang disebut pygostyle atau preen
gland (glandula uropygial). Kelenjar tersebut terdiri dari sepasang
kelenjar (bi-lobed), berbentuk alveolar bercabang, tipe holocrin.
Kelenjar tersebut pada ayam sebesar kacang kapri, sedangkan pada ungas air
tumbuh lebih besar. Sekret dari kelenjar minyak ini mengandung safoniviable lipid, nonsaponiviable lipid, dan alkohol, tetapi tanpa kolesterol.
Pada sel sekretarinya kaya akan nonspesific esterase dan asam fosfatase.
Minyak yang dihasilkan oleh kelenjar ini disebarkan ke seluruh
tubuh. Caranya, kelenjar ini di patuk dengan paruh atau disebut preening (menyisir bulu) guna meminyaki
bulu supaya tidak basah terkena air. Minyak ini terutama penting bagi unggas
air. Namun, bagi unggas yang banyak hidup di darat hal tersebut tidak begitu
penting peranannya. Pada itik, minyak yang dihasilkan ini memiliki bau dan rasa
yang sangat spesifik dan mengakibatkan cita rasa karkas (daging) kurang
disukai. Oleh karena itu, pada saat prosesing
unggas air, biasanya kelenjar ini dibuang untuk menghasilkan karkas yang
baik.
a.
Struktur kulit
Secara histologis,
kulit ayam terdiri dari dua lapisan jaringan, yaitu epidermis dan dermis.
1)
Epidermis (outer layer) adalah lapisan luar,
merupakan epitel dari kulit yang secara embrional berasal dari lapisan ekstodermal.
Epidermis ini terdiri dari epitel pipih tipis banyak lapis dan ketebalannya
tergantung letaknya pada tubuh. Bulu, paruh, kuku, dan sisik merupakan perkembengan
dari lapisan epidermis.
2)
Dermis (innerlayer) merupakan bagian utama dari
kulit yang terdiri atas jaringan ikat dan banyak mengandung serabut kolagen.
Secara embriologis, dermis ini berasal dari messodermal. Perkembangan dermis
ini membentuk jengger, cuping, dan pial.
b.
Jengger,cuping, dan
pial
Pada beberapa bagian tubuh terdapat
bagian kulit yang tanpa bulu, antara lain jengger, pial, cuping, paruh, kuku,
dan taji. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon seks sehingga
dapat dijadikan indikator karakteristik secondary
seks, sebagai accessory seksual epidermal.
Organ ini merupakan kulit yang menjulur ke bagian luar.
Pada ayam, umumnya epidermis kaya akan pembuluh darah sehingga organ ini
berwarna merah. Hormon seks jantan mengakibatkan jengger dan pial yang membesar
dan tebal serta berwarna merah.
Jengger terdapat pada bagian atas kepala. Jengger ayam jantan lebih besar daripada ayam betina. Beberapa bentuk
jengger yaitu single comb, rose comb, pea comb, cushion, butter
cup comb, strawberry comb, dan V-shaped
comb.
Selain jengger, juga
terdapat
sepasang pial pada bagian kedua sisi rahang bawah di
bagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak di
bagian bawah
telinga.
Warnanya bervariasi sesuai dengan masing-masing bangsa ayam.
Ukuran serta tekstur jengger dan pial dalam
beberapa hal memiliki peranan dalam seleksi bibit untuk menentukan
produktivitas seekor ayam betina. Hal tersebut dikarenakan kondisi organ ini
dapat dijadikan indikasi produktif atau tidaknya seekor ayam
betina.
Ayam betina yang sedang bertelur menunjukkan
jengger yang merah dan menebal serta terasa lunak dan hangat, sedangkan ayam
betina yang tidak berproduksi menunjukkan
jengger yang tipis, kering dan kasar. Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan
baik menunjukkan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih baik dibandingkan
ayam yang memiliki jengger kecil.
c.
Paruh,
kuku, paha, dan cakar
Paruh, jari dan taji bersifat menulang,
tersusun atas keratin. Pada unggas air, seperti itik, mentok dan angsa, umumnya
memiliki paruh lebih lunak dan kenyal dibandingkan ayam, disebut ceroma.
Pada bangsa ayam, kaki bagian bawah (shank)
atau cakar umumnya tertutup oleh sisik, tetapi pada bangsa tertentu, terutama
yang berbulu total (seluruh tubuh), bagian cakar tertutup oleh bulu. Sisik pada
kaki merupakan penjuluran dari corium yang padat dan terbungkus oleh epidermis
yang sangat tebal.
Kuku pada ayam sangat keras, bagian yang
paling keras terdapat pada bagian dorsal. Kuku yang keras ini disebabkan oleh
keratin yang banyak mengandung kalsium (calcified keratine).
d.
Warna
kulit
Warna pada kulit terbentuk karena adanya
pigmen. Kombinasi pigmen-pigmen yang terdapat pada lapisan atas dan bawah kulit
(epidermis dan dermis) akan menghasilkan warna tertentu. Warna kuning pada
cakar (shank) dan kulit dikarenakan adanya penimbunan lemak atau pigmen
lipokrom pada dermis dan tidak adanya pigmen melanin pada dermis dan epidermis.
Oleh karena itu, dalam praktiknya warna kuning tersebut dapat di bentuk melalui
pemberian pigmen karotenoid dalam pakan.
Pada saat ayam betina sedang berproduksi
(bertelur), pigmen kuning ini digunakan untuk pembentukan
warna kuning telur. Apabila pigmen ini tidak terdapat atau kurang dalam ransum
maka pigmen dari cakar ini akan dimobilisasi sehingga terjadi pemucatan. Oleh
karena itu, warna cakar pada bangsa ayam yang memiliki cakar kuning dapat
digunakan sebagai seleksi untuk memilih ayam yang produktif (kondisi produktif)
atau tidak.
Variasi warna cakar dan kulit kaitannya
dengan pigmen secara ringkas disajikan pada Tabel
1.
Tabel
: Kaitan Antara Pigmen Dengan Variasi Warna Kulit dan Cakar (Shank) pada Ayam
Pigmen
|
Dermis
|
Epidermis
|
Warna Kulit/Cakar
|
1.
Melanin
2.
Lipokrom
|
-
-
|
-
Ö
|
Kuning
|
1.
Melanin
2.
Lipokrom
|
Ö
Ö
|
Ö
Ö
|
Hitam
|
1.
Melanin
2.
Lipokrom
|
Ö
-
|
-
-
|
Biru
|
1.
Melanin
2.
Lipokrom
|
Ö
-
|
-
Ö
|
Hijau
|
Sumber
: Winter dan Funk (1956)
2.
Bulu
Tubuh ayam hampir seluruhnya tertutup oleh
bulu. Hal ini menjadikan berbeda dengan jenis ternak vertebrata lainnya. Bulu
tersusun dari protein yang disebut keratin. Pada ayam dewasa, bulu mengalami
pertumbuhan dan rontok secara alami. Kemudian, bulu baru tumbuh kembali dalam
suatu pola secara periodik sekitar setahun sekali di bawah pengaruh hormonal.
Proses rontok bulu disebut meluruh atau molting. Selama ayam betina
mengalami rontok bulu, produksi telur berhenti.
Bulu merupakan pertumbuhan ke arah luar dari
epidermis yang membentuk bulu penutup tubuh (plumae). Saat menetas,
tubuh anak ayam tertutup bulu kapas atau down feather. Selanjutnya, bulu
segera berganti dengan bulu yang lebih keras, disebut bulu dewasa. Fungsi bulu
bagi ternak unggas sebagai berikut :
1)
Sebagai
isolator, menjaga panas tubuh.
2)
Melindungi
tubuh dari luka dan infeksi karena gesekan langsung dengan benda keras atau
tajam.
3)
Sebagai
sarana untuk terbang.
4)
Bertindak
sebagai reseptor terhadap rangsangan dari luar.
5)
Sebagai
perhiasan untuk memikat lawan jenisnya (secundary seks feather)
6)
Pada
pemanfaatan praktis dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi kesehatan dan
menduga kemampuan bertelur.
