Tugas
Makalah Ilmu Produksi Ternak Potong
Kembung (BLOAT) Pada Ternak Kambing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Permintaan
produk peternakan khususnya daging di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat,
baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor dalam bentuk ternak
hidup. Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki prospek
pengembangan yang cukup baik dalam menyuplai kebutuhan tersebut.
Untuk
memenuhi permintaan pasar
tentu sumber dari daging tersebut harus bersih dari berbagaia penyakit.
Maka untuk menjaga agar ternak tidak terkena penyakit yang berbahaya perlu
penanganan dan perawatan terhadap hewan yang dipilihara.
Penyakit
yang sering muncul pada ternak kambing ini adalah kembung, jika hewan ternak terkena / mengalami kembung maka
hendak lah ditangani secara serius untuk menghilangkan penyakit tersebut.
Walaupun penyakit ini dibilang penyakit yang biasa saja akan tetapi
penyakit ini bisa mengakibatkan kematian
pada hewan ternak seperti kambing,domba, dan sapi.
1.2
MAKSUD & TUJUAN
Maksud dari
pembuatan makalah ini adalah :
v Memahami bagaimana
penyakit kembung itu bisa terjadi
v Mengetahui cara
pengobatan
Sedangkan tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
v Mengetahui penyebab
dari penyakit kembung
v Mengatasi & mengobati
penyakti tersebut
v Mengetahui takaran
untuk pakan dari hewan ternak supaya tidak terkena penyakit
1.3
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari
makalah nini adalah :
v Analisis etimologi
v Ternak kabing
1.4
SISTEMATIKA
PENULISAN
Makalah
kebung pada ternak kambing ini disusun
dalam beberapa bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, maksud &
tujuan makalah, ruang lingkup makalah, serta sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi tentang nama penyakit serta
nama ilmiah dari penyakti tersebut, etimologi, patogenesis, gejala klinis,
pemeriksaan patologi anatomis, diagnosa / diagnosis, terapi pengendalian /
pencegahan.
BAB III PENUTUP
Berisi tentang
kesimpulan dari pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kambing Ternak
(Capra aegagrus hircus)
|
Kembung (BLOAT)
Pada Ternak
Kambing
Gambar
kambing[2]
1.
ETIOLOGI
Penyakit kembung (Timpani) merupakan
salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi,
kambing dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada,
karena pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak.
Timpani pada ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis
besar, timbulnya kembung disebabkan oleh akumulasi gas yang berlebihan di dalam
rumen hewan ruminansia. Seperti kita ketahui, pencernaan bahan makanan di dalam
perut hewan ruminansia dilakukan oleh mikroorganisme di dalam perut ternak.
Mikroorganisme yang secara alamiah ada di dalam perut yang bertugas melakukan
pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses pencernaan
protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai enzim dan asam amino
yang dapat diserap oleh dinding usus ternak. Tanpa adanya mikroorganisme ini
dapat dipastikan proses pencernaan makanan di dalam perut ternak tidak akan
dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan oleh mikroba
juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang sebagian besar adalah
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat
dikeluarkan melalui anus dengan cara berkentut atau dengan bersendawa akan
terakumulasi didalam rumen. Seringkali kembung ringan seperti ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani maka
akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan
semakin sulit bagi ternak untuk mengeluarkannya.
Perut kembung atau timpani adalah suatu
keadaan mengembangnya rumen akibat terisi oleh gas yang berlebihan. Hal ini
terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga menghambat pengeluaran
gas. Produksi gas yang cepat (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi akan
memicu terjadinya kembung. Kondisi ini dikaitkan dengan tingginya konsentrasi
protein terlarut yang terdapatdi dalam rumen. Gas yang terbentuk akan menetap
di rumen dalam bentuk gelembung-gelembung kecil yang tidak merangsang
terjadinya reflek bersendawa sehingga rumen mengembung.
