Mata Kuliah : Teknologi Pengolahan
Limbah Dosen : Dr. Zulfikar
Laporan
Pratikum Teknologi Pengolahan Hasil Ikutan Dan Limbah Olahan Peternakan
“GELATIN”
Indra
Rahmana
11281100520
Peternakan
IV/A
Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru

KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan
keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pratikum dengan judul “Pembuatan Gelatin”.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Zulfikar sebagai dosen mata kuliah teknologi pengolahan
hasil ikutan dan limbah olahan peternakan yang telah banyak memberikan bimbingan,
petunjuk dan motivasi sampai selesainya laporan pratikum ini.
Akhirnya
penulis sangat mengharapkan agar hasil laporan pratikum ini bermanfaat bagi kita semua baik
untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
Pekanbaru,
15
juni 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1. Latar
belakang .............................................................................................. 1
1.1.Pengertian
gelatin ................................................................................... 1
1.2.Sejarah
pembuatan gelatin pertama kali .................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2. Penggunaan
gelatin ....................................................................................... 4
BAB III Materi Dan
Metode
3.1.
tempat dan waktu .............................................................................................. 6
3.2.
bahan dan alat .................................................................................................... 6
3.3.
cara pembuatan gelatin ...................................................................................... 6
3.4.
manfaat gelatin dan jenis – jenis produk yang menggunakannya ...................... 10
Daftar
pustaka .......................................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
1.1.
Pengertian
Gelatin
Selama ini banyak beredar bahan makanan,
minuman ataupun obat-obatan berupa kapsul dan tablet, yang menggunakan gelatin.
Beberapa contoh peranan penting gelatin di dalam industri makanan antara lain
peranannya pada jenis produk permen, jenis produk bakery, dan jenis produk
daging olahan. (Kirk & Othmer, 1966)
Tetapi asal tulang atau kulit yang
digunakan sebagai bahan baku gelatin sering tidak diketahui spesiesnya.Terlebih
lagi untuk keperluan industri, Indonesia setiap tahun mengimport gelatin dalam
jumlah yang cukup banyak. Dan telah diketahui bahwa di luar negeri sendiri,
sebanyak 70% gelatinnya terbuat dari kulit atau tulang babi. Tidak dapat kita
pungkiri bahwa pembuatan gelatin dari babi memang jauh lebih murah dibandingkan
dengan gelatin yang berbahan baku kulit atau tulang binatang lainnya. Namun
tentunya hal ini menimbulkan keraguan halal atau tidaknya bagi masyarakat kita
yang sebagian besar umat islam. Maka dengan adanya gelatin yang berbahan baku
kulit sapi ini dimungkinkan dapat mengurangi kebutuhan import gelatin dan
masyarakan dapat menghilangkan keraguan tentang halal atau tidaknya suatu
produk yang menggunakan gelatin sebagai bahan tambahannya. Didalam kulit sapi
mengandung protein yang secara fisiknya dalam bentuk kolagen dan apabila
kolagen ini diekstraksi maka akan diperoleh gelatin.
Teknologi pengolahan gelatin dari kulit
sapi dapat dikembangkan dalam skala kecil, menengah dan besar. Dan metode
pengolahan dapat dengan mudah dilakukan oleh siapapun. Oleh karena itu, produk
ini merupakan suatu rencana usaha yang cukup berpeluang dan menjanjikan.
(http://www.indohalal.com)
Gelatin adalah protein yang diperoleh dari
kolagen kulit, membran tulang, dan bagian tubuh berkolagen lainnya dengan cara
hidrolisa. Gelatin merupakan suatu linier polimer dari asam amino, yang berupa
perulangan glycin-proline dan glycin-proline-hydroxyproline di dalam rangkaian
polypeptide. ( Mc Graw, 1976 )
1.2.
Sejarah Pembuatan Gelatin Pertama Kali
Pembuatan gelatin pertama kali muncul di
Barat, maka bahan baku babi tidak jadi soal. Bahkan secara ekonomis, bahan babi
memberikan banyak keuntungan, karena murah, mudah didapat dan suplainya
kontinyu. Hampir seluruh bagian dalam tubuh babi merupakan pilihan terbaik
sebagai bahan tambahan (food additive).
