Tugas
Makalah
“Kualitas
Daging Sapi Dengan Kemasan Plastik Pe (Polyethylen) Dan Plastik Pp
(Polypropylen)“.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Daging
adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya
yang sangat dibutuhkan tubuh. Usaha untuk meningkatkan kualitas daging
dilakukan melalui pengolahan atau penanganan yang lebih baik sehingga dapat
mengurangi kerusakan atau kebusukan selama penyimpanan dan pemasaran. Usaha
penyediaan daging memerlukan perhatian khusus karena daging mudah dan cepat
tercemar oleh pertumbuhan mikroorganisme. Daging sangat baik bagi pertumbuhan
dan perkembangbiakan mikroorganisme sehingga dapat menurunkan kualitas daging.
Penurunan kualitas daging diindikasikan melalui perubahan warna, rasa, aroma
bahkan pembusukan. Sebagian besar kerusakan daging disebabkan oleh penanganan
yang kurang baik sehingga memberikan peluang hidup bagi pertumbuhan dan
perkembangan mikroba perusak yang berdampak pada menurunnya daya simpan dan
nilai gizi daging. Penjualan daging di pasar tradisional umumnya dilakukan
dalam keadaan terbuka (tanpa penutup). Daging disajikan di lokasi yang kurang
terjamin kebersihannya dan bersuhu udara tinggi (suhu kamar). Pada kondisi
tersebut mikroba patogen dapat tumbuh dengan subur. Komariah dan Irma (2001)
menyatakan bahwa daging yang beredar di Kota Bogor sudah tercemar mikroba
patogen, yaitu dengan jumlah koliform 7.9 x 104 CFU/g, E. coli 3.0 x 104
CFU/g dan Salmonella terbukti positif. Penjualan daging secara terbuka
juga menyebabkan konsumen memilih daging dengan memegangnya sehingga daging
dapat terkontaminasi dan teksturnya menjadi lembek sehingga menurunkan kualitas
daging tersebut. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh
pedagang-pedagang di pasar tradisional guna meningkatkan daya tahan daging
adalah menutup atau mengemas daging dengan plastik. Pengemasan daging memegang
peranan penting dalam mencegah atau mengurangi kerusakan oleh mikroorganisme
serta gangguan fisik. Pengaruh lain dari kemasan plastik adalah melindungi
produk dari perubahan kadar air karena bahan kemasan dapat menghambat
terjadinya penyerapan uap air dari udara (Loekman et al. 1991). Jenis
plastik yang populer digunakan untuk pengemasan daging yaitu PE (polyethylen)
dan PP (polyprophylen), karena kedua jenis plastik ini selain harganya
murah, mudah ditemukan di pasaran, juga memiliki sifat umum yang hampir sama.
Plastik PE tidak menunjukkan perubahan pada suhu maksimum 93°C - 121°C dan suhu
minimum -46°C – (-5)°C, namun memiliki permeabilitas yang cukup tinggi terhadap
gas-gas organik sehingga masih dapat teroksidasi apabila disimpan dalam jangka
waktu yang lama. Menurut Wheaton dan Lawson (1985) bahan kemasan plastik yang
paling banyak digunakan adalah plastik PE karena mempunyai harga relatif murah,
mempunyai komposisi kimia yang baik, resisten terhadap lemak dan minyak, tidak
menimbulkan reaksi kimia terhadap makanan, mempunyai kekuatan yang baik dan
cukup kuat untuk melindungi produk dari perlakuan kasar selama penyimpanan,
mempunyai daya serap yang rendah terhadap uap air, serta tersedia dalam
berbagai bentuk.
1.2 Ruang lingkup dan batasan masalah
Makalah
dibatasi hanya di pasar arengka pekanbaru
1.3 Rumusan masalah
Makalah ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh plastik PE dan plastik PP terhadap total koloni bakteri,
kadar air, kadar protein, pH dan susut masak daging sapi segar yang dijual
dipasar Arengka Pekanbaru.
1.4 Tujuan
penulisan
Makalah ini dibuat penulis ditujukan untuk
:
1.
Untuk
memudahkan masyarakat mengetahui daging yang baik
2.
Untuk meningkatkan taraf
daging yang dijual di pasaran
3.
Untuk memberikan pilihan
kepada penjual daging dalam penggunaan pelastik PP dan PE
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk
memudahkan dalam memahami pembuatan makalah jurnal ini, maka penulis membagi
penulisan makalah menjadi 3 (tiga) bab yaitu:
BAB I Pendahuluan
Dalam
bab I ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, ruang lingkup dan
batasan masalah, kemudian dilanjutkan dan rumusan makalah, manfaat penelitian
lalu sistematika penulisan masalah.