Bobot bulu mencapai 4,9% dari total bobot
tubuh, tergantung umur, spesies, dan jenis kelamin ternak unggas. Pada kebanyakan
spesies unggas, bulu tidak tumbuh di semua permukaan kulit. Bulu
tumbuh secara teratur di daerah tertentu yang disebut feather
tract atau pterylae. Terdapat
10 pterlyae, yaitu kepala, sayap,
leher, perut, bahu, paha, dada, kaki, punggung dan ekor.
a.
Bagian-bagian
bulu
Bulu tersusun dari suatu akar yang disebut calamus dan tangkai
panjang, quill atau shaft. Pada tangkai, terdapat ranhis
untuk menjadikan bulu tegak dan keras. Barbs merupakan lanjutan dari quill,
selanjutnya barbulae merupakan lanjutan dari barbs. Sementara barbicel
merupakan lanjutan dari barbulae. Seluruh bagian tersebut, kecuali quill,
cenderung menghubungkan bagian bersama yang datar. Hubungan tersebut tidak
nyata pada dasar bulu. Kontruksinya yang tidak jelas menjadikannya bentuk
halus dan sering mengakibatkan perbedaan warna dibandingkan jaringan utama.
b.
Pertumbuhan
bulu
Saat telur menetas, anak ayam hampir tidak
memiliki bulu, kecuali ekor dan sayap. Seluruh tubuhnya hanya tertutup oleh
bulu halus yang disebut bulu kapas atau down feather. Kemudian, bulu
halus tumbuh memanjang dan sebagian partikelnya membentuk shaft.
Beberapa hari kemudian, shaft muncul dan terbentuk bulu. Sampai anak
ayam berumur 4-5 minggu, seluruh tubuh telah penuh tertutup bulu. Bulu pertama
akan rontok dan terjadi pertumbuhan bulu dewasa kelamin. Bulu yang tumbuh ini
merupakan plumae dewasa. Bulu merupakan 4-8% bobot hidup,
variasinya berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Ayam tua dan jantan
memiliki presentase yang rendah.
c.
Bentuk
bulu
Bentuk bulu dewasa dapat dibedakan menjadi
tiga tipe, yaitu plumae, plumulae, dan filoplumae.
1)
Plumae
(countour feather) adalah bulu penutup tubuh paling luar. Terdiri dari
empat bagian yang membedakannya dengan jelas yaitu (a) quill, (b) rachis
atau shaft, (c) fluff, dan (d) web.
2)
Plumulae
adalah bulu yang terletak di bagian bawah bulu penutup tubuh,
berbentuk halus dan memiliki rachis yang lebih pendek.
3)
Filoplumae
adalah bulu halus yang terletak di seluruh permukaan
tubuh.
Bulu tidak hanya bervariasi dalam ukuran,
tetapi juga bentuknya dan berhubungan dengan jenis kelamin. Gonado
hormone
memainkan peranan penting dalam variasi jenis kelamin tersebut. Pada ayam
jantan, tedapat bulu yang khas berbentuk memanjang dengan lebar bulu yang
menyempit sebagai secundary sex
feather,
yaitu bulu leher (heackle feather), bulu pinggul (sadle feather),
dan bulu sabit pada ekor (sickle feather).
d.
Warna
bulu
Ada beberapa warna bulu dan beberapa pola
warna pada bulu setiap ekor ayam. Pada beberapa hal, ada perbedaan pada warna
tergantung pada lokasi bulu di tubuh. Warna bulu dan pola bulu adalah
karakteristik genetis. Sifat yang menurun ini telah dimanfaatkan oleh ilmuan
untuk membentuk ayam yang berwarna bulunya dengan preferensi konsumen.
3.
Kepala
Kepala
ayam terdiri dari bagian jengger, mata, kelopak mata, bola mata, bulu mata,
telinga, daun telinga, pial, dan paruh.
Ada
beberapa tipe jengger, yaitu tunggal, rose, pea, cushion,
strawberry, walnut, dan v butter cup. Dari beberapa tipe jengger
tersebut, yang paling umum yaitu tunggal, rose, dan pea. Tipe
jengger sebagai akibat interaksi gena, tetapi besar jengger berhubungan dengan
perkembangan gonadal dan intensitas cahaya, yaitu natural atau artifisial.
Intensitas cahaya yang rendah mengakibatkan jengger besar.
4.
Kaki dan cakar
Cakar
dan sebagian besar kaki tertutup sisik dengan berbagai warna. Warna kuning
disebabkan oleh pigmen karotenoid dari pakan pada epidermis bila pigmen menalin
tidak ada. Variasi warna hitam sebagai akibat pigmen melanin pada dermis dan
epidermis. Apabila terdapat warna hitam pada dermis dan kuning pada epidermis,
cakar tampak berwarna kehijauan. Dalam keadaan sepenuhnya tidak terdapat kedua
pigmen tersebut, cakar berwarna putih.
Bagian
cakar dan kaki adalah hock, shank atau tulang kering atau cakar, dan toes
atau jari-jari kaki. Kebanyakan ayam memiliki 4 jari kaki di setiap kakinya,
tetapo ada beberapa bangsa ayam yang memiliki 5 jari kaki.
C.
KERANGKA
Kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang
tersusun dari banyak tulang yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai tempat
melekatnya otot. Kerangka juga berfungsi melindungi beberapa organ vital.
Sistem kerangka beintegrasi dengan sistem otot merupakan suatu proses
fisiologis yang penting dalam menunjang aktivitas unggas. Oleh karena itu, pada
saat terbang diperlukan banyak energi maka sistem kerangka pada unggas tersusun
secara sangat efisien dalam penggunaan energi. Karakteristik kerangka unggas
bersifat khas, yaitu ringan dan berisi udara. Hal ini disesuaikan dengan
kepentingan untuk bergerak cepat, berjalan, dan terbang. Anggota gerak kepala
dan leher dapat digerakkan secara bebas untuk keperluan makan, merawat bulu,
dan kepentingan pertahanan. Unsur penyusun tulang adalah kalsium fosfat (13%),
magnesium fosfat (5%), dan kalsium karbonat (2%).
Unggas adalah hewan bipedal, yaitu berdiri
pada kedua kakiya. Namun demikian, struktur dasar kerangka unggas umumnya
analog dengan mamalia. Beberapa perbedaan terdapat pada bagian tertentu, yaitu
sebagai berikut :
1)
Unggas
memiliki sepasang ekstra tulang pada daerah bahu, disebut coracoid.sepasang
tulang ini mendukung pergerakan sayap dan mendukung melekatnya sayap pada
tubuh.
2)
Tulang
leher (vertebrae cervicalis) pada unggas membentuk suatu bangun seperti
huruf S yang menghubungkan bagian kepala dengan tubuh. Tulang leher ini berbeda
jumlahnya untuk setiap jenis unggas. Pada ayam berjumlah 13-14 ruas, itik 15
ruas, dan angsa 17-18 ruas. Bentuk leher yang demikian berfungsi sebagai pegas
yang mampu mengurangi pengaruh tekanan balik dari tubuh terhadap kepala pada
saat unggas mendarat setelah terbang. Setelah itu, susunan tulang leher vyang
demikian ini juga memudahkan bagi unggas untuk menggerakkan lehernya secara bebas.
3)
Tulang
belakang atau columna vertebralis (sepanjang punggung) dan pinggul (thorasic
column) pada unggas terdiri dari beberapa tulang yang menyatu. Konformasi
punggung yang kaku ini mendukung kuat bagi melekatnya otot sayap dan pergerakan
sayap pada saat terbang.
4)
Terdapat
satu lunas yang besar. Serta tulang panggul yang kuat, dan kokoh padan ileum.
Tulang velvic tidak menyatu, sedikit terbuka atau tertutup tidak rapat,
sedangkan pada mamalia tertutup. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pegeluara
telur pada saat oviposisi. Velvic cenderung akan meluas pada saat ayam akan
bertelur dan merapat setelah selesai bertelur.
Sayap tersusun atas tulang seperti halnya
pada organ ekstremitas depan pada mamalia. Demikian pula dengan kaki, terdiri
dari tulang seperti mamalia. Akan tetapi, tulang pada metatarsus—umum dijumpai
pada mamalia—pada unggas telah bersatu dan memanjang untuk membentuk cakar.
