Monday, April 18, 2016

ANATOMI DAN FISIOLOGI



Performa ternak merupakan cerminan dari keseluruhan aktivitas tubuh ternak itu sendiri. Pengetahuan dan pemahaman organ-organ tubuh dan fungsinya diperlukan untuk mencapai performan optimal yang dimiliki ternak. Dengan demikian dapat dilakukan rekayasa sehingga tercipta manajemen pemeliharaan yang efisien dan menghasilkan produksi optimal sesuai potensi genetik yang dimiliki oleh ternak.
Ayam adalah vertebrata berdarah panas dengan tingkat metabolisme yang tinggi. Temperatur tubuh ayam relatif tinggi. Anak ayam umur sehari (day old chick, DOC) memiliki tempertur tubuh 1200F (390C). Secara bertahap, temperatur tubuh anak ayam akan meningkat setelah hari ke-4 sampai hari ke-10 dicapai temparatur normal maksimal. Temperatur anak ayam rata-rata sekitar 1050F (40,6-40,70C). Temperatur tubuh ayam meningkat sampai sore, kemudian menurun sampai tengah malam. Temperatur induk ayam yang sedang mengeram labih rendah dibanding dengan induk ayam yang tidak mengeram karena tingkat metabolismenya yang rendah.

A.   TATA NAMA ORGAN EKSTERIOR AYAM
Bagian organ ayam yang tampak dari luar terdiri dari bagian kepala, leher, tubuh bagian depan, dan tubuh bagian belakang. Di bagian kepala, terdapat paruh, jengger, cuping, pial, hidung dan telinga. Sementara tubuh bagian depan terdapat dada dan sayap serta di bagian belakang terletak punggung, perut, ekor, paha, betis, dan cakar.

B.   ORGAN PELINDUNG TUBUH (INTEGUMENT)
Kulit dan bulu unggas secara bersamaan membentuk organ pelindung tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh luar yang buruk. Fungsi kedua organ tersebut adalah sebagai berikut.
1)        Melindungi tubuh dari luka.
2)        Memelihara temperatur tubuh supaya tetap konstan.
3)        Sebagai sarana untuk terbang.
4)        Sebagai reseptor bagi rangsangan dari lingkungan luar.

1.         Kulit
Kulit pada unggas merupakan organ pelindung tubuh yang memberikan perlindungan fisik terhadap organ-organ yang ada di bagian yang lebih dalam. Fungsi kulit antara lain sebagai adalah :
1)        Melindungi tubuh dari pengaruh temperatur lingkungan, yaitu panas dan dingin.
2)        Sebagai perlindungan terhadap masuknya mikroorganisme secara langsung ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan di bawah kulit terdapat lapisan lemak yang mampu mencegah masuknya mikroorganisme.
3)        Sebagai reseptor untuk menerima pengaruh rangsangan dari luar. Hal ini dikarenakan terdapat ujung-ujung syaraf pada kulit.

Kulit pada unggas relatif tipis dibandingkan dengan kulit pada mamalia. Karakteristik kulit pada unggas ditandai dengan tidak adanya kelenjar keringat (glandula sebaccea), kecuali pada bagian atas ekor, terdapat kelenjar minyak yang disebut pygostyle atau preen gland (glandula uropygial). Kelenjar tersebut terdiri dari sepasang kelenjar (bi-lobed), berbentuk alveolar bercabang, tipe holocrin. Kelenjar tersebut pada ayam sebesar kacang kapri, sedangkan pada ungas air tumbuh lebih besar. Sekret  dari kelenjar minyak ini mengandung safoniviable lipid, nonsaponiviable lipid, dan alkohol, tetapi tanpa kolesterol.
Pada sel sekretarinya kaya akan nonspesific esterase dan asam fosfatase. Minyak yang dihasilkan oleh kelenjar ini disebarkan ke seluruh tubuh. Caranya, kelenjar ini di patuk dengan paruh atau disebut preening (menyisir bulu) guna meminyaki bulu supaya tidak basah terkena air. Minyak ini terutama penting bagi unggas air. Namun, bagi unggas yang banyak hidup di darat hal tersebut tidak begitu penting peranannya. Pada itik, minyak yang dihasilkan ini memiliki bau dan rasa yang sangat spesifik dan mengakibatkan cita rasa karkas (daging) kurang disukai. Oleh karena itu, pada saat prosesing unggas air, biasanya kelenjar ini dibuang untuk menghasilkan karkas yang baik.

a.         Struktur kulit
Secara histologis, kulit ayam terdiri dari dua lapisan jaringan, yaitu epidermis dan dermis.
1)        Epidermis (outer layer) adalah lapisan luar, merupakan epitel dari kulit yang secara embrional berasal dari lapisan ekstodermal. Epidermis ini terdiri dari epitel pipih tipis banyak lapis dan ketebalannya tergantung letaknya pada tubuh. Bulu, paruh, kuku, dan sisik merupakan perkembengan dari lapisan epidermis.
2)        Dermis (innerlayer) merupakan bagian utama dari kulit yang terdiri atas jaringan ikat dan banyak mengandung serabut kolagen. Secara embriologis, dermis ini berasal dari messodermal. Perkembangan dermis ini membentuk jengger, cuping, dan pial.

b.         Jengger,cuping, dan pial
          Pada beberapa bagian tubuh terdapat bagian kulit yang tanpa bulu, antara lain jengger, pial, cuping, paruh, kuku, dan taji. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon seks sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik secondary seks, sebagai accessory seksual epidermal. Organ ini merupakan kulit yang menjulur ke bagian luar.
Pada ayam, umumnya epidermis kaya akan pembuluh darah sehingga organ ini berwarna merah. Hormon seks jantan mengakibatkan jengger dan pial yang membesar dan tebal serta berwarna merah.
Jengger terdapat pada bagian atas kepala. Jengger ayam jantan lebih besar daripada ayam betina. Beberapa bentuk jengger yaitu  single comb, rose comb, pea comb, cushion, butter cup comb, strawberry comb, dan V-shaped comb.
          Selain jengger, juga terdapat sepasang pial pada bagian kedua sisi rahang bawah di bagian basal paruh. Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak di bagian bawah telinga. Warnanya bervariasi sesuai dengan masing-masing bangsa ayam.
Ukuran serta tekstur jengger dan pial dalam beberapa hal memiliki peranan dalam seleksi bibit untuk menentukan produktivitas seekor ayam betina. Hal tersebut dikarenakan kondisi organ ini dapat dijadikan indikasi produktif atau tidaknya seekor ayam betina.
Ayam betina yang sedang bertelur menunjukkan jengger yang merah dan menebal serta terasa lunak dan hangat, sedangkan ayam betina yang tidak berproduksi menunjukkan jengger yang tipis, kering dan kasar. Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja produksi dan reproduksi yang lebih baik dibandingkan ayam yang memiliki jengger kecil.

c.         Paruh, kuku, paha, dan cakar
Paruh, jari dan taji bersifat menulang, tersusun atas keratin. Pada unggas air, seperti itik, mentok dan angsa, umumnya memiliki paruh lebih lunak dan kenyal dibandingkan ayam, disebut ceroma.
Pada bangsa ayam, kaki bagian bawah (shank) atau cakar umumnya tertutup oleh sisik, tetapi pada bangsa tertentu, terutama yang berbulu total (seluruh tubuh), bagian cakar tertutup oleh bulu. Sisik pada kaki merupakan penjuluran dari corium yang padat dan terbungkus oleh epidermis yang sangat tebal.
Kuku pada ayam sangat keras, bagian yang paling keras terdapat pada bagian dorsal. Kuku yang keras ini disebabkan oleh keratin yang banyak mengandung kalsium (calcified keratine).