Timpani merupakan indigesti akut yang
disertai dengan penimbunan gas di dalam rumen dan retikulum ruminansia yang
penuh berisi gas (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi yang berlebihan yang
berasal dari proses pencernaan di dalam lambung. Hal ini terjadi ketika
esophagus mengalami sumbatan sehinfga menghambat pengeluaran gas. Timpani
disebabkan oleh penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer adalah
akibat dari fermentasi makanan yang berlebihan kemudian hewan tidak mampu
mengeluarkan gas, sehingga gelembung-gelembung gas akan terakumulasi yang
merupakan penyebab kembung. Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang
bersifat fisikal yang terjadi pada daerah esophagus yang disebabkan oleh benda
asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus. Makanan
yang difermentasi misalnya hijuan segar yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi. Hijuan
leguminosa mudah berfermentasi dan mengeluarkan gas. Oleh karena itu, pemberian
hijauan leguminosa segar yang berlebihan dapat menyebabkan timpani. Pemberiaan
makanan konsentrat yang terlalu banyak pula dapat menyebabkan timpani, terutama
konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau berembun dapat juga menjadi penyebab
perut kembung. Timpani biasanya terjadi pada sapi, kerbau dan kambing.
2.
PATOGENESIS
Pada
hewan ruminansia (sapi, kambing & domba) timpani biasa disebabkan karena
konsumsi leguminosa yang banyak atau gangguan dalam esophagus dan alat tubuh
lain. Faktor yang mendorong terjadinya timpani antara lain viskositas dan
tegangan permukaan cairan rumen, aliran dan susunan air liur dan aktivitas
mikroba. Air liur mengandung protein mucin yang mencegah terjadinya timbulnya
busa pada air liur. Penguraian protein tersebut yang mungkin terjadi karena
aktivitas bakteri menimbulkan terbentuknya busa dalam rumen. Banyaknya air liur
juga berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya timpani. Sapi dengan air liur
yang sedikit lebih beresiko. Aktivitas mikroba akibat peningkatan jumlah
sukrosa dalam rumen juga memiliki pengaruh dalam pembentukan gas. Metabolisme
sukrosa oleh bakteri menghasilkan gas yang akan terperangkap dalam biofilm yang
terbentuk oleh bakteri tersebut, sehingga menjadi gelembung yang memenuhi
rumen. Dalam kondisi normal, kelebihan gas pada rumen akan dikeluarkan melalui
mekanisme eruktasi. Gangguan pada reflek eruktasi menyebabkan tidak bisa
keluarnya gas dari rumen, sehingga terjadi timpani.
Gangguan
reflek eruktasi berkaitan dengan gangguan pada esophagus dan alat tubuh lain.
Saat terjadi penumpukan gas, rumen bereaksi dengan kontraksi yang lebih sering
dan lebih kuat dari keadaan normal. Karena kecepatan pembentukan gas melebihi
kemampuan rumen untuk mengeluarkan ditambah dengan gangguan eruktasi menyebabkan
penumpukan gas yang banyak. Kekuatan kontraksi rumen juga akan menurun dan
mungkin hilang tonusnya. Volume rumen akan terus membesar karena gas yang
terbentuk semakin banyak. Rumen akan mendesak ke arah rongga dada dan
menimbulkan gangguan pernafasan. Dari titik tersebut kematian bisa terjadi jika
tidak ditangani.
3.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis kembung pada hewan ruminansia :
1)
Ternak nampak
resah
2)
Ada rasa sakit
3)
Sisi perut
sebelah kiri nampak menonjol (membesar) disbanding normalnya,
4)
Bila perut ditepuk-tepuk
mirip suara drum
5)
Tekanan intra
rumen mengakibatkan pembesaran abdomen atau rumen, membesarnya rumen akan
meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas yang ditandai dengan pernafasan dada yang cepat dan dangkal.
Sebaliknya, paru-paru dan sistem peredaran darah jantung tidak bekerja. Apabila
kondisi ini berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan kematian
dalam beberapa menit.
6)
Hewan tampak
gelisah
7)
Berbaring pada
posisi bagian kanan bawah.