Sistem kerangka pada unggas berkaitan dengan
sistem respirasi, beberapa tulang bersifat pneumatic, yaitu berlubang dan
berhubungan dengan sistem respirasi. Tulang-tulang ini berfungsi sebagai tempat
penampungan udara den meringankan berat tubuh saat terbang. Tulang tersebut
adalaha tengkorak, sayap, lunas, selangka, dan beberapa tulang belakang (lumbar
vertebratae dan sacral vertebratae). Apabila terjadi penyumbatan pada
trachea—sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam tubuh, tetapi salah satu
bagian dari tulang ini terbuka, misalnya tulang sayap—maka unggas tetap
bernafas.
Produksi telur pada ayam memrlukan kecukupan
kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Untuk memenuhi ini, terdapat suatu
struktur tulang uang disebut medully bones (tulang pipa), yaitu tibia,
femur, publi bones, sternum, ribs, toes, ulna, dan scapula. Tulang ini
mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus yang saling terjalin dengan
baik. Fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium. Kalsium ini dapat
dimobilisasi saat pakan kekurangan kalsium, terutama pada saat produksi telur.
Pada ayam dewasa, hampir 12% tulang merupakan tulang ini. Pada tulang rusuk,
30%-nya merupakan tulang jenis ini. Struktur tulang demikian ini tidak
ditemukan pada ayam jantan atau ayam betina yang sedang bertelur. Akan tetapi
tulang ini dapat dibentuk dengan menambah hormon esterogen. Ayam dara mulai
membentuk tulang meduler ini sekitar 10 hari menjelang pembentukan telur
pertama. Namun, cadangan kalsium pada tulang ini hanya dapat menyediakan untuk
beberapa butir telur saja. Sekitar 40% kalsium tulang ini akan hais setelah
bertelur 6 butir, bila kondisi paka kekuragan kalsium.
D.
OTOT
Unggas seperti halnya manusia memiliki tiga
jenis otot, yaitu (1) otot halus, (2) otot kardiak, (3) otot skeletal.
Otot halus adalah otot yang membangun organ
yang tidak dapat dikontrol, misalnya pencernaan. Otot kardiak adalah otot yang
membangun jantung. Dengan demikian kedua otot ini adalah otot yang tidak dapat
diperintah, kontraksinya tidak tergantung kepada faktor luar. Sementara otot
skeletel merupakan otot yang membangun sebagian besar tubuh.
Otot skeletal unggas terdiri dari tiga macam
serabut otot, yaitu serabut merah, putih, dan intermedier. Serabut merah
membentuk daging merah. Serabut otot ini mengandung okseigen mirip dengan
hemoglobin. Serabut otot putih membentih daging putih, mengandung sedikit
mioglobin. Sementara otot intermedier mengandung keduanya, yaitu serabut merah
maupun serabut putih.
Serabut otot merah terdapat pada otot yang
banyak melakukan aktivitas gerak, banyak mengandung darah, lemak, mioglobin.
Otot ini mampu memproduksi energi secara aerobik (menggunakan oksigen) sehingga
mampu melakukan aktivitas gerak secara lama. Sementara otot putih kata akan
glikogen—persenyawaan yang kaya glokusoa—yang berguna sebagai sumberenergi
setelah mengalami pembongkaran dengan cara anaerobik (tanpa oksigen).
E.
SISTEM RESPIRASI
Sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal
cavities, larynx, trachea (windpipe), syrinx (voice box), bronchi, paru-paru
kantong udara, dan udara tertentu pada tulang. Oleh karena memerlukan energi
yang sanagat banyak untuk terbang, unggas memiliki respirasi yang memungkinkan
untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar per unit hewan. Untuk
melengkapi kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi
sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan mamalia. Perbedaan pertama pada
fungsi paru-paru. Pada mamalia, otot diagfragma berfungsi mengontrol ekspansi
dan kontraksi paru-paru. Pada unggas tidak memiliki diagfragma sehingga
paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi.
Paru-paru hanya berperan sebagai tempat berlangsungnya gas dalam darah.
Unggas memiliki sistem kantong udara yang
berperan untuk menampung udara. Sebagaian besar unggas memiliki delapan kantong
udara, yaitu median servical sac, median clavicular sac dan sepasang cranial
thoracic, caudal thoracic, serta abdominal sac. Pada beberapa
unggas, terdapat dua servical sacs sehingga menambah jumlah air sac
menjadi sembilan.
Apabila unggas menarik nafas, otot inspirasi
meningkatkan volume rongga tubuh mengahasilkan suatu tekanan subatmosfir di
dalam air sac yang selanjutnya meneka udara segar ke dalam paru-paru dan
kantong udara. Selama pelepasan pernapasan, otot ekspirasi mengurangi volume
rongga tubuh untuk menekan udara keluar kantong udara dan kembali ke dalam
paru-paru, lalu keluar tubuh.
Apabila dibandingkan dengan mamalia,
paru-paru ayam relatif lebih kecil secara proporsional dengan ukuran tubuhnya.
Paru-paru tersebut mengembang dan berkontarksi hanya sedikit dan tidak terdapat
diagfragma sejati.
Paru-paru maupun kantong udara berfungsi
sebagai cooling mecanism (mekanisme pendinginan) bagi tubuh bila
kelembaman dikeluarkan lewat pernafasan dalam bentuk uap air.
Laju respirasi diatur oleh karbon dioksida
dalam darah. Apabila kandungan karbon dioksida meningkat levelnya,
meningkatpula lajunya, bervariasi antar 15-25 siklus/menit pada ayam yang
sedang istirahat.
F.
SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri dari saluran
pencernaan dan organ asesoris.saluran pencernaan merupakan organ yang
menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolik
di dalam tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, erop,
proventriculus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum, cloca, dan vent.
Sementara organ asesori terdiri dari hati dan pankreas.
1.
Mulut
Mulut
ayam tidak memiliki lidah, pipi, dan gigi. Langit-langitya lunak, tetapi
memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Rahang atas
melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergantung. Langit-langit keras
dibagi oleh celah sempit yang panjang di bagian tengah yang terbuka ke bagian
saluran nasal. Lubang ini dan tidak adanya langit-langit lunak menjadikan tidak
mungkin bagi buru untuk melakukan penghampaan untuk menghisap air ke dalam
mulut. Burung harus menyeduk air ke atas bila minum dan membiarkannya turun ke
kerongkongan oleh adanya gaya gravitasi.
Kedua
rahang berhubungan sebagai paruh. Lidah berbentuk seperti pisau yang memiliki
permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu mendorong makanan ke
esophagus. Saliva dengan enzim amilase disekresikan oleh kelenjar di mulut.
Namun, pakan melalui mulut lajunya terlalu cepat sehingga sedikit terjadi perubahan
pada pencernaan disini.
2.
Esophagus
Esophagus
atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari belakang
mulut (pharynx) ke proventriculus.
3.
Crop (Tembolok)
Sebelum
kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu
sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok). Tembolok
berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses
pencernaan disini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang
dilanjutkan aktivitasnya di tembolok.
4.
Proventriculus
Proventriculus
adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan degan gizzard
(empedal). Kadang-kadang disebut glandula stomach atau true stomach.
Disini, gastric juice diproduksi. Pepsin, suatu enzim untuk membantu
pencernaan protein, dan hydrocloric acid disekresi oleh glandular
cell. Oleh karena pakan berlalu cepat melalui proventriculus maka tidak
pencernaan material pakan disini. Akan tetapi, sekresi enzim megalir ke dalam gizzard
sehingga dapat bekerja disini.
5.
Gizzard (empedal)
Gizzard
sering kali juga disebut muscular stomach
(perut otot). Lokasinya berada di antara vetrikulus dan bagian atas usus halus.
Gizzard memiliki dua pasang otot
yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Mukosa
permukaan gizzard sangat tebal, tetapi secara tetap tererosi. Reruntuhan
gizzard tertinggal bila kosong, tetapi bila pakan masuk, otot
berkontraksi. Partikel pakan yang lebih besar menyebabkan kontraksi juga
semakin cepat. Bisasanya, gizzard mengandung material yang bersifat
menggiling, seperti gift, karang, dan batu kerikil. Partikel pakan
segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus.