d.         Warna kulit
Warna pada kulit terbentuk karena adanya pigmen. Kombinasi pigmen-pigmen yang terdapat pada lapisan atas dan bawah kulit (epidermis dan dermis) akan menghasilkan warna tertentu. Warna kuning pada cakar (shank) dan kulit dikarenakan adanya penimbunan lemak atau pigmen lipokrom pada dermis dan tidak adanya pigmen melanin pada dermis dan epidermis. Oleh karena itu, dalam praktiknya warna kuning tersebut dapat di bentuk melalui pemberian pigmen karotenoid dalam pakan.
Pada saat ayam betina sedang berproduksi (bertelur), pigmen kuning ini digunakan untuk pembentukan warna kuning telur. Apabila pigmen ini tidak terdapat atau kurang dalam ransum maka pigmen dari cakar ini akan dimobilisasi sehingga terjadi pemucatan. Oleh karena itu, warna cakar pada bangsa ayam yang memiliki cakar kuning dapat digunakan sebagai seleksi untuk memilih ayam yang produktif (kondisi produktif) atau tidak.
Variasi warna cakar dan kulit kaitannya dengan pigmen secara ringkas disajikan pada Tabel 1.
Tabel :      Kaitan Antara Pigmen Dengan Variasi Warna Kulit dan Cakar (Shank) pada Ayam
Pigmen
Dermis
Epidermis
Warna Kulit/Cakar
1.    Melanin
2.    Lipokrom
-
-
-
Ö
Kuning
1.    Melanin
2.    Lipokrom
Ö
Ö
Ö
Ö
Hitam
1.    Melanin
2.    Lipokrom
Ö
-
-
-
Biru
1.    Melanin
2.    Lipokrom
Ö
-
-
Ö
Hijau
Sumber : Winter dan Funk (1956)

2.         Bulu
Tubuh ayam hampir seluruhnya tertutup oleh bulu. Hal ini menjadikan berbeda dengan jenis ternak vertebrata lainnya. Bulu tersusun dari protein yang disebut keratin. Pada ayam dewasa, bulu mengalami pertumbuhan dan rontok secara alami. Kemudian, bulu baru tumbuh kembali dalam suatu pola secara periodik sekitar setahun sekali di bawah pengaruh hormonal. Proses rontok bulu disebut meluruh atau molting. Selama ayam betina mengalami rontok bulu, produksi telur berhenti.
Bulu merupakan pertumbuhan ke arah luar dari epidermis yang membentuk bulu penutup tubuh (plumae). Saat menetas, tubuh anak ayam tertutup bulu kapas atau down feather. Selanjutnya, bulu segera berganti dengan bulu yang lebih keras, disebut bulu dewasa. Fungsi bulu bagi ternak unggas sebagai berikut :
1)        Sebagai isolator, menjaga panas tubuh.
2)        Melindungi tubuh dari luka dan infeksi karena gesekan langsung dengan benda keras atau tajam.
3)        Sebagai sarana untuk terbang.
4)        Bertindak sebagai reseptor terhadap rangsangan dari luar.
5)        Sebagai perhiasan untuk memikat lawan jenisnya (secundary seks feather)
6)        Pada pemanfaatan praktis dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi kesehatan dan menduga kemampuan bertelur.

Bobot bulu mencapai 4,9% dari total bobot tubuh, tergantung umur, spesies, dan jenis kelamin ternak unggas. Pada kebanyakan spesies unggas, bulu tidak tumbuh di semua permukaan kulit. Bulu tumbuh secara teratur di daerah tertentu yang disebut feather tract atau pterylae. Terdapat 10 pterlyae, yaitu kepala, sayap, leher, perut, bahu, paha, dada, kaki, punggung dan ekor.

a.         Bagian-bagian bulu
Bulu tersusun dari suatu akar yang disebut calamus dan tangkai panjang, quill atau shaft. Pada tangkai, terdapat ranhis untuk menjadikan bulu tegak dan keras. Barbs  merupakan lanjutan dari quill, selanjutnya barbulae merupakan lanjutan dari barbs. Sementara barbicel merupakan lanjutan dari barbulae. Seluruh bagian tersebut, kecuali quill, cenderung menghubungkan bagian bersama yang datar. Hubungan tersebut tidak nyata pada dasar bulu. Kontruksinya yang tidak jelas menjadikannya bentuk halus dan sering mengakibatkan perbedaan warna dibandingkan jaringan utama.

b.         Pertumbuhan bulu
Saat telur menetas, anak ayam hampir tidak memiliki bulu, kecuali ekor dan sayap. Seluruh tubuhnya hanya tertutup oleh bulu halus yang disebut bulu kapas atau down feather. Kemudian, bulu halus tumbuh memanjang dan sebagian partikelnya membentuk shaft. Beberapa hari kemudian, shaft muncul dan terbentuk bulu. Sampai anak ayam berumur 4-5 minggu, seluruh tubuh telah penuh tertutup bulu. Bulu pertama akan rontok dan terjadi pertumbuhan bulu dewasa kelamin. Bulu yang tumbuh ini merupakan plumae dewasa. Bulu merupakan 4-8% bobot hidup, variasinya berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Ayam tua dan jantan memiliki presentase yang rendah.

c.         Bentuk bulu
Bentuk bulu dewasa dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu plumae, plumulae, dan filoplumae.
1)        Plumae (countour feather) adalah bulu penutup tubuh paling luar. Terdiri dari empat bagian yang membedakannya dengan jelas yaitu (a) quill, (b) rachis atau shaft, (c) fluff, dan (d) web.
2)        Plumulae adalah bulu yang terletak di bagian bawah bulu penutup tubuh, berbentuk halus dan memiliki rachis yang lebih pendek.
3)        Filoplumae adalah bulu halus yang terletak di seluruh permukaan tubuh.

Bulu tidak hanya bervariasi dalam ukuran, tetapi juga bentuknya dan berhubungan dengan jenis kelamin. Gonado hormone memainkan peranan penting dalam variasi jenis kelamin tersebut. Pada ayam jantan, tedapat bulu yang khas berbentuk memanjang dengan lebar bulu yang menyempit sebagai secundary sex feather, yaitu bulu leher (heackle feather), bulu pinggul (sadle feather), dan bulu sabit pada ekor (sickle feather).

d.         Warna bulu
Ada beberapa warna bulu dan beberapa pola warna pada bulu setiap ekor ayam. Pada beberapa hal, ada perbedaan pada warna tergantung pada lokasi bulu di tubuh. Warna bulu dan pola bulu adalah karakteristik genetis. Sifat yang menurun ini telah dimanfaatkan oleh ilmuan untuk membentuk ayam yang berwarna bulunya dengan preferensi konsumen.

3.    Kepala
Kepala ayam terdiri dari bagian jengger, mata, kelopak mata, bola mata, bulu mata, telinga, daun telinga, pial, dan paruh.
Ada beberapa tipe jengger, yaitu tunggal, rose, pea, cushion, strawberry, walnut, dan v butter cup. Dari beberapa tipe jengger tersebut, yang paling umum yaitu tunggal, rose, dan pea. Tipe jengger sebagai akibat interaksi gena, tetapi besar jengger berhubungan dengan perkembangan gonadal dan intensitas cahaya, yaitu natural atau artifisial. Intensitas cahaya yang rendah mengakibatkan jengger besar.

4.    Kaki dan cakar
Cakar dan sebagian besar kaki tertutup sisik dengan berbagai warna. Warna kuning disebabkan oleh pigmen karotenoid dari pakan pada epidermis bila pigmen menalin tidak ada. Variasi warna hitam sebagai akibat pigmen melanin pada dermis dan epidermis. Apabila terdapat warna hitam pada dermis dan kuning pada epidermis, cakar tampak berwarna kehijauan. Dalam keadaan sepenuhnya tidak terdapat kedua pigmen tersebut, cakar berwarna putih.
Bagian cakar dan kaki adalah hock, shank atau tulang kering atau cakar, dan toes atau jari-jari kaki. Kebanyakan ayam memiliki 4 jari kaki di setiap kakinya, tetapo ada beberapa bangsa ayam yang memiliki 5 jari kaki.