8)
Pulsus nadi
meningkat, terdengar eruktasi
9)
Mata merah,
namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan oksigen
dan mendekati kematian.
10)
Angka kematian
dapat mencapai 90% jika tidak tertolong
11)
Ternak cenderung
menendang dengan kaki belakang.
4.
PENYEBAB
Penyebab perut kembung antara lain:
1)
Pemberian
leguminosa (kacang-kacangan) secara berlebihan. Daun legum yang mengandung
kadar air dan protein yang tinggi menghasilkan asam-asam yang tidak mudah
menguap seperti sitrat, malat dan suksinat. Asam-asam ini akan segera
menurunkan pH rumen dalam waktu 30-60 menit pasca pemberian daun legum.
2)
Pemberian rumput
terlalu muda secara berlebihan atau karena tidak dilayukan.
3)
Adanya sumbatan
pada kerongkongan, selain itu bloat dapat juga terjadi pada ternak yang
pergerakannya terbatas.
4)
Merumput pada
lahan yang baru dipupuk, makan buah terlalu banyak, memakan racun dan ubi atau
tanaman sejenis yang dapat menahan keluarnya gas dari perut.
5.
PEMERIKSAAN
PATOLOGI ANATOMI
Penyakit
kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur
organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan
perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya
menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita
kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi
membesar ke samping. Secara umum apabila di bedah akan terjadipembesaran pada
perut bagian kiri atas dan cukup keras, bila ditepuk akan terasaada udara
dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong. Dalam seksi ditemukan kolon dan
sekum yang mengalami distensi dengan dindingnya yang berwarna pucat kebiruan.
Apabila penimbunan gas disebabkan oleh obstruksi, penyebab obstruksi akan
ditemukan.
6.
DIAGNOSA
Untuk mendiagnosa Timpani / Kembung bisa dilakukan
beberapa cara :
Berdasarkan gejala klinis
Pada dasarnya tidak sulit untuk
melakukan diagnosa timpani karena pada penderita timpani gejala yang tampak
sangat jelas dan mudah dikenali, terutama adanya pembesaran lambung di daerah
fossa paralumbalis.
1)
Pemeriksaan
abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)
Pada pemeriksaan abdomen yang pertama
dilakukan adalah Inspeksi dengan mengamati perubahan-perubahan pada bagian
abdomennya. Hal yang mudah dikenali adalah adanya pembesaran abdomen sebelah
kiri. Meski sesuai susunan anatominya abdomen sebelah kiri memang lebih besar
daripada abdomen sebelah kanan, namun pada penderita timpani abdomen sebelah
kirinya akan lebih besar dari normal dan terasa keras.
2)
Auskultasi
Selanjutnya dilakukan auskultasi, dengan
cara menekankan stetoskop pada bagian fossa paralumbalis. Pada ruminansia
penderita Timpani saat dilakukan auskultasi tidak terdengar adanya kontraksi
dari rumen ataupun suara gemericik (gurgling) seperti halnya pada ruminansia
normal. Palpasi dilakukan dengan cara menekankan kepalan tangan ke daerah fossa
paralumbalis. Saat ditekan inilah akan terasa bahwa abdomen penderita timpani
terasa sangat keras dan tegang yang disebabkan penimbunan gas pada bagian
rumennya sehingga menekan rongga abdomen untuk lebih membesar. Kemudian masih
dengan cara yang sama yakni dengan menekankan kepalan tangan ke fossa
paralumbalis, hitung frekuensi pergerakan/motilitas rumen dan tonus rumen. Pada
ruminansia yang menderita timpani motilitas rumen dan tonus rumennya
akanmengalami penurunan.
3)
Catatan
pemberian pakan dan penggembalaan.
4)
Memasukkan
Stomach Tube ke dalam rumen.
Cara yang terakhir ini berfungsi untuk
membedakan apakah hewan menderita bloat atau timpani. Jika saat Stomach Tube
sudah dimasukkan ke dalam rumen dan yang keluar adalah isi rumen dengan
konsistensi berbusa maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut menderita
Timpani.