Material halus akan masuk gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit,
tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk
beberapa jam.
6.
Usus halus (small intestine)
Usus
halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan arbsopsi
produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk kedalam saluran pencernaan ini
berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein, da
lemak untuk mempermudah proses absorpsi.
Pada
ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inchi atau 1,5 m. Secara anatomis,
usus halus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Segmen yang pertama, duodenum, bermula dari ujung distal gizzard. Bagian
ini berbentuk kelokan, disebut duodenal loop. Pankreas menempel pada
kelokan ini. Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang mengandung
enzim amilase, lipase, dan tripsin.
Jejenum
dan ileum merupaka segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam.
Beberapa ahli menyebut kedua segmen ini sebagai usus halus bagian bawah.
Sepanjang
permukaan lumen usus halus terdapat banyak sekali vili. Setiap vilus mengandung
pembuluh kapiler. Pada permukaan vili terdapat banyak mikrovili yang berfungsi
melakukan absopsi hasil pencernaan.
7.
Ceca (usus buntu)
Diantara
usus halus dan usus besar terdapat dua kantong yang disebut ceca (usus
buntu). Dalam keadaan normal, panjang setiap ceca sekitar 6 inci atau
15cm. Pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut yang
keluar-masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam
pencernaan. Hanya sedikit air diserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna
berkat bantuan beberapa bakteri.
8.
Usus besar
Usus
besar merupakan rectum. Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm
dengan diameter dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian
akhir usus halus ke kloaka.
9.
Kloaka
Bagian
berbentuk bulat pada akhir bagian pencernaan disebut kloaka. Kolaka berarti common
sewer atau saluran umum tempat saluran pencernaan da reproduksi bermuara.
10. Vent
Vent (anus) adalah lubang
bagian luar dari kloaka. Pada ayam betina, ukurannya sangat bervariasi karena
dipengaruhi oleh masa produksi atau tidak. Ketika bertelur, ukuran vent
lebih besar daripada saat tidak berproduksi.
11. Organ pencernaan
tambahan
Organ-organ
tertetu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi ke dalam
saluran pencernaan. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut
yaitu pankreas, lever, dan kantong empedu.
a.
Pankreas
Pankreas terletak
diantara duodenal loop pada usus halus. Pankreas merupakan suatu
kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin,
pankreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sementraa sebagai kelenjar
eksokrin, pankreas mensekresikan cairan yang diperlukan bagi proses pencernaan
di dalam usus halus, yaitu pancreatic juice. Caira ini selanjutnya
mengalir ke dalam duodenum melalui pancreatic duct (saluran pankreas),
dimana 5 enzim yang kuat membantu pencernaa pati, lemak, dan protein.
Beberapa enzim di
pankreas disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif dan menjadi aktif pada
saat berada disaluran pencernaan. Tripsinogen adalah enzim proteolitik yang
diaktifkan di dalam usus halus oleh enterokinase, suatu enzim yang disekresikan
dari mukosa usus. Tripsinogen diaktifkan kimotripsinogen menjadi kimotripsin.
Enzim yang lainnya—nuklease, lipase, dan amilase—disekresikan dalam bentuk
aktif. Beberapa enzim memutuhkan kondisi lingkungan optimal untuk dapat
berfungsi.
b.
Lever
(hati)
Dari perut dan usus halus, sebagian besar
pakan yang diserap masuk ke dalam vena portal menuju hati, suatu kelenjar
terbesar di dalam tubuh. Hati tersusun dari dua lobi besar. Fungsi fisiologis
hati sebagai berikut.
1)
Sekresi
empedu
2)
Detoksifikasi
persenyawaan racun bagi tubuh.
3)
Metabolisme
protein, karbohidrat, dan lipida.
4)
Penyimpanan
vitamin.
5)
Penyimpanan
karbohidrat.
6)
Destruksi
sel-sel darah merah.
7)
Pembentukan
protein plasma.
8)
Inaktifasi
hormon pelipeptida.
Fungsi utama hati
dalam pencernaan dan absorpsi adalah produksi empedu. Empedu penting dalam
proses penyerapan lemak pakan dan eksresi limbah produk, seperti kolesterol dan
hasil sampingan degradasi hemoglobin. Warna kehijauan empedu disebabkan karena
produk akhir destruksi sel darah merah, yaitu biliverdin dan bilirubin. Volume
empedu tergantung pada (1) aliran darah, (2) status nutrisi unggas, (3) tipe
pakan yang dikonsumsi, dan (4) sirkulasi empedu enterohepatic.
c.
Kantong
empedu (gallblader)
Ayam memiliki kantong
empedu, tetapi beberapa jenis burung tidak. Dua saluran empedu mentransfer
empedu dari hati ke usus. Saluran kanan kantong empedu terbentuk melebar,
dimana sebagian besar empedu mengalir dan kadang-kadang ditampung. Sementara
pada saluran sebelah kiri tidak melebar. Oleh karena itu, hanya sedikit empedu
yang mengalir melalui bagian ini secara langsung ke usus.
G.
SISTEM EKSKRESI
Ekskresi air dan sisia metabolik sebagaian
besar terjadi melalui ginjal. Sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah
ginjal yang bentuknya relatif besar-memanjang, berlokasi dibelakang paru-paru,
dan menempel pada tulang punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus
yang tampak dengan jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron
yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal. Fungsi utama ginjal adalah
memproduksi urine, melalui proses sebagai berikut.
1)
Filtrasi
darah sehingga air dan limbah metabolisme diekskresikan.
2)
Reabsorpsi
beberapa nutrien (misalnya glukosa dan elektrolit) yang kemeungkinan digunakan
kembali.
Dengan demikia, sel dan protein darah disarig
keluar dari darah, sedagkan filtrat melewati tubula ginjal. Air dan zat-zat
tertentu untuk tubuh sebagaian besar diabsobsi kembali, sedangkan sisa-sisa
produk yang harus dibuang dieksresikan melalui urine. Ginjal memiliki peran
kunci dalam peraturan keseimbangan asam-basa dan mempertahankan keseimbangan
osmotik cairan tubuh.
Suatu saluran, yaitu ureter menghubungkan
masing-masing ginjal dengan kloaka. Urine pada unggas terutama tersusun atas
asam urat yang bercampur dengan feses pada kloaka dan keluar sebagai kotora
berupa material berwarna putih seperti pasta.
Tabel : PROSES PENCERNAAN PADA UNGGAS
Bagian
Oragan
|
Sekresi
|
Enzim
|
Fungsi Enzim dan Kerja Enzim terhadap Pakan
|
Produk Akhir Digesti
|
Mulut
|
Saliva
|
Amilase/ptylain
|
Pati,dekstrin,dan
lubrikasi pakan
|
Dekstrin
glukosa
|
Crop
|
Mucus
|
|
Melicinkan
dan melunakkan pakan
|
|
proventrikulus
|
Gastric
juice
dan asam (HCl) (Dinding proventrikulus)
|
Pepsin
Lipase (pada karnivora)
|
Protein
|
Protease,
polipetida, peptida, asam lemak tinggi, dan gliserol.
|
Gizzard
|
|
|
Mengiling/mengaluskan
|
Pakan
halus, memperkecil ukuran partikel
|
Duodenum
(usus halus)
|
Pancreatic
juice (pankreas)
|
Tripsin,
kimotripsin
|
Protein,
protease, poptone, dan peptida
|
Pepton.
Peptida, dan asam amino.
|
|
Empedu (liver)
|
Amilopsi
(amilase)
|
Pati,
dekstrin
|
Maltosa,
dekstrin
|
|
Steapsin
(lipase)
|
Lemak
|
Asam
lemak tinggi dan gliserol
|
|
|
karbozipeptidase
|
Peptida
|
Asam
amino dan peptida
|
|
|
Kolagenase
|
Kolagen
|
Peptida
|
|
|
Cholasterol
esterase
|
Kolesterol
|
Esterifikasi
cholesterol dengan asam lemak
|
|
|
Lemak
|
Emulsi
lemak (sabun, gliserol)
|
||
Usus
halus
|
Intesitinal
juice (disekresikan
oleh dinding usus)
|
Peptidase
(erepsin)
|
Peptida
Sukrosa
|
Asam
amino dan dipeptida
|
Sukrase
(invertase)
|
Maltosa
|
Glukosa
dan fruktosa
|
||
Maltase
|
Laktosa
|
Glukosa
|
||
Laktase
|
Asam
nukleat
|
Glukosa
dan galaktosa
|
||
Polinukleotidase
|
|
Mono-nukleotida
|
||
Ceca
|
|
Aktivitas
mikroba terbatas
|
Selulose,
polisakarida, pati, gula
|
Asam
lemak mudah terbang, protein mikroba, vitamin B, dan K
|
H.