C.   KERANGKA
Kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak tulang yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai tempat melekatnya otot. Kerangka juga berfungsi melindungi beberapa organ vital. Sistem kerangka beintegrasi dengan sistem otot merupakan suatu proses fisiologis yang penting dalam menunjang aktivitas unggas. Oleh karena itu, pada saat terbang diperlukan banyak energi maka sistem kerangka pada unggas tersusun secara sangat efisien dalam penggunaan energi. Karakteristik kerangka unggas bersifat khas, yaitu ringan dan berisi udara. Hal ini disesuaikan dengan kepentingan untuk bergerak cepat, berjalan, dan terbang. Anggota gerak kepala dan leher dapat digerakkan secara bebas untuk keperluan makan, merawat bulu, dan kepentingan pertahanan. Unsur penyusun tulang adalah kalsium fosfat (13%), magnesium fosfat (5%), dan kalsium karbonat (2%).
Unggas adalah hewan bipedal, yaitu berdiri pada kedua kakiya. Namun demikian, struktur dasar kerangka unggas umumnya analog dengan mamalia. Beberapa perbedaan terdapat pada bagian tertentu, yaitu sebagai berikut :
1)    Unggas memiliki sepasang ekstra tulang pada daerah bahu, disebut coracoid.sepasang tulang ini mendukung pergerakan sayap dan mendukung melekatnya sayap pada tubuh.
2)    Tulang leher (vertebrae cervicalis) pada unggas membentuk suatu bangun seperti huruf S yang menghubungkan bagian kepala dengan tubuh. Tulang leher ini berbeda jumlahnya untuk setiap jenis unggas. Pada ayam berjumlah 13-14 ruas, itik 15 ruas, dan angsa 17-18 ruas. Bentuk leher yang demikian berfungsi sebagai pegas yang mampu mengurangi pengaruh tekanan balik dari tubuh terhadap kepala pada saat unggas mendarat setelah terbang. Setelah itu, susunan tulang leher vyang demikian ini juga memudahkan bagi unggas untuk menggerakkan lehernya secara bebas.
3)    Tulang belakang atau columna vertebralis (sepanjang punggung) dan pinggul (thorasic column) pada unggas terdiri dari beberapa tulang yang menyatu. Konformasi punggung yang kaku ini mendukung kuat bagi melekatnya otot sayap dan pergerakan sayap pada saat terbang.
4)    Terdapat satu lunas yang besar. Serta tulang panggul yang kuat, dan kokoh padan ileum. Tulang velvic tidak menyatu, sedikit terbuka atau tertutup tidak rapat, sedangkan pada mamalia tertutup. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pegeluara telur pada saat oviposisi. Velvic cenderung akan meluas pada saat ayam akan bertelur dan merapat setelah selesai bertelur.
Sayap tersusun atas tulang seperti halnya pada organ ekstremitas depan pada mamalia. Demikian pula dengan kaki, terdiri dari tulang seperti mamalia. Akan tetapi, tulang pada metatarsus—umum dijumpai pada mamalia—pada unggas telah bersatu dan memanjang untuk membentuk cakar.
Sistem kerangka pada unggas berkaitan dengan sistem respirasi, beberapa tulang bersifat pneumatic, yaitu berlubang dan berhubungan dengan sistem respirasi. Tulang-tulang ini berfungsi sebagai tempat penampungan udara den meringankan berat tubuh saat terbang. Tulang tersebut adalaha tengkorak, sayap, lunas, selangka, dan beberapa tulang belakang (lumbar vertebratae dan sacral vertebratae). Apabila terjadi penyumbatan pada trachea—sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam tubuh, tetapi salah satu bagian dari tulang ini terbuka, misalnya tulang sayap—maka unggas tetap bernafas.
Produksi telur pada ayam memrlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Untuk memenuhi ini, terdapat suatu struktur tulang uang disebut medully bones (tulang pipa), yaitu tibia, femur, publi bones, sternum, ribs, toes, ulna, dan scapula. Tulang ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus yang saling terjalin dengan baik. Fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium. Kalsium ini dapat dimobilisasi saat pakan kekurangan kalsium, terutama pada saat produksi telur. Pada ayam dewasa, hampir 12% tulang merupakan tulang ini. Pada tulang rusuk, 30%-nya merupakan tulang jenis ini. Struktur tulang demikian ini tidak ditemukan pada ayam jantan atau ayam betina yang sedang bertelur. Akan tetapi tulang ini dapat dibentuk dengan menambah hormon esterogen. Ayam dara mulai membentuk tulang meduler ini sekitar 10 hari menjelang pembentukan telur pertama. Namun, cadangan kalsium pada tulang ini hanya dapat menyediakan untuk beberapa butir telur saja. Sekitar 40% kalsium tulang ini akan hais setelah bertelur 6 butir, bila kondisi paka kekuragan kalsium.
D.   OTOT
Unggas seperti halnya manusia memiliki tiga jenis otot, yaitu (1) otot halus, (2) otot kardiak, (3) otot skeletal.
Otot halus adalah otot yang membangun organ yang tidak dapat dikontrol, misalnya pencernaan. Otot kardiak adalah otot yang membangun jantung. Dengan demikian kedua otot ini adalah otot yang tidak dapat diperintah, kontraksinya tidak tergantung kepada faktor luar. Sementara otot skeletel merupakan otot yang membangun sebagian besar tubuh.
Otot skeletal unggas terdiri dari tiga macam serabut otot, yaitu serabut merah, putih, dan intermedier. Serabut merah membentuk daging merah. Serabut otot ini mengandung okseigen mirip dengan hemoglobin. Serabut otot putih membentih daging putih, mengandung sedikit mioglobin. Sementara otot intermedier mengandung keduanya, yaitu serabut merah maupun serabut putih.
Serabut otot merah terdapat pada otot yang banyak melakukan aktivitas gerak, banyak mengandung darah, lemak, mioglobin. Otot ini mampu memproduksi energi secara aerobik (menggunakan oksigen) sehingga mampu melakukan aktivitas gerak secara lama. Sementara otot putih kata akan glikogen—persenyawaan yang kaya glokusoa—yang berguna sebagai sumberenergi setelah mengalami pembongkaran dengan cara anaerobik (tanpa oksigen).