Pada prinsipnya gelatin dapat dibuat dari bahan yang kaya
akan kolagen seperti kulit dan tulang baik dari babi maupun sapi atau hewan
lainnya. Akan tetapi, apabila dibuat dari kulit dan tulang sapi atau hewan
besar lainnya, prosesnya lebih lama dan memerlukan air pencuci/penetral (bahan
kimia) yang lebih banyak, sehingga kurang berkembang karena perlu investasi
besar sehingga harga gelatinnya menjadi lebih mahal. Sedangkan gelatin dari
babi jauh lebih murah dibanding bahan tambahan makanan lainnya. Itu karena babi
mudah diternak. Babi dapat makan apa saja termasuk anaknya sendiri. Babi juga
bisa hidup dalam kondisi apa saja sekalipun sangat kotor. Dari segi
pertumbuhan, babi cukup menjanjikan. Seekor babi bisa melahirkan dua puluh anak
sekaligus. Karena sangat mudah dikembangkan, produk turunan dari babi sangat
banyak.
Menurut hasil penelitian, gabungan tulang babi
dan sapi merupakan kombinasi terbaik untuk menghasilkan gelatin bermutu tinggi.
Tulang binatang juga bisa diproses menjadi arang aktif dengan cara mengarangkan
tulang tersebut. Dalam proses pengarangan, tulang diabukan, sehingga bahan
organik terbakar habis. Karena kandungan mineral (terutama kalsium) cukup
tinggi, bahan akan tersisa menjadi arang. Selanjutnya, dengan proses
pembersihan menggunakan metode tertentu, dapat dihasilkan arang aktif.
Gelatin merupakan produk heterogen yang
didapat dari ekstraksi hidrolisis dari kolagen hewan. Sumber kolagen umumnya
adalah tulang hewan, kulit babi, dan kulit jangat sapi. Gelatin yang bersumber
dari kulit sapi biasanya dikategorikan sebagai gelatin kategori B (proses
ekstraksi basa) dengan titik isoelektrik pada pH 4,7 (asam). Sedangkan, gelatin
yang bersumber dari kulit babi dikategorikan sebagai gelatin kategori A dengan
titik isoelektrik pH 9 (basa). Dalam perkembangannya, proses pembuatan
gelatin yang bersumber dari tulang dapat disederhanakan menjadi proses
ekstraksi dengan cara merubah titik isoelektriknya menjadi pada sekitar pH
5,5-6,0.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
Penggunaan Gelatin
Gelatin yang berbentuk protein itu mampu
memberikan tekstur kenyal. Sifat gelatin ini banyak digunakan dalam bidang industri pangan
terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam
penganekaragaman produk berbagai bahan makanan,
seperti kembang gula, agar-agar, permen karet, dan makanan berbentuk gel
lainnya. Gelatin juga digunakan secara luas
dalam produk obat-obatan, kosmetik, fotografi, jelly, soft candy, cake,
pudding, susu yoghurt, film fotografi, pelapis kertas, tinta inkjet, korek api,
gabus, pelapis kayu untuk interior, karet plastik, semen dan sebagainnya.
Penggunaan gelatin dalam pembuatan kapsul
biasanya merupakan campuran gelatin dari tulang dan kulit babi. Kombinasi ini
digunakan karena gelatin tulang menghasilkan lapisan tipis yang kuat dan
kencang. Sedangkan, gelatin dari kulit babi memberikan kelenturan dan
kejernihan pada campuran, sehingga mengurangi kekeruhan pada kapsul tadi. Di Indonesia, kapsul yang beredar
adalah kapsul jenis hard. Kapsul ini terbuat dari gelatin, pewarna, pengawet
serta pelentur. Menurut informasi yang berasal dari Badan POM, gelatin yang
masuk ke Indonesia bahannya berasal dari organ sapi.