SISTEM PENCERNAAN
Darah tersusun atas caira plasma,
garam-garam, bahan kimia lainnya. Eritrosit (sel darah merah), dan leukosit
(sel darah putih). Berbeda dengan mamalia yang tanpa nukelus, sel darah merah
burung terdiri dari nukelus. Limpa berfungsi sebagai penampung eritrosit dan
mengeluarkannya ke dalam sistem peredaran darah. Darah memiliki berbagai fugsi,
yaitu sebagai berikut.
1)
Mengalirkan
oksige ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida dari sel tubuh.
2)
Menyerap
zat-zat makanan dari saluran pencernaan dan menyebarkannya ke dalam jaringan.
3)
Membawa
kembali produk sisa metabolisme sel.
4)
Membantu
hormo yang diproduksei oleh kelenjar endoktrin tertentu ke berbagai bagian
tubuh.
5)
Membantu
kandungan air jaringan tubuh.
Darah merupakan 8% dari bobot anak ayam yang
baru menetas 7% dari bobot ayam dewasa. Sel darah merah mengandung hemoglobin,
oksigen yang mengandung pigmen darah. Sekitar 30% dari volume darah merupaka
sel darah merah.
Seperti pada mamalia, jatug ayam memiliki
empat ruang yaitu, dua atria dan dua ventrikel. Laju jantung ketika berdenyut
terhitung cepat, sekitar 300 denyut/menit. Semakin kecil ayam, semakin cepat
pula denyutannya. Denyut masing-masing ayam sangat bervariasi dan sering
menjadi dua kali lipat sebagai akibat rangsangan. Denyut jantung ayam leghorn
putih dewasa sekitar 350 kali/menit, sedangkan ayam thode island red yang
bobotnya lebih berat denyut jantungnya lebih lambat, sekitar 250kali/menit.
Anak ayam umur sehari yang dijatuhkan, jantungnya dapat berdenyut lebih cepat,
mencapai 560 kali/menit.
Tekanan darah sistolik dan diastolik
meningkat dengan bertambahnya umur unggas. Ayam dewasa berkisar sekitar 75 mm
Hg dan 175 mm Hg. Sementara tekanan diastolik bervariasi sekitar 140-160 mm Hg.
Darah ayam mengandung sekitar 2,5-3,5 juta sel darah merah per mm3,
tergantung umur dan jenis kelamin. Sebagai contoh, darah ayam jantan dewasa
terdiri atas 500.000 lebih banyak sel darah merah per mm3
dibandingkan ayam betina.
Limpa yang berkaitan dengan sistem sirkulasi
terletak pada gizzard di dalam rongga perut. Organ tersebut berfungsi
sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih serta berperan
seagai tempat penampungan sel darah merah.
I.
SISTEM SARAF
Sistem saraf berperan dalam mengintegrasikan
semua fungsi-fungsi orang tubuh. Rangsangan melalui indara di integrasika dan responnya
berasal dari sistem saraf. Unsur utama sistem saraf adalah sel-sel saraf dan
prosesusnya. Sel-sel syaraf terpusat di otak, kordaspinalis, dan tempat-tempat
tertentu dalam tubuh yang disebit ganglia. Prosesus sel saraf menyusun
saraf-saraf tubuh.
Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian, yaitu
somatik dan otonomik. Bagian somatik atau serebrospinalis dari sistem saraf
pusat bertanggung jawab bagi gerakan-gerakan volunter tubuh. Sementara sistem
otonomik bertanggung jawab atas gerakan-gerakan involunter dari organ-organ
seperti usus, pembuluh darah, dan kelenjar-kelenjar.
Unggas memiliki serebral korteks atau neocortex
yang berkembang lebih baik dibandigkan hewan-hewan dengan intelegensia lebih
tinggi. Hipotalamus berperan dalam pengaturan feed intake dan water
intake, peaturan sekresi oleh pituitari anterior, dan tingkah laku
agresif.
Otak terdiri dari konsentrasi sel saraf yang
sangat padat, dasar bagi semua saraf perangsang. Pendengaran dan penglihatan
berkembang dengan baik sehingga ayam dapat mengenal warna, tetapi kemampuan
penciumannya rendah. Cita rasa yang sensitif pada ujungnya menyebabkan ayam
peka terhadap rasa pakan tertentu. Akibatnya, ayam mengetahui tipe pakan yang
disukainya.
Ayam mampu belajar sehingga dapat dilatih
untuk mengikuti prosedur fisik tertentu. Misalnya, ayam muda dapat belajar
mengetahui jumlah teman dalam satu kandang. Kemampuannya meningkat seiring
dengan bertambahnya umur.
J.
KELENJAR ENDOKTRIN
Di dalam tubuh, terdapat organ-organ tertentu
atau sel dari organ yang spesifik. Fungsinya menghasilkan produk kimiawi berupa
hormon yang mengontrol sel atau organ di bagian lain dalam tubuh. Hormon
menunjukkan variasi suatu substansi kimiawi, seperti protein dan streoid.
Beberapa hormon meningkatkan aktivitas orga tertentu dan lainnya menekan
aktivitas. Ada pula yang mempengaruhi proses metabolisme. Kelenjar yang
memproduksi hormon adalah tiroid, paratiroid, testes, ovarium, hipophisis,
pineal, adrenal, ultimobrachial body, pituitary, islet of lagerhands,
hypotalamus, dan pankreas.
Disamping kelenjar, hormon juga diproduksi
oleh gastric da mukosa usus. Fungsi da interaksi hormon bervariasi dan
banyak macamnya. Tiroksin yang diproduksi oleh tiroid berfungsi mengatur
metabolisme tubuh. Parathormon dari paratitoid mempengaruhi metabolisme kalsium
dan fosfor. Hormon dari pituitary, suatu kelenjar kecil di dasar otak, berfugsi
membantu pertumbuhan, mempengaruhi tiroid da paratiroid, mempegaruhi ovulasi, oviduct,
sifat mengeram, dan pengeluaran telur.
Hormon dari ovarium mempengaruhi penimbunan
lemak, meningkatkan pelepas kalsium dari tulang meduler, dan mempercepat
ovulasi. Zat kimiawi yang di produksi oleh adrenal membantu dalam penyimpanan
glikogen oleh hati dan mempengaruhi metabolisme mineral. Islet dari langerhans
dan beberapa sel dari pankreas memproduksi insulin da glikogen yang mengatur
penggunaan glokosa dalam aliran darah. Hormon saluran gastriotestinal
meningkatkan produksi gastric juice, pancreatic juice, dan empedu.
Tabel:
|
KELENJAR YANG MEMPRODUKSI HORMON DAN FUNGSI HORMON PADA
UNGGAS
|
Kelenjar
|
Hormon
|
Tipe
Hormon
|
Fungsi
Hormon
|
Hipofisa
(pituitari)
1.
Adenohipofisa (lobus anterior)
|
Gonadotropic
hormone.
1.
Folice stimulating hormone (FSH)
|
Protein
|
Stimulasi
pertumbuhan ovarium pada betia. Pendewasaan sperma pada pejantan
|
2.
Luteinigzin hormone (LH)
|
Protein
|
Menimbulkan
ovulasi pada betina. Berperan pada sel Leydig pada testes untuk memproduksi
androgen.
|
|
|
3.