E.   SISTEM RESPIRASI
Sistem respirasi pada ayam terdiri dari nasal cavities, larynx, trachea (windpipe), syrinx (voice box), bronchi, paru-paru kantong udara, dan udara tertentu pada tulang. Oleh karena memerlukan energi yang sanagat banyak untuk terbang, unggas memiliki respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar per unit hewan. Untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan mamalia. Perbedaan pertama pada fungsi paru-paru. Pada mamalia, otot diagfragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru. Pada unggas tidak memiliki diagfragma sehingga paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru hanya berperan sebagai tempat berlangsungnya gas dalam darah.
Unggas memiliki sistem kantong udara yang berperan untuk menampung udara. Sebagaian besar unggas memiliki delapan kantong udara, yaitu median servical sac, median clavicular sac dan sepasang cranial thoracic, caudal thoracic, serta abdominal sac. Pada beberapa unggas, terdapat dua servical sacs sehingga menambah jumlah air sac menjadi sembilan.
Apabila unggas menarik nafas, otot inspirasi meningkatkan volume rongga tubuh mengahasilkan suatu tekanan subatmosfir di dalam air sac yang selanjutnya meneka udara segar ke dalam paru-paru dan kantong udara. Selama pelepasan pernapasan, otot ekspirasi mengurangi volume rongga tubuh untuk menekan udara keluar kantong udara dan kembali ke dalam paru-paru, lalu keluar tubuh.
Apabila dibandingkan dengan mamalia, paru-paru ayam relatif lebih kecil secara proporsional dengan ukuran tubuhnya. Paru-paru tersebut mengembang dan berkontarksi hanya sedikit dan tidak terdapat diagfragma sejati.
Paru-paru maupun kantong udara berfungsi sebagai cooling mecanism (mekanisme pendinginan) bagi tubuh bila kelembaman dikeluarkan lewat pernafasan dalam bentuk uap air.
Laju respirasi diatur oleh karbon dioksida dalam darah. Apabila kandungan karbon dioksida meningkat levelnya, meningkatpula lajunya, bervariasi antar 15-25 siklus/menit pada ayam yang sedang istirahat.
F.    SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ asesoris.saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolik di dalam tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, erop, proventriculus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum, cloca, dan vent. Sementara organ asesori terdiri dari hati dan pankreas.
1.    Mulut
Mulut ayam tidak memiliki lidah, pipi, dan gigi. Langit-langitya lunak, tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Rahang atas melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergantung. Langit-langit keras dibagi oleh celah sempit yang panjang di bagian tengah yang terbuka ke bagian saluran nasal. Lubang ini dan tidak adanya langit-langit lunak menjadikan tidak mungkin bagi buru untuk melakukan penghampaan untuk menghisap air ke dalam mulut. Burung harus menyeduk air ke atas bila minum dan membiarkannya turun ke kerongkongan oleh adanya gaya gravitasi.
Kedua rahang berhubungan sebagai paruh. Lidah berbentuk seperti pisau yang memiliki permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu mendorong makanan ke esophagus. Saliva dengan enzim amilase disekresikan oleh kelenjar di mulut. Namun, pakan melalui mulut lajunya terlalu cepat sehingga sedikit terjadi perubahan pada pencernaan disini.
2.    Esophagus
Esophagus atau kerongkongan berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari belakang mulut (pharynx) ke proventriculus.
3.    Crop (Tembolok)
Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok). Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan disini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok.
4.    Proventriculus
Proventriculus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan degan gizzard (empedal). Kadang-kadang disebut glandula stomach atau true stomach. Disini, gastric juice diproduksi. Pepsin, suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hydrocloric acid disekresi oleh glandular cell. Oleh karena pakan berlalu cepat melalui proventriculus maka tidak pencernaan material pakan disini. Akan tetapi, sekresi enzim megalir ke dalam gizzard sehingga dapat bekerja disini.
5.    Gizzard (empedal)
Gizzard  sering kali juga disebut muscular stomach (perut otot). Lokasinya berada di antara vetrikulus dan bagian atas usus halus. Gizzard  memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Mukosa permukaan gizzard sangat tebal, tetapi secara tetap tererosi. Reruntuhan gizzard tertinggal bila kosong, tetapi bila pakan masuk, otot berkontraksi. Partikel pakan yang lebih besar menyebabkan kontraksi juga semakin cepat. Bisasanya, gizzard mengandung material yang bersifat menggiling, seperti gift, karang, dan batu kerikil. Partikel pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam.
6.    Usus halus (small intestine)
Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan arbsopsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk kedalam saluran pencernaan ini berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein, da lemak untuk mempermudah proses absorpsi.
Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inchi atau 1,5 m. Secara anatomis, usus halus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Segmen yang pertama, duodenum, bermula dari ujung distal gizzard. Bagian ini berbentuk kelokan, disebut duodenal loop. Pankreas menempel pada kelokan ini. Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amilase, lipase, dan tripsin.
Jejenum dan ileum merupaka segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam. Beberapa ahli menyebut kedua segmen ini sebagai usus halus bagian bawah.
Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak sekali vili. Setiap vilus mengandung pembuluh kapiler. Pada permukaan vili terdapat banyak mikrovili yang berfungsi melakukan absopsi hasil pencernaan.
7.    Ceca (usus buntu)
Diantara usus halus dan usus besar terdapat dua kantong yang disebut ceca (usus buntu). Dalam keadaan normal, panjang setiap ceca sekitar 6 inci atau 15cm. Pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut yang keluar-masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air diserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri.
8.    Usus besar
Usus besar merupakan rectum. Pada ayam dewasa, panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter dua kali usus halus. Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka.
9.    Kloaka
Bagian berbentuk bulat pada akhir bagian pencernaan disebut kloaka. Kolaka berarti common sewer atau saluran umum tempat saluran pencernaan da reproduksi bermuara.
10. Vent
Vent (anus) adalah lubang bagian luar dari kloaka. Pada ayam betina, ukurannya sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh masa produksi atau tidak. Ketika bertelur, ukuran vent lebih besar daripada saat tidak berproduksi.
11. Organ pencernaan tambahan
Organ-organ tertetu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi ke dalam saluran pencernaan. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut yaitu pankreas, lever, dan kantong empedu.

a.    Pankreas
Pankreas terletak diantara duodenal loop pada usus halus. Pankreas merupakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin, pankreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sementraa sebagai kelenjar eksokrin, pankreas mensekresikan cairan yang diperlukan bagi proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu pancreatic juice. Caira ini selanjutnya mengalir ke dalam duodenum melalui pancreatic duct (saluran pankreas), dimana 5 enzim yang kuat membantu pencernaa pati, lemak, dan protein.
Beberapa enzim di pankreas disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif dan menjadi aktif pada saat berada disaluran pencernaan. Tripsinogen adalah enzim proteolitik yang diaktifkan di dalam usus halus oleh enterokinase, suatu enzim yang disekresikan dari mukosa usus. Tripsinogen diaktifkan kimotripsinogen menjadi kimotripsin. Enzim yang lainnya—nuklease, lipase, dan amilase—disekresikan dalam bentuk aktif. Beberapa enzim memutuhkan kondisi lingkungan optimal untuk dapat berfungsi.
b.    Lever (hati)
Dari perut dan usus halus, sebagian besar pakan yang diserap masuk ke dalam vena portal menuju hati, suatu kelenjar terbesar di dalam tubuh. Hati tersusun dari dua lobi besar. Fungsi fisiologis hati sebagai berikut.
1)    Sekresi empedu
2)    Detoksifikasi persenyawaan racun bagi tubuh.
3)    Metabolisme protein, karbohidrat, dan lipida.
4)    Penyimpanan vitamin.
5)    Penyimpanan karbohidrat.
6)    Destruksi sel-sel darah merah.
7)    Pembentukan protein plasma.
8)    Inaktifasi hormon pelipeptida.
Fungsi utama hati dalam pencernaan dan absorpsi adalah produksi empedu. Empedu penting dalam proses penyerapan lemak pakan dan eksresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi hemoglobin. Warna kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir destruksi sel darah merah, yaitu biliverdin dan bilirubin. Volume empedu tergantung pada (1) aliran darah, (2) status nutrisi unggas, (3) tipe pakan yang dikonsumsi, dan (4) sirkulasi empedu enterohepatic.
c.    Kantong empedu (gallblader)
Ayam memiliki kantong empedu, tetapi beberapa jenis burung tidak. Dua saluran empedu mentransfer empedu dari hati ke usus. Saluran kanan kantong empedu terbentuk melebar, dimana sebagian besar empedu mengalir dan kadang-kadang ditampung. Sementara pada saluran sebelah kiri tidak melebar. Oleh karena itu, hanya sedikit empedu yang mengalir melalui bagian ini secara langsung ke usus.

G.   SISTEM EKSKRESI
Ekskresi air dan sisia metabolik sebagaian besar terjadi melalui ginjal. Sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar-memanjang, berlokasi dibelakang paru-paru, dan menempel pada tulang punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dengan jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal. Fungsi utama ginjal adalah memproduksi urine, melalui proses sebagai berikut.
1)    Filtrasi darah sehingga air dan limbah metabolisme diekskresikan.
2)    Reabsorpsi beberapa nutrien (misalnya glukosa dan elektrolit) yang kemeungkinan digunakan kembali.
Dengan demikia, sel dan protein darah disarig keluar dari darah, sedagkan filtrat melewati tubula ginjal. Air dan zat-zat tertentu untuk tubuh sebagaian besar diabsobsi kembali, sedangkan sisa-sisa produk yang harus dibuang dieksresikan melalui urine. Ginjal memiliki peran kunci dalam peraturan keseimbangan asam-basa dan mempertahankan keseimbangan osmotik cairan tubuh.
Suatu saluran, yaitu ureter menghubungkan masing-masing ginjal dengan kloaka. Urine pada unggas terutama tersusun atas asam urat yang bercampur dengan feses pada kloaka dan keluar sebagai kotora berupa material berwarna putih seperti pasta.
Tabel : PROSES PENCERNAAN PADA UNGGAS
Bagian Oragan
Sekresi
Enzim
Fungsi Enzim dan Kerja Enzim terhadap Pakan
Produk Akhir Digesti
Mulut
Saliva
Amilase/ptylain
Pati,dekstrin,dan lubrikasi pakan
Dekstrin glukosa
Crop
Mucus

Melicinkan dan melunakkan pakan

proventrikulus
Gastric juice dan asam (HCl) (Dinding proventrikulus)
Pepsin Lipase (pada karnivora)
Protein
Protease, polipetida, peptida, asam lemak tinggi, dan gliserol.
Gizzard


Mengiling/mengaluskan
Pakan halus, memperkecil  ukuran partikel
Duodenum (usus halus)
Pancreatic juice (pankreas)
Tripsin, kimotripsin
Protein, protease, poptone, dan peptida
Pepton. Peptida, dan asam amino.