BAB II Pembahasan
Bab
ini merupakan bab yang menguraikan atau menjelaskan jurnal tentang : KUALITAS
DAGING SAPI dengan KEMASAN PLASTIK PE (polyethylen) dan PLASTIK PP
(polypropylen). Didalam makalah ini akan diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan kualitas daging terhadap
plastik kemasan PE dan PP. Disini kami akan menjelaskan hingga mendetail
tentang kualitas daging dipasar Arengka Kota Pekanbaru.
BAB III Kesimpulan
dan saran
Bab
ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran
dari uraian pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Kualitas Daging Sapi dengan Kemasan Plastik
Polyethylen dan Plastik Polypropylen
1. Total Koloni Bakteri
Berdasarkan hasil
analisis ragam diketahui bahwa penggunaan plastik sebagai pengemas daging
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) dalam menekan total koloni bakteri. Hasil
uji DMRT menunjukkan bahwa total koloni bakteri daging sapi pada perlakuan A1
sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibanding dengan total koloni bakteri
pada perlakuan A2 maupun perlakuan A3. Total koloni bakteri pada perlakuan A2
sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibanding perlakuan A3. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan plastik PP lebih baik dalam mencegah
kontaminasi bakteri.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena plastik PP mempunyai daya tembus uap air
yang lebih bakteri sehingga total koloni bakteri menjadi rendah. Hal ini
didukung oleh Soeparno (1994) yang menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan bakteri antara lain adalah pH dan kadar air. Dari hasil penelitian
didalam jurnal didapatkan bahwa perlakuan A3 (dikemas dengan plastik PP)
mempunyai kadar air dan pH daging sapi yang terendah.
Selain dipengaruhi oleh
zat makanan, perkembangbiakan mikroorganisme juga dipengaruhi oleh faktor
kelembaban, temperatur, pH dan ketersediaan oksigen (Lawrie 1979). Penggunaan
plastik PP sebagai pengemas daging, dapat mencegah masuknya oksigen sehingga
pertumbuhan bakteri dapat dihambat.
2. Kadar
Air
Berdasarkan hasil
analisis ragam diketahui bahwa penggunaan plastik sebagai pengemas daging
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) dalam menurunkan kadar air daging. Hasil
Uji DMRT menunjukkan bahwa kadar air daging sapi pada perlakuan A1 (tanpa
kemasan) nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kadar air daging
sapi pada perlakuan A2(dikemas plastik PE) dan sangat nyata lebih tinggi
(P<0.01) dibanding perlakuan A3 (dikemas plastik PP). Begitu juga kadar air
daging sapi yang dikemas dengan plastik PE nyata lebih tinggi (P<0.05)
dibandingkan dengan kadar air daging yang dikemas dengan plastik PP. Penurunan
kadar air daging sapi dengan perlakuan pengemasan plastik berkaitan dengan
penurunan total koloni bakteri pada daging. Hasil metabolisme bakteri antara
lain adalah air yang dapat meningkatkan kadar air dari daging. Semakin tinggi
total koloni bakteri pada daging maka semakin tinggi pula kadar airnya.
3. Kadar
Protein
Berdasarkan hasil
analisis ragam diketahui bahwa penggunaan plastik sebagai pengemas daging
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) dalam mempertahankan kadar protein daging.
Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa kadar protein daging sapi pada perlakuan A3
(dikemas plastik PP) sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan
kadar protein daging sapi pada perlakuan A2 (dikemas plastik PE) dan perlakuan
A1 (tanpa kemasan).
Kadar protein daging
sapi yang tanpa kemasan tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan kadar protein
daging sapi yang dikemas dengan plastik PE. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan plastik PP lebih baik dalam mencegah terjadinya penurunan kadar
protein. Penurunan kadar protein jugadipengaruhi oleh total koloni bakteri
karena salah satu faktor yang dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhannya
adalah protein.
Pengemasan daging
dengan plastik akan mengurangi kontaminasi bakteri sehingga denaturasi protein
yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah bakteri dapat diminimalisir.
Pengemasan daging dengan plastik PP
lebih baik dalam mencegah terjadinya denaturasi protein oleh bakteri sehingga
kadar protein daging dapat dipertahankan.
Hal ini disebabkan
karena plastik PP mempunyai permeabilitas uap air yang rendah dan permeabilitas
terhadap gas sedang sehingga pertumbuhan bakteri dapat dihambat (Syarief et
al. 1989). Kadar protein daging sapi pada penelitian ini berkisar 19.12 -
20.55%. Kadar protein daging sapi yang direkomendasikan oleh American Meat Institute Foundation (dalam Muchtadi
dan Sugiyono 1992) adalah 18.8%.