Untuk keperluan industri dalam negeri Indonesia setiap tahun
mengimpor gelatin dalam jumlah yang cukup banyak. Sebagai contoh dapat
dikemukakan bahwa pada tahun 2000, Indonesia mengimport gelatin 3.092 ton dari
Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Brasil, Korea, Cina dan Jepang. Di luar
negeri, sebanyak 70 persen gelatin terbuat dari kulit babi.
Penggunaan gelatin sangatlah luas dikarenakan gelatin
bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi
(emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu
dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan
kuat, kemudian sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi.
Penghias kue pada umumnya terbuat dari gum paste juga
plastic icing yang mengandung gelatin. Gelatin juga tak hanya terdapat dalam
gum paste sebagai penghias kue. Namun juga terdapat dalam kue puding, sirup,
maupun permen kenyal. Kebanyakan merupakan produk impor. Bahkan untuk
menawarkan kekentalan yang lebih tinggi produsen kecap menggunakan gelatin.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Pratikum
dilaksanankan pada hari kamis 11 juni 2015 pukum 10:00 WIB, di laboraturium
Nutrisi Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA RIAU.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun Banan yang di pergunakan :
1)
Larutan asam HCL 3%
dan HCL 5%
2)
Aquades
3)
Kulit sapi
Sedangkan alat yang di pergunakan :
1)
Timbangan
2)
Wadah penampung
gelatin
3)
Water
Bath Shaker
4)
Pengukur PH
5)
Botol atau toples
untuk sampel kulit sapi
6)
pisau
3.3. Cara Pembuatan Gelatin
Gelatin dibuat dalam bentuk lapisan pada sebuah substrat
gelas dengan tehnik spin coating. Gelatin akan memberikan reaksi
terhadap uap air melalui perubahan daya absorpsi akibat penyerapan uap air.
Sifat optic (absorpsi atau transmitansi) gelatin bervariasi ketika menyerap uap
air. Gelatin merupakan protein alami yang diekstrak dari tulang dan kulit
berbagai jenis binatang. Molekul-molekul gelatin tersusun dari ribuan rantai
asam amino. Rantai-rantai protein tersebut dihubungkan secara “cross-links”(interaksi-silang),
karenanya terdapat lubang (rongga) diantara rantai yang dapat menahan air
Gambar 1. Struktur Kimia Gelatin
Komposisi kimia gelatin yang diambil
dari tendon hewan terdiri dari 50,11% karbon, 6,56% hidrogen, 17,81% nitrogen,
25.26% oksigen, dan 0,26% sulfur. Gelatin sebagian besar terdiri dari glysin,
prolin, dan sisanya adalah 4-hidroksiprolin. Struktur tipikalnya adalah
Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-4 Hyp-Gly-Pro-. Gelatin terdiri dari banyak rantai
polipeptida atau formasi helix-prolin panjang yang masing-masingnya terdiri
dari 300-4000 asam amino. Larutan melalui transisi helix yang berliku-liku
diikuti oleh penyatuan rantai-rantai helix dengan formasi kolagen seperti
formasi helixprolin-triple/ hidroksiprolin yang memiliki banyak daerah
simpangan. Interaksi silang (cross-links) secara kimia mampu merubah sifat gel,
menggunakan transglutaminase (enzim) untuk menghubungkan lysine dan sisa
glutamin. Massa jenis gelatin adalah 1,35 gr/cm. Gelatin pecah (terdenaturasi)
pada suhu di atas 80°C.
Gelatin bersifat tidak berwarna, transparan, mampu menyerap
air 5-10 kali bobotnya, membentuk gel pada suhu 35-40°C dan larut dalam air
panas, membengkak (swelling) dalam air dingin, dapat berubah secara reversible
dari sol ke gel. Larutan gelatin dibuat dengan mencampurkan 9 gram gelatin
dengan 30 ml aquades (suhu ± 45°C). Selanjutnya diaduk sampai semua campuran
larut, kemudian larutan dipanaskan di atas hot plate hingga suhu
mencapai ± 70°C, dan dipertahankan pada suhu ini (suhu maksimum). Larutan
dibiarkan di udara terbuka hingga suhu larutan mencapai ± 30°C.