Empedu (liver)
Amilopsi (amilase)
Pati, dekstrin
Maltosa, dekstrin

Steapsin (lipase)
Lemak
Asam lemak tinggi dan gliserol

karbozipeptidase
Peptida
Asam amino dan peptida

Kolagenase
Kolagen
Peptida

Cholasterol esterase
Kolesterol
Esterifikasi cholesterol dengan asam lemak

Lemak
Emulsi lemak (sabun, gliserol)
Usus halus
Intesitinal juice (disekresikan oleh dinding usus)
Peptidase (erepsin)
Peptida Sukrosa
Asam amino dan dipeptida
Sukrase (invertase)
Maltosa
Glukosa dan fruktosa
Maltase
Laktosa
Glukosa
Laktase
Asam nukleat
Glukosa dan galaktosa
Polinukleotidase

Mono-nukleotida
Ceca

Aktivitas mikroba terbatas
Selulose, polisakarida, pati, gula
Asam lemak mudah terbang, protein mikroba, vitamin B, dan K

H.   SISTEM PENCERNAAN
Darah tersusun atas caira plasma, garam-garam, bahan kimia lainnya. Eritrosit (sel darah merah), dan leukosit (sel darah putih). Berbeda dengan mamalia yang tanpa nukelus, sel darah merah burung terdiri dari nukelus. Limpa berfungsi sebagai penampung eritrosit dan mengeluarkannya ke dalam sistem peredaran darah. Darah memiliki berbagai fugsi, yaitu sebagai berikut.
1)    Mengalirkan oksige ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida dari sel tubuh.
2)    Menyerap zat-zat makanan dari saluran pencernaan dan menyebarkannya ke dalam jaringan.
3)    Membawa kembali produk sisa metabolisme sel.
4)    Membantu hormo yang diproduksei oleh kelenjar endoktrin tertentu ke berbagai bagian tubuh.
5)    Membantu kandungan air jaringan tubuh.
Darah merupakan 8% dari bobot anak ayam yang baru menetas 7% dari bobot ayam dewasa. Sel darah merah mengandung hemoglobin, oksigen yang mengandung pigmen darah. Sekitar 30% dari volume darah merupaka sel darah merah.
Seperti pada mamalia, jatug ayam memiliki empat ruang yaitu, dua atria dan dua ventrikel. Laju jantung ketika berdenyut terhitung cepat, sekitar 300 denyut/menit. Semakin kecil ayam, semakin cepat pula denyutannya. Denyut masing-masing ayam sangat bervariasi dan sering menjadi dua kali lipat sebagai akibat rangsangan. Denyut jantung ayam leghorn putih dewasa sekitar 350 kali/menit, sedangkan ayam thode island red yang bobotnya lebih berat denyut jantungnya lebih lambat, sekitar 250kali/menit. Anak ayam umur sehari yang dijatuhkan, jantungnya dapat berdenyut lebih cepat, mencapai 560 kali/menit.
Tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat dengan bertambahnya umur unggas. Ayam dewasa berkisar sekitar 75 mm Hg dan 175 mm Hg. Sementara tekanan diastolik bervariasi sekitar 140-160 mm Hg. Darah ayam mengandung sekitar 2,5-3,5 juta sel darah merah per mm3, tergantung umur dan jenis kelamin. Sebagai contoh, darah ayam jantan dewasa terdiri atas 500.000 lebih banyak sel darah merah per mm3 dibandingkan ayam betina.
Limpa yang berkaitan dengan sistem sirkulasi terletak pada gizzard di dalam rongga perut. Organ tersebut berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih serta berperan seagai tempat penampungan sel darah merah.

I.      SISTEM SARAF
Sistem saraf berperan dalam mengintegrasikan semua fungsi-fungsi orang tubuh. Rangsangan melalui indara di integrasika dan responnya berasal dari sistem saraf. Unsur utama sistem saraf adalah sel-sel saraf dan prosesusnya. Sel-sel syaraf terpusat di otak, kordaspinalis, dan tempat-tempat tertentu dalam tubuh yang disebit ganglia. Prosesus sel saraf menyusun saraf-saraf tubuh.
Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian, yaitu somatik dan otonomik. Bagian somatik atau serebrospinalis dari sistem saraf pusat bertanggung jawab bagi gerakan-gerakan volunter tubuh. Sementara sistem otonomik bertanggung jawab atas gerakan-gerakan involunter dari organ-organ seperti usus, pembuluh darah, dan kelenjar-kelenjar.
Unggas memiliki serebral korteks atau neocortex yang berkembang lebih baik dibandigkan hewan-hewan dengan intelegensia lebih tinggi. Hipotalamus berperan dalam pengaturan feed intake dan water intake, peaturan sekresi oleh pituitari anterior, dan tingkah laku agresif.
Otak terdiri dari konsentrasi sel saraf yang sangat padat, dasar bagi semua saraf perangsang. Pendengaran dan penglihatan berkembang dengan baik sehingga ayam dapat mengenal warna, tetapi kemampuan penciumannya rendah. Cita rasa yang sensitif pada ujungnya menyebabkan ayam peka terhadap rasa pakan tertentu. Akibatnya, ayam mengetahui tipe pakan yang disukainya.
Ayam mampu belajar sehingga dapat dilatih untuk mengikuti prosedur fisik tertentu. Misalnya, ayam muda dapat belajar mengetahui jumlah teman dalam satu kandang. Kemampuannya meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
J.    KELENJAR ENDOKTRIN
Di dalam tubuh, terdapat organ-organ tertentu atau sel dari organ yang spesifik. Fungsinya menghasilkan produk kimiawi berupa hormon yang mengontrol sel atau organ di bagian lain dalam tubuh. Hormon menunjukkan variasi suatu substansi kimiawi, seperti protein dan streoid. Beberapa hormon meningkatkan aktivitas orga tertentu dan lainnya menekan aktivitas. Ada pula yang mempengaruhi proses metabolisme. Kelenjar yang memproduksi hormon adalah tiroid, paratiroid, testes, ovarium, hipophisis, pineal, adrenal, ultimobrachial body, pituitary, islet of lagerhands, hypotalamus, dan pankreas.
Disamping kelenjar, hormon juga diproduksi oleh gastric da mukosa usus. Fungsi da interaksi hormon bervariasi dan banyak macamnya. Tiroksin yang diproduksi oleh tiroid berfungsi mengatur metabolisme tubuh. Parathormon dari paratitoid mempengaruhi metabolisme kalsium dan fosfor. Hormon dari pituitary, suatu kelenjar kecil di dasar otak, berfugsi membantu pertumbuhan, mempengaruhi tiroid da paratiroid, mempegaruhi ovulasi, oviduct, sifat mengeram, dan pengeluaran telur.
Hormon dari ovarium mempengaruhi penimbunan lemak, meningkatkan pelepas kalsium dari tulang meduler, dan mempercepat ovulasi. Zat kimiawi yang di produksi oleh adrenal membantu dalam penyimpanan glikogen oleh hati dan mempengaruhi metabolisme mineral. Islet dari langerhans dan beberapa sel dari pankreas memproduksi insulin da glikogen yang mengatur penggunaan glokosa dalam aliran darah. Hormon saluran gastriotestinal meningkatkan produksi gastric juice, pancreatic juice, dan empedu.
Tabel:
KELENJAR YANG MEMPRODUKSI HORMON DAN FUNGSI HORMON PADA UNGGAS

Kelenjar
Hormon
Tipe Hormon
Fungsi Hormon
Hipofisa (pituitari)
1.    Adenohipofisa (lobus anterior)
Gonadotropic hormone.
1.    Folice stimulating hormone (FSH)
Protein
Stimulasi pertumbuhan ovarium pada betia. Pendewasaan sperma pada pejantan
2.    Luteinigzin hormone (LH)
Protein
Menimbulkan ovulasi pada betina. Berperan pada sel Leydig pada testes untuk memproduksi androgen.