4. pH
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa penggunaan plastik sebagai pengemas daging berpengaruh sangat
nyata terhadap nilai pH (P<0.01). Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa pH daging
sapi pada perlakuan A1 (tanpa kemasan) sangat nyata lebih tinggi (P<0.01)
dibandingkan dengan pH daging sapi pada perlakuan A2 (dikemas plastik PE) dan
perlakuan A3 (dikemas plastik PP). Demikian juga halnya, pH daging sapi pada
perlakuan A2 (dikemas plastik PE) sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan A3(dikemas plastik PP). Rataan pH daging sapi
yang didapatkan dari penelitian ini berbanding lurus dengan rataan total koloni
bakteri.
Hal ini menunjukkan
bahwa semakin rendah pH daging sapi, semakin sedikit jumlah koloni bakteri.
Nilai pH daging segar menurut Bahar (2003) adalah 5.6. Menurut Buckle et al.
(1987) pH akhir yang tercapai mempunyai pengaruh yang berarti dalam mutu
daging. pH rendah (5.1-6.1) menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka
sehingga sangat baik untuk pengasinan, berwarna merah muda cerah sehingga
disukai oleh konsumen, mempunyai flavor yang lebih disukai dan mempunyai
stabilitas yang lebih baik terhadap kerusakan oleh mikroorganisme.
pH
tinggi (6.2-7.2) menyebabkan daging mempunyai struktur tertutup atau padat
dengan warna merah ungu tua, rasa kurang enak dan keadaan yang lebih
memungkinkan untuk perkembangan mikroorganisme.
5. Susut
Masak
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa penggunaan plastik sebagai pengemas daging berpengaruh sangat
nyata (P<0.01) dalam menurunkan persentase susut masak
daging sapi. Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa susut masak
daging sapi pada perlakuan A1 (tanpa kemasan) nyata lebih tinggi (P<0.05)
dibandingkan dengan perlakuan A2 (dikemas plastik PE) dan sangat nyata lebih
tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan perlakuan A3 (dikemas plastik PP).
Begitu juga halnya, susut masak daging sapi pada perlakuan A2 (dikemas plastik
PE) nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan perlakuan A3 (dikemas
plastik PP). Susut masak daging sapi dipengaruhi oleh daya ikat air dan
kadarair. Semakin tinggi daya ikat air, semakin rendah kadar air daging sapi.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Dari
hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Plastik
PE dan PP sebagai bahan kemasan daging sapi segar selama penjualan di Pasar
Arengka Kota Pekanbaru dapat menurunkan kadar air, mempertahankan kadar
protein, menurunkan nilai pH, menekan total koloni bakteri dan menurunkan
persentase susut masak daging sapi.
2. Penggunaan plastik PP memberikan pengaruh
lebih baik dalammempertahankan kualitas daging sapi dibandingkan dengan plastik
PE.
III.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin menyajikan beberapa saran
diantaranya :
1.
Gunakanlah plastik PP
sebagai pengemas daging mencegah
terjadinya penurunan kadar protein.
2. Gunakanlah plastik PP sebagai pengemas daging, karena
dapat mencegah masuknya oksigen sehingga pertumbuhan bakteri dapat dihambat.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar B. 2003. Panduan Praktis MemilihProduk Daging Sapi. Jakarta
: Gramedia
Pustaka Utama. Bahendra. 2007. Kualitas Daging Sapi Bali (Bossundaicus)
di Rumah Potong Hewan Kota Pekanbaru. Skripsi Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Buckle KA, Edward RA, Fleet
GH, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Jakarta: UI
Press. Terjemahan dari : Food Science. Fardiaz S. 1992, Analisis Mikrobiologi
Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lawrie RA. 1979. Ilmu Daging. Parakkasi
Aminuddin, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari : Meat
Science.
Loekman S, Maamoen A, Ridwan S, Suparmi, Edison. 1991. Pengaruh
Pengemasan
terhadap Mutu Ikan Baung (Macrones sp) Asap. Jurnal
Penelitian, Pusat Penelitian
Universitas Riau. Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor : IPB. Soeparno. 1994. Ilmu dan
Teknologi Daging. Yogyakarta : UGM Press. Standar Nasional Indonesia. 1992.
Cara
Pengujian Makanan dan Minuman. Jakarta: Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Peternakan Departemen Pertanian. [SNI 01-2891-
1992]. standar Nasional Indonesia. 2000. Daging
Segar. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional [SNI 01-6366-2000].
Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1981. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Liberty. Syarief R, Sassya S, St Isyana B. 1989. Teknologi Pengemasan Daging.
Bogor: IPB. Wheaton FW and Lawson TB. 1985. Processing AquaticFood Product. New
York : John Wiley and Sons. Winarno FG dan Srilaksmi. 1982. Kerusakan Bahan
Pangan dan Cara Pencegahannya. Bogor : Ghalia Indonesia.
No comments:
Post a Comment