Prolakin
|
Protein
|
Menyebabkan
mengeram pada betina. Menimbulkan sekresi susu tembolok pada merpati.
|
|
Growth
hormone (GH)
atau somatotropin (STH)
|
Protein
|
Memacu
pertumbuhan. Sintesis protein
|
|
Adrenocorticitropin
(ACTH)
|
Protein
|
Stimulasi
adrenal korteks dan pelepasan adrenal corticoid
|
|
Tryotropin
(TSH)
|
Protein
|
Stimulasi
kelenjar tiroid untuk (1) melepaskan tiriksin dan (2) absorbsi iodine
|
|
Melanotropin
(MSH)
|
Protein
|
Fungsinya
tidak diketahui pada unggas
|
|
Oxytocin
|
Protein
|
Sitmulasi
jaringan uterin
|
2.
Neurohipofisa (lobus posterior)
|
Vasootocin
|
Protein
|
Antidiuretic
hormone.
Menyebabkan kontraksi uterus untuk memulai oviposisi.
|
3.
Hipothalamus
|
Oxytocin
Vasotocin
Realising
factor
untuk :
a.
LH
b.
FSH
c.
TSH
d.
ACTH
|
Protein
Protein
|
Lihat
neurohypofisis
Lihat
neurohypofisis
Stimulasi
adenohypopysys untuk melepaskan hormon-hormonnya
|
4.
Kelenjar Tiroid
|
Tyroxine
dan triiodotyroxine
|
Protein
|
Mempengaruhi
laju metabolisme. Mempengaruhi pertumbuhan bulu dan warna.
|
5.
Kelenjar Ultimobrachial
|
Calcitonin
|
Protein
|
Metabolisme
kalsium. Berperan dalam regulasi fosfor serum
|
6.
Kelenjar paratiroid
|
Paratiroid
hormone (PTH)
|
Protein
|
Mobilisasi
kalsium dan metabolisme fosfor
|
7.
Adrenal :
a.
Cortex
b. Medulla
|
Aldosteroe
Corticosteroids
Catecholamines
1.
Adrenaline (Epinephrine)
2.
Noradrenaline (Norepinephrine)
|
Steroid
Steroid
Protein
derivative
Protein
derivative
|
Metabolisme
elektrolit dan air
Metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak.
Menimbulkan
respon syaraf simpstetik
Transmiter
syaraf
|
8.
Pankreas
|
Glukagon
Insulin
|
Protein
Protein
|
Metabolisme
protein, karbohodrat, dan lemak.
Metabolisme
protein, karbohidrat, dan lemak.
|
9.
Testes (jantan)
|
Testosterone
|
Steroid
|
Karakteristik
secundary seks, seksual behaviour, smpermatogenesis.
|
10.
Ovarium (betina)
|
Esterogen
: estradiol, estriol, estrone
|
Steroid
|
Karakteristik
secundary seks, mempengaruhi pertumbuhan, dan deposisi lemak.
Kemungkinan terlibat dalam pertumbuhan folikel terlibat dalam sintesis
albumen
|
11.
Kelenjar pineal
|
Melatonin
|
Protein
|
Fungsinya
pada unggas belum jelas
|
Sumber : Ensminger (1992)
K.
SISTEM REPRODUKSI
Sistem reproduksi pada ayam dibedakan menjadi
sistem reproduksi jantan dan sistem reproduksi betina.
1.
Jantan
Sistem
reproduksi ayam jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada dorsal area
rongga tubuh, dekat bagian akhri anterior ginjal. Testis tidak pernah turun ke
dalam skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan berwarna
kuning terang, sering pula berwarna kemerahan karena banyaknya cabang-cabang
pembuluh darah pada permukaannya.
Testis
terdiri dari sejumlah besar saluran kecil yang bergulung-gulung dan dari
lapisan-lapisannya dihasilkan sperma. Saluran tubulus seminiferus akhrinya
menuju ke ductus deferant, yaitu sebuah saluran yang berfungsi
mengalirkan sperma keluar dari tubuh. Masing-masing ducus deferant
bermuara ke dalam sebua papila kecil yang bersama berperan sebagai organ intromittent.
Papila terletak di dinding dorsal kloka.
Sebutan
organ kopulasi ridimenter pada unggas tidak ada hubungannya dengan ductus
deferant dan terletak di bagian ventral median salah satu lipatan melintang
pada kloaka. Organ ini merupakan organ rudimenter atau prosesus jantan yang
digunakan pada pembedaaan jenis kelamin (seksing) pada anak ayam dan
anak kalkun berdasarkan pengamatan pada kloaka.
Unggas
jantan merespon cahaya sama seoerti unggas betina. Memperpanjang lama hari
menyebabkan pelepasan hormon-hormon gonadotrophin dari pituitari anterior.
Dampak yang dihasilkan yaitu pembesaran testes, sekresi androgen, produksi
semen, dan merangsang perilaku hewan untuk kawin. Pejantan-pejantan harus cukup
ringan untuk memperoleh fertilitas yang maksimal. Pejantan yang terlalu berat
akan mengalami kesulitan untuk melakukkan perkawinan sehingga frekuensi
perkawinan berkurang dan fertilitas menurun.
Spermatozoa
menunjukkan bagian ujung kepala yang panjang diikuti oleh satu ekor yang
panjang. pH semen sekitar 7,0-7,4. Volume ejakulasi selama satu kali perkawinan
mencapai 1,0 ml pada permulaan hari itu dan berkurang sedikit dari 1,0 ml
setelah beberapa kali perkawinan.
2.
Betina
Sistem reproduksi
ayam betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduk. Walaupun organ
reproduksi merupakan tempat produksi sel-sel benih (germ cells), organ
tersebut juga merupakan kelenjar endoktrin.
a.
Ovarium
Pada
ayam betina terdapat sebuah ovarium, terletak pada rongga badan sebelah kiri.
Pada saat perkembangan embrionik, terdapat dua ovari, tetapi pada perkembangan
selanjutnya mengalami regresi sehingga pada saaat menetas hanya dijumpai sebuah
ovarium kiri, sedangkan yang kanan rudimenter.
Ovarium
ayam betina biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang berkembang, berwarna kuning
besar (yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai
kuning telur yang belum dewasa.
Oviduk
merupakan saluran tempat disekresikannya albumen (putih telur), membran
kerabang, dan pembentukan kerabang telur.
Pada
ayam dan kalkun yang belum dewasa, ovarium dan oviduk adalah kecil dan belum
berkembang. Perkembangan folikel-folikel ovarium dirangsang oleh follicle
stimulating hormone (FSH) dari kelenjar pituitari anterior. Hormon ini
menyebabkan ovarium berkembang dan ukuran folikel bertambah. Ovarium yang
sedang berkembang mulai mensekresikan hormon-hormon, yaitu estrogen dan
progesteron.
Estrogen
dari ovarium menyebabkan terjadinya (1) oviduk berkembang, (2) meningkatnya
kalsium darah, protein, lemak, vitamin, dan bahan-bahan lain yang diperlukan
untuk pembentukan telur; (3) tulang pubis membentang dan anus membesar.
Progesteron,
yang bekerja terhadap hormon releasing factor pada hipotalamus,
menyebabkan terlepasnya luteinizing hormone (LH) dari pituitari anterior
yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya sebuah yolk yang telah masak
dari ovarium. Progesteron juga penting untuk menjalankan fungsi oviduk. Ketika yolk
turun melalui oviduk, bahan-bahan telur lannya dibentuk disini. Pengeluaran
telur dari oviduk kemungkinan juga dipengaruhi oleh kontrol hormonal. Injeksi
esktrak pituitari posterior akan menyebabkan pengeluaran sebuah telur dari
uterus. Namun, penghilangan pituitari posterior tidak menghilangkan kemampuan
pengeluaran telur (oviposisi).
Dengan
rangsangan dari hormon gonadotropik pada pituitari, ovarium ayam yang sedang
bertelur juga mensekresikan ormon seks jantan, yaitu androgen. Hormon ini
bertanggung jawab bagi jengger berwarna merah dan pial ayam periode bertelur
yang normal serta mempengaruhi sekresi albumen oleh oviduk.
b.
Oviduk
Oviduk
ayam betinda merupaka pipa yang melipat yang sebgaian besar terletak pada sisi
bagian kiri rongga perut.