7.
DIAGNOSA BANDING
Untuk melakukan diaknosa banding sebagai berikut :
1)
Peritonitis atau
infeksi pada rongga abdominal
2)
Water belly atau
pecahnya kandung kemih
3)
Bunting tua
4)
Akumulasi cairan
abnormal dalam uterus selama kebuntingan
5)
Displacement
abomasum kiri atau kanan
6)
Vagal
indigestion
7)
Intestinal
volvulus (twisted intestines)
8)
Ascites
(akumulasi cairan di dalam rongga peritoneal) atau pneumoperitoneum (akumulasi
udara di dalam rongga peritoneal).
8.
PROGNOSA
Ramalan kelanjutan penyakit biasanya
tidak menguntungkan penderita atau dapat mengaibatkan kematian jika lambat
dilakukan pertolongan ataupun bersifat fausta-infausta.
9.
TERAPI
Cara melakukan terapi ada beberapa hal sebagai
berikut :
1)
Trokarisasi
Pertolongan untuk mengurangi distensi
perlu segera diberikan. Trokarisasi dengan trokar dilakukan pada bagian perut
yang mengalami tingkat destensi paling besar sebelah kanan atau kiri. Untuk itu
terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi secukupnya. Kadang pembebasan gas
dengan trokar mengundang resiko terjadinya peritonitis.
Gas dikeluarkan dengan cara menusukkan
cannula pada perut ternak bagian sebelah kiri langsung pada rumen. Supaya
tepat, tandai perut sapi dengan menggunakan gambar segitiga yang menghubungkan
titik tulang pinggul, titik rusuk akhir dan titik transverssus processus,
tusukan cannula tepat dititik tengah segitiga ke dalam rumen melewati
peritoneum. Pengeluaran gas dilakukan sedikit demi sedikit dengan cara menarik
trocar perlahan-lahan agar isi rumen tidak tersedot keluar dan menyumbat pipa
trocar.
Setelah gas dapat dibebaskan segera
dimasukkan obat- obat antizymotik antara lain formalin atau chloroform sebanyak
30 ml, minyak terpentin 15-30 ml,sediaan yodium atau obat merah secukupnya.
Obat-obat Antyzomotic ini yang akan menurunkan proses fermentasi mikroba,
sehingga jumlah gas (frothy bloat) secara berangsur-angsur turun. Apabila gas
telah di bebaskan, pemeriksaan rectal selanjutnya dapat membantu menentukan ada
tidaknya obstruksi.
Pemberian laksansia rigan misalnya
minyak mineral 2-4 L dapat menimbulkan peristaltic lagi serta melicinkan
jalanya pengeluaran tinja. Untuk mengurangi rasa sakit pemberian aspirin atau
dipyrone (Novin) 50%, 10- 20 mldapat dipertimbangkan. Obat-obat suportif lain,
misalnya penguat jantung dancairan elektrolit dapat diberikan bila dipandang
perlu.
2)
Stomach Tube
Stomach tube merupakan metode yang
banyak digunakan untuk mengeluarkan gas dan tekanan dari rumen karena lebih
aman dan trauma yang ditinggalkan pada hewan relatif kecil. Stomach Tube
(ukuran standart = diameter dalam 1.5-2.0 cm) dimasukkan melalui mulut dengan
bantuan spekulum logam untuk mencegah hewan mengunyah tubenya. Kerja dari
Stomach Tube ini relatif cepat yaitu sekitar 1 menit.
3)
Secara Medis
3.1) Anti
Bloat (bahan aktif: Dimethicone).
Dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan
500 ml air,
Kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml
air, kemudian diminumkan.
Dimethicone bekerja dengan cara menurunkan tegangan
permukaan, sehingga gelembung-gelembung gas dalam rumen terurai menjadi
gelembung-gelembung kecil kemudian bergabung sehingga dapat dikeluarkan dari
saluran pencernaan.