3.    Prolakin
Protein
Menyebabkan mengeram pada betina. Menimbulkan sekresi susu tembolok pada merpati.

Growth hormone (GH) atau somatotropin (STH)
Protein
Memacu pertumbuhan. Sintesis protein

Adrenocorticitropin (ACTH)
Protein
Stimulasi adrenal korteks dan pelepasan adrenal corticoid

Tryotropin (TSH)
Protein
Stimulasi kelenjar tiroid untuk (1) melepaskan tiriksin dan (2) absorbsi iodine

Melanotropin (MSH)
Protein
Fungsinya tidak diketahui pada unggas

Oxytocin
Protein
Sitmulasi jaringan uterin
2.    Neurohipofisa (lobus posterior)
Vasootocin
Protein
Antidiuretic hormone. Menyebabkan kontraksi uterus untuk memulai oviposisi.
3.    Hipothalamus
Oxytocin
Vasotocin
Realising factor untuk :
a.    LH
b.    FSH
c.    TSH
d.    ACTH
Protein
Protein
Lihat neurohypofisis
Lihat neurohypofisis

Stimulasi adenohypopysys untuk melepaskan hormon-hormonnya
4.    Kelenjar Tiroid
Tyroxine dan triiodotyroxine
Protein
Mempengaruhi laju metabolisme. Mempengaruhi pertumbuhan bulu dan warna.
5.    Kelenjar Ultimobrachial
Calcitonin
Protein
Metabolisme kalsium. Berperan dalam regulasi fosfor serum
6.    Kelenjar paratiroid
Paratiroid hormone (PTH)
Protein
Mobilisasi kalsium dan metabolisme fosfor
7.    Adrenal :
a. Cortex


b. Medulla



Aldosteroe
Corticosteroids
Catecholamines

1. Adrenaline (Epinephrine)
2. Noradrenaline (Norepinephrine)
Steroid
Steroid


Protein derivative
Protein derivative
Metabolisme elektrolit dan air
Metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Menimbulkan respon syaraf simpstetik

Transmiter syaraf
8.    Pankreas
Glukagon

Insulin
Protein

Protein
Metabolisme protein, karbohodrat, dan lemak.
Metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
9.    Testes (jantan)
Testosterone
Steroid
Karakteristik secundary seks, seksual behaviour, smpermatogenesis.
10. Ovarium (betina)
Esterogen : estradiol, estriol, estrone
Steroid
Karakteristik secundary seks, mempengaruhi pertumbuhan, dan deposisi lemak. Kemungkinan terlibat dalam pertumbuhan folikel terlibat dalam sintesis albumen
11. Kelenjar pineal
Melatonin
Protein
Fungsinya pada unggas belum jelas
Sumber : Ensminger (1992)

K.   SISTEM REPRODUKSI
Sistem reproduksi pada ayam dibedakan menjadi sistem reproduksi jantan dan sistem reproduksi betina.
1.    Jantan
Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari dua testis yang terletak pada dorsal area rongga tubuh, dekat bagian akhri anterior ginjal. Testis tidak pernah turun ke dalam skrotum eksternal seperti pada mamalia. Bentuknya elipsoid dan berwarna kuning terang, sering pula berwarna kemerahan karena banyaknya cabang-cabang pembuluh darah pada permukaannya.
Testis terdiri dari sejumlah besar saluran kecil yang bergulung-gulung dan dari lapisan-lapisannya dihasilkan sperma. Saluran tubulus seminiferus akhrinya menuju ke ductus deferant, yaitu sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan sperma keluar dari tubuh. Masing-masing ducus deferant bermuara ke dalam sebua papila kecil yang bersama berperan sebagai organ intromittent. Papila terletak di dinding dorsal kloka.
Sebutan organ kopulasi ridimenter pada unggas tidak ada hubungannya dengan ductus deferant dan terletak di bagian ventral median salah satu lipatan melintang pada kloaka. Organ ini merupakan organ rudimenter atau prosesus jantan yang digunakan pada pembedaaan jenis kelamin (seksing) pada anak ayam dan anak kalkun berdasarkan pengamatan pada kloaka.
Unggas jantan merespon cahaya sama seoerti unggas betina. Memperpanjang lama hari menyebabkan pelepasan hormon-hormon gonadotrophin dari pituitari anterior. Dampak yang dihasilkan yaitu pembesaran testes, sekresi androgen, produksi semen, dan merangsang perilaku hewan untuk kawin. Pejantan-pejantan harus cukup ringan untuk memperoleh fertilitas yang maksimal. Pejantan yang terlalu berat akan mengalami kesulitan untuk melakukkan perkawinan sehingga frekuensi perkawinan berkurang dan fertilitas menurun.
Spermatozoa menunjukkan bagian ujung kepala yang panjang diikuti oleh satu ekor yang panjang. pH semen sekitar 7,0-7,4. Volume ejakulasi selama satu kali perkawinan mencapai 1,0 ml pada permulaan hari itu dan berkurang sedikit dari 1,0 ml setelah beberapa kali perkawinan.
2.    Betina
Sistem reproduksi ayam betina terdiri dari satu ovarium dan satu oviduk. Walaupun organ reproduksi merupakan tempat produksi sel-sel benih (germ cells), organ tersebut juga merupakan kelenjar endoktrin.
a.    Ovarium
Pada ayam betina terdapat sebuah ovarium, terletak pada rongga badan sebelah kiri. Pada saat perkembangan embrionik, terdapat dua ovari, tetapi pada perkembangan selanjutnya mengalami regresi sehingga pada saaat menetas hanya dijumpai sebuah ovarium kiri, sedangkan yang kanan rudimenter.
Ovarium ayam betina biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang berkembang, berwarna kuning besar (yolk) dan sejumlah besar folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai kuning telur yang belum dewasa.
Oviduk merupakan saluran tempat disekresikannya albumen (putih telur), membran kerabang, dan pembentukan kerabang telur.
Pada ayam dan kalkun yang belum dewasa, ovarium dan oviduk adalah kecil dan belum berkembang. Perkembangan folikel-folikel ovarium dirangsang oleh follicle stimulating hormone (FSH) dari kelenjar pituitari anterior. Hormon ini menyebabkan ovarium berkembang dan ukuran folikel bertambah. Ovarium yang sedang berkembang mulai mensekresikan hormon-hormon, yaitu estrogen dan progesteron.
Estrogen dari ovarium menyebabkan terjadinya (1) oviduk berkembang, (2) meningkatnya kalsium darah, protein, lemak, vitamin, dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk pembentukan telur; (3) tulang pubis membentang dan anus membesar.
Progesteron, yang bekerja terhadap hormon releasing factor pada hipotalamus, menyebabkan terlepasnya luteinizing hormone (LH) dari pituitari anterior yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya sebuah yolk yang telah masak dari ovarium. Progesteron juga penting untuk menjalankan fungsi oviduk. Ketika yolk turun melalui oviduk, bahan-bahan telur lannya dibentuk disini. Pengeluaran telur dari oviduk kemungkinan juga dipengaruhi oleh kontrol hormonal. Injeksi esktrak pituitari posterior akan menyebabkan pengeluaran sebuah telur dari uterus. Namun, penghilangan pituitari posterior tidak menghilangkan kemampuan pengeluaran telur (oviposisi).
Dengan rangsangan dari hormon gonadotropik pada pituitari, ovarium ayam yang sedang bertelur juga mensekresikan ormon seks jantan, yaitu androgen. Hormon ini bertanggung jawab bagi jengger berwarna merah dan pial ayam periode bertelur yang normal serta mempengaruhi sekresi albumen oleh oviduk.
b.    Oviduk
Oviduk ayam betinda merupaka pipa yang melipat yang sebgaian besar terletak pada sisi bagian kiri rongga perut.
Tabel : PENGARUH DEWASA KELAMIN DAN MELURUH TERHADAP BOBOT DAN PANJANG OVIDUK
Umur Ayam
Oviduk
Bobot (g)
Panjang (cm)
Ayam dara umur 4 bulan
1,10
9,69
Ayam dara umur 5 bulan
22,0
32,21
Ayam dara setelah bertelur pertama
77,20
67,74
Ayam betina meluruh sempurna
4,20
16,92
Sumber : Austic dan Nesheim (1990)
Oviduk memiliki sistem penyediaan darah yang baik dan memiliki dinding otot yang hampir selalu bergerak selama pembentukan telur berlangsung. Pada seekor unggas yang belum dewasa, oviduk berukuran kecil. Ukuran oviduk meningkat pada saaat ayam produktif, dan besarnya selalu mengalami perubahan sejalan dengan aktivitasnya. Data pada tabel tadi menunjukkan perubahan yang terjadi pada ayam dara yang dewasa, ayam periode bertelur, dan ayam yang sedang meluruh (molting).
Oviduk terbagi dalam lima bagian, dimulai dari ujung terdekat dengan ovarium, yaitu (1) funne atau infundibulum, (2) magnum, dimana albumen disekresikan, (3) isthmus, mensekresikan material pembentuk membran kerabang; (4) uterus atau kelenjar kerabang; dan (5) vagina, saluran menuju kloaka.