Tabel
: PENGARUH DEWASA KELAMIN DAN MELURUH TERHADAP BOBOT DAN PANJANG OVIDUK
Umur Ayam
|
Oviduk
|
|
Bobot (g)
|
Panjang (cm)
|
|
Ayam
dara umur 4 bulan
|
1,10
|
9,69
|
Ayam
dara umur 5 bulan
|
22,0
|
32,21
|
Ayam
dara setelah bertelur pertama
|
77,20
|
67,74
|
Ayam
betina meluruh sempurna
|
4,20
|
16,92
|
Sumber
: Austic dan Nesheim (1990)
Oviduk
memiliki sistem penyediaan darah yang baik dan memiliki dinding otot yang
hampir selalu bergerak selama pembentukan telur berlangsung. Pada seekor unggas
yang belum dewasa, oviduk berukuran kecil. Ukuran oviduk meningkat pada saaat
ayam produktif, dan besarnya selalu mengalami perubahan sejalan dengan
aktivitasnya. Data pada tabel tadi menunjukkan perubahan yang terjadi pada ayam
dara yang dewasa, ayam periode bertelur, dan ayam yang sedang meluruh (molting).
Oviduk
terbagi dalam lima bagian, dimulai dari ujung terdekat dengan ovarium, yaitu
(1) funne atau infundibulum, (2) magnum, dimana albumen disekresikan, (3)
isthmus, mensekresikan material pembentuk membran kerabang; (4) uterus atau
kelenjar kerabang; dan (5) vagina, saluran menuju kloaka.
L.
PERUBAHAN SELAMA PERTUMBUHAN
Tubuh ayam terdiri atas banyak sel yang
berukuran yang hampir sama. Ukurannya pada semua bangsa sama, dengan
mengabaikan bobot tubuh dewasa terakhir. Kebanyakan, peningkatan pertumbuhan
terjadi karena multiplikasi (pembelahan) sel, yaitu 1 sel membelah menjadi 2:2
menjadi 4:4 menjadi 8:8 menjadi 16, dan seterusnya. Namun, ritmik peningkatan
ini tidak kontinu dan tidak menentu karena terjadi kompetisi diantara sel untuk
mendapatkan nutrisi dan air.
Selain itu, laju pertumbuhan dan pembelahan
beberapa sel terhambat. Percepatan pertumbuhan pada burung yang lebih tua akan
lebih lambat. Perbedaan pertumbuhan pada burung yang lebih tua akan lebih
lambat. Perbedaan anatomis akibat spesialisasi sel yang menghasilkan laju
pertumbuhan berbeda untuk berbagai bagian tubuh. Sel darah, kulit, dan folikel
bulu tumbuh lebih lajut oleh bertambahnya ukuran sel daripada oleh pembelahan
sel.
Pertumbuhan kerangka berjalan cepat dan
mencapai ukuran maksimal beberapa minggu sebelum melanjutkan pertambahan bobot
tubuh. Cakar (tulang kering) ayam mencapai panjang maksimal pada umur 16-20
minggu, tetapi ukuran tubuh tidak dicapai sampai ayam berumur 40-52 minggu. Hal
ini sulit untuk memanipulasi pertumbuhan tulang daripada pertumbuhan tubuh.
Contohnya, pada ayam muda yang sedang tumbuh. Pengaruh pembatasan pakan
terhadap pertumbuhan tulang sangat kecil, tetapi akan menghambat bobot tubuh.
Setelah anak ayam menetas, sejumlah serabut
otot (sel tunggal) tidak bertambah panjang. Pertumbuhan otos dan sel saraf
lebih karena pembesaran sel daripada pembelahan sel. Ukuran maksimal serbaut
otot dikontrol dengan perbaikan genetik ayam, tetapi ukurannya dapat meningkat
atau menurun karena berbagai macam aktivitas. Otot dada yang terbentuk baik
pada burung yang berfungsi untuk menggerakkan sayap selama terbang merupakan
kekecualian.
Tingkat perlemakan pada ayam merupakan sisa
keseluruhan dari jumlah sel yang mengandung lemak. Beberapa bangsa dan galur
ayam memiliki jumlah sel lemak lebih banyak daripada lainnya. Hal tersebut
kemungkinan akibat tidak langsung dari pemuliabiakan untuk menghasilkan ayam
bertubuh besar dan karkas yang gemuk. Bobot ayam boiler yang bertambah cepat
lebih dipengaruhi karena penimbunan lemak pada sel lemak daripada peningkatan
kerangka dan serabut otot.
Apabila ayam sudah dewasa, kuning telur
(ovum) merupakan sel tunggal paling besar pada tubuh. Apabila sebutir ovum
tumbuh, ukurannya bertambah cepat. Ketika dewasa akhir, ovum dikelilingi oleh
albumen dan cangkang, kemudian dikeluarkan dari tubuh sebagai sebutir telur yang
lengkap.
M.
PERUBAHAN TUBUH SELAMA PRODUKSI TELUR
Selama bertelur dan meluruh (molting),
perubahan terjadi pada penampakan ayam, yaitu sebagai berikut.
1)
Material
berwarna kuning pada ayam berkulit kuning berkurang seiiring dengan banyaknya
telur yang diproduksi
2)
Ada
hubungan antara proses meluruh dengan produksi telur. Hubungan ini berkaitan
dengan jumlah telur yang diproduksi ayam, bersamaan dengan waktu ayam tidak
produktif ditunjukkan dengan meluruh.
1.
Meluruh (molting)
Beberapa faktor fisik berkaitan dengan
produksi telur, tetapi meluruh adalah yang paling nyata. Ayam petelur yang baik
akan bertelur beberapa butir setelah meluruh. Pada umumnya, ayam tidak
memproduksi telur bila sedang meluruh. Pada umumnya, ayam tidak memproduksi
telur bila sedang meluruh. Lama periode meluruh bervariasi. Pada ayam petelur
yang baik, meluruh lambat terjadi diakhir musim dan berlangsung cepat.
Sebaliknya, pada ayam petelur yang jelek, meluruhnya lebih awal dan berlangsung
lebih lama.
a. Urutan molting
Proses
meluruh mengikuti suatu pola atau aturan tertentu. Hal ini adalah aturan yang
menawarkan pada suatu petunjuk jumlah telur yang diproduksi oleh induk sebelum
menghentikan produksi telur dan meluruh dimulai.
1)
Body molt
Body molt adalah bulu rontok
dari berbagai tubuh dengan urutan : kepala, leher, dada, punggung, bulu kapas (fluff),
abdomen (perut), sayap, dan terakhir ekor. Beberapa kali suatu flock
mengalami rontok parsial, biasanya terjadi pada kepala, leher, dan beberapa
bulu pada sayap sebagai akibat stres atau penyakit.
2)
Wing molt
Apabila sayap burung
dilebarkan, tiga kelompok bulu akan terlihat, yaitu sebagai berikut.
a)
Primer
: terletak paling jauh dari tubuh, jumlahnya biasanya 10 helai.
b)
Sekunder
: secara normal ada 14 helai, terletak dekat dengan tubuh.
c)
Aksial
: di antara kedua bulu diatas, hanya sebuah dan pendek, disbut bulu aksial.
b. Proses meluruh pada
bulu sayap
Pada ayam, bulu sayap
tidak meluruh secara bersamaan. Apabila terjadi secara bersamaan, satu itu ayam
tanpa bulu dan tidak mampu terbang, bahkan hanya untuk jarak pendek sekalipun.
Pada kejadian bulu primer, meluruh hampir bersamaan. Bulu yang pertama meluruh
adalah bulu primer yang berdekatan dengan bulu aksial. Sisannya meluruh dengan
urutan yang teratur ke arah luar sayap. Akibatnya, bulu ini diberi nomor satu
(didepan bulu aksial) hingga ke-10 (di depan ujung sayap).
Pada keadaan normal,
sehelai bulu primer rontok dan sekitar enam minggu, bulu baru tumbuh kembali.
Dengan demikian, akan memakan waktu 16 minggu untuk melengkapi kembali bulu
primer yang rontok sampai seluruh bulu baru tumbuh sempurna.
c.