3.2) Wonder
Athympanicum
Dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram,
Kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air
secukupnya, kemudian diminumkan.
4)
Bakazha Oil
Dosis Untuk Sapi : 150 ml – 300 ml
Dosis Untuk Kambing : 15 ml -30ml
10. PENCEGAHAN
Pencegahan
dapat dilakukan sebagai berikut :
1)
Pemberian pakan
sesuai aturan, misalnya komposisi rumput danleguminosa yang benar
2)
Hijauan yang
akan diberikan hendaknya dilayukan terlebih dahulu
3)
Jika ada ternak
yang kembung, upayakan untuk tetap berdiri atau bergerak
4)
Jika mungkin
mulut tetap terbuka atau tetap usahakan
5)
Mengunyah supaya
air liur keluar, misalnya dengan ikatkan tali atau kayu dalam, mulut supaya
ternak mengunyahnya dan air liur keluar
6)
Selama musim
hujan sebaiknya ternak diberi pakan kasar sebelum dilepas di padang rumput
7)
7.Ternak jangan
digembalakan terlalu pagi ketika rumput masih basah dan hindari
8)
memberi ternak
dengan rumput atau daun-daun muda dan tanaman leguminosa
9)
(kacang-kacangan)
10)
Jangan
membiarkan ternak terlalu lapar
11)
Jangan
memberikan makanan yang sudah rusak/busuk/berjamur
12)
Hindari
pemberian rumput/ hijauan yang terlalu banyak, lebih baik memberikan secara teratur.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah :
Penyakit kembung (Timpani) merupakan
salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi,
kambing dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada,
karena pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak.
Timpani pada ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis
besar, timbulnya kembung disebabkan oleh akumulasi gas yang berlebihan di dalam
rumen hewan ruminansia. Seperti kita ketahui, pencernaan bahan makanan di dalam
perut hewan ruminansia dilakukan oleh mikroorganisme di dalam perut ternak.
Mikroorganisme yang secara alamiah ada di dalam perut yang bertugas melakukan
pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses pencernaan
protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai enzim dan asam amino
yang dapat diserap oleh dinding usus ternak. Tanpa adanya mikroorganisme ini
dapat dipastikan proses pencernaan makanan di dalam perut ternak tidak akan
dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan oleh mikroba
juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang sebagian besar adalah
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat
dikeluarkan melalui anus dengan cara berkentut atau dengan bersendawa akan
terakumulasi didalam rumen. Seringkali kembung ringan seperti ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani maka
akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan
semakin sulit bagi ternak untuk mengeluarkannya.
Cara melakukan terapi ada beberapa hal sebagai
berikut :
1)
Trokarisasi
Pertolongan untuk mengurangi distensi
perlu segera diberikan. Trokarisasi dengan trokar dilakukan pada bagian perut
yang mengalami tingkat destensi paling besar sebelah kanan atau kiri. Untuk itu
terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi secukupnya. Kadang pembebasan gas
dengan trokar mengundang resiko terjadinya peritonitis.
2)
Stomach Tube
Stomach tube merupakan metode yang
banyak digunakan untuk mengeluarkan gas dan tekanan dari rumen karena lebih
aman dan trauma yang ditinggalkan pada hewan relatif kecil.
3)
Secara Medis
Pengobatan secara klinis terdiri dari 2
cara, yakni :
3.1) Anti
Bloat (bahan aktif: Dimethicone).
3.2) Wonder
Athympanicum.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Rahmana, Indra. 2013. Penulis
makalah Ilmu & Teknologi Produksi Ternak Potong, “Kembung (BLOAT) Pada
Ternak Kambing”. Pekanbaru: UIN SUSKA RIAU
Http.www.wikipedia.com
http.www.google.com. (situs web
: http:// dompi.co.id/_galeri/_besar. kambing-boer1.jpg), maret 24, 2013, cet-1, jam 10.57
http://peternakanwahyuutama.blogspot.com/2012/06/kembung-bloat-pada-ternak-sapi-etiologi.html
No comments:
Post a Comment