L.    PERUBAHAN SELAMA PERTUMBUHAN
Tubuh ayam terdiri atas banyak sel yang berukuran yang hampir sama. Ukurannya pada semua bangsa sama, dengan mengabaikan bobot tubuh dewasa terakhir. Kebanyakan, peningkatan pertumbuhan terjadi karena multiplikasi (pembelahan) sel, yaitu 1 sel membelah menjadi 2:2 menjadi 4:4 menjadi 8:8 menjadi 16, dan seterusnya. Namun, ritmik peningkatan ini tidak kontinu dan tidak menentu karena terjadi kompetisi diantara sel untuk mendapatkan nutrisi dan air.
Selain itu, laju pertumbuhan dan pembelahan beberapa sel terhambat. Percepatan pertumbuhan pada burung yang lebih tua akan lebih lambat. Perbedaan pertumbuhan pada burung yang lebih tua akan lebih lambat. Perbedaan anatomis akibat spesialisasi sel yang menghasilkan laju pertumbuhan berbeda untuk berbagai bagian tubuh. Sel darah, kulit, dan folikel bulu tumbuh lebih lajut oleh bertambahnya ukuran sel daripada oleh pembelahan sel.
Pertumbuhan kerangka berjalan cepat dan mencapai ukuran maksimal beberapa minggu sebelum melanjutkan pertambahan bobot tubuh. Cakar (tulang kering) ayam mencapai panjang maksimal pada umur 16-20 minggu, tetapi ukuran tubuh tidak dicapai sampai ayam berumur 40-52 minggu. Hal ini sulit untuk memanipulasi pertumbuhan tulang daripada pertumbuhan tubuh. Contohnya, pada ayam muda yang sedang tumbuh. Pengaruh pembatasan pakan terhadap pertumbuhan tulang sangat kecil, tetapi akan menghambat bobot tubuh.
Setelah anak ayam menetas, sejumlah serabut otot (sel tunggal) tidak bertambah panjang. Pertumbuhan otos dan sel saraf lebih karena pembesaran sel daripada pembelahan sel. Ukuran maksimal serbaut otot dikontrol dengan perbaikan genetik ayam, tetapi ukurannya dapat meningkat atau menurun karena berbagai macam aktivitas. Otot dada yang terbentuk baik pada burung yang berfungsi untuk menggerakkan sayap selama terbang merupakan kekecualian.
Tingkat perlemakan pada ayam merupakan sisa keseluruhan dari jumlah sel yang mengandung lemak. Beberapa bangsa dan galur ayam memiliki jumlah sel lemak lebih banyak daripada lainnya. Hal tersebut kemungkinan akibat tidak langsung dari pemuliabiakan untuk menghasilkan ayam bertubuh besar dan karkas yang gemuk. Bobot ayam boiler yang bertambah cepat lebih dipengaruhi karena penimbunan lemak pada sel lemak daripada peningkatan kerangka dan serabut otot.
Apabila ayam sudah dewasa, kuning telur (ovum) merupakan sel tunggal paling besar pada tubuh. Apabila sebutir ovum tumbuh, ukurannya bertambah cepat. Ketika dewasa akhir, ovum dikelilingi oleh albumen dan cangkang, kemudian dikeluarkan dari tubuh sebagai sebutir telur yang lengkap.

M.   PERUBAHAN TUBUH SELAMA PRODUKSI TELUR
Selama bertelur dan meluruh (molting), perubahan terjadi pada penampakan ayam, yaitu sebagai berikut.
1)    Material berwarna kuning pada ayam berkulit kuning berkurang seiiring dengan banyaknya telur yang diproduksi
2)    Ada hubungan antara proses meluruh dengan produksi telur. Hubungan ini berkaitan dengan jumlah telur yang diproduksi ayam, bersamaan dengan waktu ayam tidak produktif ditunjukkan dengan meluruh.

1.     Meluruh (molting)
Beberapa faktor fisik berkaitan dengan produksi telur, tetapi meluruh adalah yang paling nyata. Ayam petelur yang baik akan bertelur beberapa butir setelah meluruh. Pada umumnya, ayam tidak memproduksi telur bila sedang meluruh. Pada umumnya, ayam tidak memproduksi telur bila sedang meluruh. Lama periode meluruh bervariasi. Pada ayam petelur yang baik, meluruh lambat terjadi diakhir musim dan berlangsung cepat. Sebaliknya, pada ayam petelur yang jelek, meluruhnya lebih awal dan berlangsung lebih lama.
a.    Urutan molting
Proses meluruh mengikuti suatu pola atau aturan tertentu. Hal ini adalah aturan yang menawarkan pada suatu petunjuk jumlah telur yang diproduksi oleh induk sebelum menghentikan produksi telur dan meluruh dimulai.
1)    Body molt
Body molt adalah bulu rontok dari berbagai tubuh dengan urutan : kepala, leher, dada, punggung, bulu kapas (fluff), abdomen (perut), sayap, dan terakhir ekor. Beberapa kali suatu flock mengalami rontok parsial, biasanya terjadi pada kepala, leher, dan beberapa bulu pada sayap sebagai akibat stres atau penyakit.
2)    Wing molt
Apabila sayap burung dilebarkan, tiga kelompok bulu akan terlihat, yaitu sebagai berikut.
a)    Primer : terletak paling jauh dari tubuh, jumlahnya biasanya 10 helai.
b)    Sekunder : secara normal ada 14 helai, terletak dekat dengan tubuh.
c)    Aksial : di antara kedua bulu diatas, hanya sebuah dan pendek, disbut bulu aksial.