Meluruh
pada ayam petelur produksi
Ayam petelur yang
produksinya rendah merontokkan satu helai bulu primer pada satu waktu. Ayam
yang produksinya tinggi mungkin merontokkan 2-3 helai, atau kadang-kadang empat
helai bulu dalam satu waktu. Hal ini mempercepat proses meluruh karena 10 helai
bulu akan rontok dalam waktu yang singkat.
Lamanya ayam tidak
bereproduksi dapat diprediksi dengan mengamati bulu sayap ayam yang sedang
meluruh. Apabila ayam merontokkan bulunya secara teratur, sehelai bulu primer
per minggu, jumlah bulu yang rontok sama dengan lamanya ayam bertelur terakhir.
Namun, ada pula rontok pada bulu ayam yang berlangsung cepat, lebih dari
sehelai bulu pada sekali meluruh. Pada kasus tersebut, jumlah bulu yang luruh
mewakili satu minggu perhitungannya.
Apabila lebih dari
sehelai bulu primer rontok pada waktu bersamaan, saat ini pula pertumbuhan bulu
baru dimulai. Kenyataan ini akan memudahkan penentuan jmlah bulu yang rontok
setiap minggunya.
Kadang-kadang, selama
periode produksi, seekor ayam menunda produksi telur karena penyakit, iklim,
atau stres. Selama periode tersebut, ayam akan merontokkan 1-2 helai bulu
primernya atau lebih, tergantung pada lamanya ayam tidak memproduksi telur.
Pertama, akan rontok bulu primer nomor 1, kemudian diikuti bulu nomor 2, dan
seterusnya. Seringkali, ayam bereproduksi kembali sebelum bulu tumbuh lagi.
Apabila yama merontokkan bulunya nomor 1 dan 2 ketika pertengahan produksi,
maka pada akhir periode produksi, ayam tersebut akan mulai meluruh dengan
merontokkan bulu primernya nomor 3. Demikian seterusnya hingga bulu primer
nomor 10. Kemudian, bulu primer nomor 1 tumbuh kembali diikuti dengan nomor
berikutnya. Kondisi seperti ini disebut dengan partial molt.
2.
Pigmen kuning
Pada ayam berkulit
kuning, pigmen kuning dapat digunakan sebagai penentuan pola produksi dan
jumlah telur yang telah diproduksi. Warna kuning disebabkan karena pigmen xanthophyll,
suatu substansi yang mudah teroksidasi dari kulit ayam. Warna tersebut tidak sekedar
hilang, tetapi ada pola tertentu yang menggambarkan hilangnya. Contohnya,
beberapa bagian yang pucat lebih cepat daripada bagian yang lainnya. Urutan
dari daerah pertama sampai terakhir sebagai berikut.
1)
Vent (lebih cepat pucat).
2)
Eye ring (lingkaran mata).
3)
Ear lobe (bola mata).
4)
Paruh
(dasar ke ujung).
5)
Bagian
bawah kaki.
6)
Bagian
depan cakar.
7)
Bagian
belakang cakar.
8)
Persendian
dan bagian atas jari kaki.
a.
Pemucatan
Bleaching atau pemucatan
berarti oksidasi xantophyll dari jaringan ayam. Abalila ayam tidak
bertelur, xanthophyll dalam pakan cukup memadai untuk mengisi jumlah
pada jaringan. Namun, xanthophyll juga ditemukan pada kuning telur (yolk),
menjadikan (yolk) berwarna kuning. Apabila ayam bertelur dengan cepat,
sebagian besar xanthophyll dari persediaan pakan digunakan untuk
produksi pigmen kuning telur. Hanya sedikit yang digunakan untuk produksi
pigmen kuning telur dan jaringan kulit. Oleh karena itu, setelah periode
produksi telur yang lama, jaringan menjadi pucat atau putih kebiruan.
b.
Jumlah
telur mengakibatkan berbagai bagian tubuh pucat
Jumlah xanthophyll
dalam pakan menentukan kepekatan warna kuning pada kulit. Selain itu, ada
kolerasi antara jumlah telur yang diproduksi dengan terutama membuat pucat
bagian tubuh, yaitu sebagai berikut.
1)
Vent, pucat oleh telur pertama kali keluar.
2)
Eye ring (lingkaran kuning pada mata) menjadi pucat
setelah satu atau dua butir telur keluar.
3)
Ear lobe (cuping telinga), pucat setelah sembilan
atau sepuluh butir telur keluar.
4)
Paruh
: ⅓ paruh dalam, pucat setelah telur ke-11 keluar.
5)
Paruh
: ½ paruh, pucat setelah telur ke-18 keluar.
6)
Paruh
: ⅔ paruh dalam, pucat setelah telur ke-23 keluar.
7)
Paruh
:
paruh dalam, pucat setelah telur ke-29 keluar.

8)
Paruh
: seluruhnya, pucat setelah telur ke-35 keluar.
9)
Bagian
bawah kaki, pucat setelah telur ke-66 keluar.
10)
Bagian
depan cakar, pucat setelah telur ke-95 keluar.
11)
Bagian
belakang cakar, pucat setela telur ke-159 keluar.
12)
Bagian
atas kuku, pucat setelah telur ke-175 keluar.
13)
Persendian
cakar, pucat setelah telur ke-180 keluar.
c.
Mengubah
jumlah telur ke dalam waktu
Dari gambaran di
atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi telur penting untuk mengetahui
daerah yang pucat, kemudian mengubahnya ke dalam hari atau minggu produksi
berdasarkan tingkat produksi telur selama periode produksi. Contohnya, ayam
membutuhkan 35 butir telur untuk menjadikan paruh pucat secara lengkap. Apabila
melewati periode ini, ayam dala satu flock telah bertelur pada tingkat
66% berdasarkan hen day. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa waktu
yang sebenarnya digunakan untuk menjadikan pucat seluruh paruh adalah 53 hari.
Bangsa ayam tertentu
akan mempengaruhi laju pemucatan. Bangsa ayam ringa, seperti leghorn, warna
kuning akan menjadi pucat lebih cepat daripada tipe pedaging karena kulit ayam
tipe petelur lebih tipis. Apabila ayam berhenti bertelur, xanthophyll
dari pakan mulai ditimbun kembali dijaringan kulit yang telah pucat. Pigmen
akan kembali pada urutan yang sama, seperti pemucatan yang terjadi, tetapi
pemulihan warna kuning ini dua kali lebih cepat daripada waktu pemucatan.
3.
Sedikit perubahan yang diakibatkan produksi telur
Ada beberapa
perubahan lain pada ayam selama berlangsungnya produksi telur, yaitu sebagai
berikut.
1)
Vent, menjadi besar dan lembab.
2)
Tulang
pinggul (pubis) menjadi lebih tipis.
3)
Jarak
antartulang pinggul bertambah lebar.
4)
Jarak
antara tulang pinggul dan ujung tulang dada bertambah lebar.
5)
Kulit
pada tengkorak menjadi lebih tipis.
Catatan
:
|
meskipun lima hal
di atas terlihat jelas selama produksi telur, tetapi tidak dapat dijadikan
ukuran untuk mengetahui jumlah telur yang sudah diproduksi atau akan
produksi. Hal tersebut hanya untuk mengetahui apakah ayam sedang berproduksi
atau tidak.
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Austic, R.E. and M.C. Nesheim. 1990. Poultry Production. 13th Ed. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Ensminger, M.E.1991. Animal
Science. 9th Ed. The Interstate Printers and Publishers Inc.,
Denville, Illinois.
______, 1992. Poultry
Science. 2nd Ed. The Interstate Printers and Publishers Inc.,
Denville, Illinois.
Etches, R.J.1996. Reproduction
in Poultry. Univrsity Press, Cambridge.
Hess, J.B., J.S. Witt., and S.F. Bilgilli. 1997. “Textile
Fibres from Broiler Feathers?”. Word
Poultry. Volume 13. No 7.
Jull, M.A. 1996. Poultry
Husbandry. Tata Mc Grow Hill Book Company Inc., New York.
North, M.O. and D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 3rd Ed. Van
Nostrand Reinhold, New York.
Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Aym Ras di Indonesia. Margie
Group, Jakarta.
***
Artikel menarik untuk di share. Jangan lupa berkunjung ke blog tentang dunia peternakan dan hobi juga http://www.kanglalaw.web.id
ReplyDelete