Deposisi lapisan gelatin dilakukan dengan cara spinning menggunakan
sebuah spin-coater. Langkah pertama, larutan gelatin diteteskan pada
substrat kaca preparat, lalu di-spinning (sekitar 25 detik) dengan
kecepatan tertentu. Deposisi ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Gelatin
yang muncul di belakang substrat dapat dibersihkan dengan menggunakan tissue
yang dibasahi oleh air hangat. Secepatnya film hasil deposisi ini diletakkan di
dalam lemari pendingin selama ± 24 jam.
Berdasarkan sifat bahan dasarnya
pembuatan gelatin dapat dikategorikan dalam 2 prinsip dasar yaitu cara alkali dan
asam
1) Cara alkali dilakukan untuk
menghasilkan gelatin tipe B (Base), yaitu bahan dasarnya dari kulit tua (keras
dan liat) maupun tulang. Mula-mula bahan diperlakukan dengan proses pendahuluan
yaitu direndam beberapa minggu/bulan dalam kalsium hidroksida, maka dengan ini
ikatan jaringan kolagen akan mengembang dan terpisah/terurai. Setelah itu bahan
dinetralkan dengan asam sampai bebas alkali, dicuci untuk menghilangkan garam
yang terbentuk. Setelah itu dilakukan proses ekstrasi dan proses lainnya.
2) Cara kedua yaitu dengan cara
pengasaman, yaitu untuk menghasilkan gelatin tipe A (Acid). Tipe A ini umumnya
diperoleh dari kulit babi, tapi ada juga beberapa pabrik yang menggunakan bahan
dasar tulang. Kulit dari babi muda tidak memerlukan penanganan alkalis yang
intensif karena jaringan ikatnya belum kuat terikat. Untuk itu disini cukup
direndam dalam asam lemah (encer) (HCl) selama sehari, dinetralkan, dan setelah
itu dicuci berulang kali sampai asam dan garamnya hilang.
Gambar 1. Struktur Kimia Gelatin
3.4. Manfaat gelatin dan jenis-jenis
produk yang menggunakannya
Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan
makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar
protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering
mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari
10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino
essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin
yaitu triptofan.
Fungsi-fungsi gelatin dalam berbagai contoh jenis produk
yang biasa menggunakannya antara lain :
1) Jenis produk pangan secara umum:
berfungsi sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis,
pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, pemerkaya
gizi.
2) Jenis produk daging olahan:
berfungsi untuk meningkatkan daya ikat air, konsistensi dan stabilitas produk
sosis, kornet.
3) Jenis produk susu olahan: berfungsi
untuk memperbaiki tekstur, konsistensi dan stabilitas produk dan menghindari
sineresis pada yoghurt, es krim, susu asam, keju cottage.
4) Jenis produk bakery: berfungsi untuk
menjaga kelembaban produk, sebagai perekat bahan pengisi pada roti-rotian
5) Jenis produk minuman: berfungsi
sebagai penjernih sari buah (juice), bir dan wine.
6) Jenis produk buah-buahan: berfungsi
sebagai pelapis (melapisi pori-pori buah sehingga terhindar dari kekeringan dan
kerusakan oleh mikroba) untuk menjaga kesegaran dan keawetan buah.
7) Jenis produk permen dan produk
sejenisnya: berfungsi untuk mengatur konsistensi produk, mengatur daya gigit
dan kekerasan serta tekstur produk, mengatur kelembutan dan daya lengket di
mulut.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, 1971, ”Kimia Organik”, Edisi
kedua, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Groggins, P.H., 1956, ”Unit Processing
in Organic Synthesis”, ed.1, Mc Graw-Hill Book Company, Inc., New York.
Soengkawati, A.M., 1979, ”Riset
Pengolahan Tulang dan Kulit Sisa”, Balai Penelitian Kulit.Departemen
Perindustrian, Yogyakarta.
Sudarmadji Slamet, Haryono Bambang, Suhardi.,
1984, ”Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian”, Edisi keempat.
Penerbit Linerty, Yogyakarta.
www.indohalal.com
www.library.usu.ac.id
No comments:
Post a Comment