b.    Proses meluruh pada bulu sayap
Pada ayam, bulu sayap tidak meluruh secara bersamaan. Apabila terjadi secara bersamaan, satu itu ayam tanpa bulu dan tidak mampu terbang, bahkan hanya untuk jarak pendek sekalipun. Pada kejadian bulu primer, meluruh hampir bersamaan. Bulu yang pertama meluruh adalah bulu primer yang berdekatan dengan bulu aksial. Sisannya meluruh dengan urutan yang teratur ke arah luar sayap. Akibatnya, bulu ini diberi nomor satu (didepan bulu aksial) hingga ke-10 (di depan ujung sayap).
Pada keadaan normal, sehelai bulu primer rontok dan sekitar enam minggu, bulu baru tumbuh kembali. Dengan demikian, akan memakan waktu 16 minggu untuk melengkapi kembali bulu primer yang rontok sampai seluruh bulu baru tumbuh sempurna.
c.    Meluruh pada ayam petelur produksi
Ayam petelur yang produksinya rendah merontokkan satu helai bulu primer pada satu waktu. Ayam yang produksinya tinggi mungkin merontokkan 2-3 helai, atau kadang-kadang empat helai bulu dalam satu waktu. Hal ini mempercepat proses meluruh karena 10 helai bulu akan rontok dalam waktu yang singkat.
Lamanya ayam tidak bereproduksi dapat diprediksi dengan mengamati bulu sayap ayam yang sedang meluruh. Apabila ayam merontokkan bulunya secara teratur, sehelai bulu primer per minggu, jumlah bulu yang rontok sama dengan lamanya ayam bertelur terakhir. Namun, ada pula rontok pada bulu ayam yang berlangsung cepat, lebih dari sehelai bulu pada sekali meluruh. Pada kasus tersebut, jumlah bulu yang luruh mewakili satu minggu perhitungannya.
Apabila lebih dari sehelai bulu primer rontok pada waktu bersamaan, saat ini pula pertumbuhan bulu baru dimulai. Kenyataan ini akan memudahkan penentuan jmlah bulu yang rontok setiap minggunya.
Kadang-kadang, selama periode produksi, seekor ayam menunda produksi telur karena penyakit, iklim, atau stres. Selama periode tersebut, ayam akan merontokkan 1-2 helai bulu primernya atau lebih, tergantung pada lamanya ayam tidak memproduksi telur. Pertama, akan rontok bulu primer nomor 1, kemudian diikuti bulu nomor 2, dan seterusnya. Seringkali, ayam bereproduksi kembali sebelum bulu tumbuh lagi. Apabila yama merontokkan bulunya nomor 1 dan 2 ketika pertengahan produksi, maka pada akhir periode produksi, ayam tersebut akan mulai meluruh dengan merontokkan bulu primernya nomor 3. Demikian seterusnya hingga bulu primer nomor 10. Kemudian, bulu primer nomor 1 tumbuh kembali diikuti dengan nomor berikutnya. Kondisi seperti ini disebut dengan partial molt.

2.     Pigmen kuning
Pada ayam berkulit kuning, pigmen kuning dapat digunakan sebagai penentuan pola produksi dan jumlah telur yang telah diproduksi. Warna kuning disebabkan karena pigmen xanthophyll, suatu substansi yang mudah teroksidasi dari kulit ayam. Warna tersebut tidak sekedar hilang, tetapi ada pola tertentu yang menggambarkan hilangnya. Contohnya, beberapa bagian yang pucat lebih cepat daripada bagian yang lainnya. Urutan dari daerah pertama sampai terakhir sebagai berikut.
1)    Vent (lebih cepat pucat).
2)    Eye ring (lingkaran mata).
3)    Ear lobe (bola mata).
4)    Paruh (dasar ke ujung).
5)    Bagian bawah kaki.
6)    Bagian depan cakar.
7)    Bagian belakang cakar.
8)    Persendian dan bagian atas jari kaki.

a.    Pemucatan
Bleaching atau pemucatan berarti oksidasi xantophyll dari jaringan ayam. Abalila ayam tidak bertelur, xanthophyll dalam pakan cukup memadai untuk mengisi jumlah pada jaringan. Namun, xanthophyll juga ditemukan pada kuning telur (yolk), menjadikan (yolk) berwarna kuning. Apabila ayam bertelur dengan cepat, sebagian besar xanthophyll dari persediaan pakan digunakan untuk produksi pigmen kuning telur. Hanya sedikit yang digunakan untuk produksi pigmen kuning telur dan jaringan kulit. Oleh karena itu, setelah periode produksi telur yang lama, jaringan menjadi pucat atau putih kebiruan.
b.    Jumlah telur mengakibatkan berbagai bagian tubuh pucat
Jumlah xanthophyll dalam pakan menentukan kepekatan warna kuning pada kulit. Selain itu, ada kolerasi antara jumlah telur yang diproduksi dengan terutama membuat pucat bagian tubuh, yaitu sebagai berikut.
1)    Vent, pucat oleh telur pertama kali keluar.
2)    Eye ring (lingkaran kuning pada mata) menjadi pucat setelah satu atau dua butir telur keluar.
3)    Ear lobe (cuping telinga), pucat setelah sembilan atau sepuluh butir telur keluar.
4)    Paruh : ⅓ paruh dalam, pucat setelah telur ke-11 keluar.
5)    Paruh : ½ paruh, pucat setelah telur ke-18 keluar.
6)    Paruh : ⅔ paruh dalam, pucat setelah telur ke-23 keluar.
7)    Paruh :  paruh dalam, pucat setelah telur ke-29 keluar.
8)    Paruh : seluruhnya, pucat setelah telur ke-35 keluar.
9)    Bagian bawah kaki, pucat setelah telur ke-66 keluar.
10) Bagian depan cakar, pucat setelah telur ke-95 keluar.
11) Bagian belakang cakar, pucat setela telur ke-159 keluar.
12) Bagian atas kuku, pucat setelah telur ke-175 keluar.
13) Persendian cakar, pucat setelah telur ke-180 keluar.

c.    Mengubah jumlah telur ke dalam waktu
Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi telur penting untuk mengetahui daerah yang pucat, kemudian mengubahnya ke dalam hari atau minggu produksi berdasarkan tingkat produksi telur selama periode produksi. Contohnya, ayam membutuhkan 35 butir telur untuk menjadikan paruh pucat secara lengkap. Apabila melewati periode ini, ayam dala satu flock telah bertelur pada tingkat 66% berdasarkan hen day. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa waktu yang sebenarnya digunakan untuk menjadikan pucat seluruh paruh adalah 53 hari.
Bangsa ayam tertentu akan mempengaruhi laju pemucatan. Bangsa ayam ringa, seperti leghorn, warna kuning akan menjadi pucat lebih cepat daripada tipe pedaging karena kulit ayam tipe petelur lebih tipis. Apabila ayam berhenti bertelur, xanthophyll dari pakan mulai ditimbun kembali dijaringan kulit yang telah pucat. Pigmen akan kembali pada urutan yang sama, seperti pemucatan yang terjadi, tetapi pemulihan warna kuning ini dua kali lebih cepat daripada waktu pemucatan.
3.     Sedikit perubahan yang diakibatkan produksi telur
Ada beberapa perubahan lain pada ayam selama berlangsungnya produksi telur, yaitu sebagai berikut.
1)    Vent, menjadi besar dan lembab.
2)    Tulang pinggul (pubis) menjadi lebih tipis.
3)    Jarak antartulang pinggul bertambah lebar.
4)    Jarak antara tulang pinggul dan ujung tulang dada bertambah lebar.
5)    Kulit pada tengkorak menjadi lebih tipis.

Catatan :
meskipun lima hal di atas terlihat jelas selama produksi telur, tetapi tidak dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui jumlah telur yang sudah diproduksi atau akan produksi. Hal tersebut hanya untuk mengetahui apakah ayam sedang berproduksi atau tidak.





DAFTAR PUSTAKA
Austic, R.E. and M.C. Nesheim. 1990. Poultry Production. 13th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.
Ensminger, M.E.1991. Animal Science. 9th Ed. The Interstate Printers and Publishers Inc., Denville, Illinois.
______, 1992. Poultry Science. 2nd Ed. The Interstate Printers and Publishers Inc., Denville, Illinois.
Etches, R.J.1996. Reproduction in Poultry. Univrsity Press, Cambridge.
Hess, J.B., J.S. Witt., and S.F. Bilgilli. 1997. “Textile Fibres from Broiler Feathers?”. Word Poultry. Volume 13. No 7.
Jull, M.A. 1996. Poultry Husbandry. Tata Mc Grow Hill Book Company Inc., New York.
North, M.O. and D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 3rd Ed. Van Nostrand Reinhold, New York.
Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Aym Ras di Indonesia. Margie Group, Jakarta.
***

1 comment:

  1. Artikel menarik untuk di share. Jangan lupa berkunjung ke blog tentang dunia peternakan dan hobi juga http://www.kanglalaw.web.id

    ReplyDelete