PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE
KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING
PEMOTONGAN
TERNAK
Arya
Setiawan, Bayu Anke Mardian, Fadli Arsad, Indra Rahmana, Muhammad yazid, Sri
Hidayati
ABSTRACT
Kulit mentah diantaranya kulit domba,
merupakan hasil samping pada pemotongan ternak. Agar kulit ini dapat
dimanfaatkan sehingga memiliki nilai jual, maka kulit mentah tersebut perlu
mendapat perlakuan khusus. Penyamakan dengan bahan penyamak khromosol B dapat
menghasilkan kulit bulu (fur) yang indah dan menarik, tahan terhadap kelembaban
serta panas, tahan lama dan akan mudah diwarnai. Perlakuan pemanfaatan limbah
kulit domba telah dikerjakan di Balitnak Bogor. Kulit mentah hasil pengulitan
domba mati diawetkan dengan pengawet kering garam. Sebanyak 6 lembar disamak
dengan bahan penyamak khrom berdasarkan metode penyamakan kulit bulu kelinci
Rex yang telah dimodifikasi, sedang satu lembar kulit sebagai pembanding
dikirim ke BBKKP Jogja untuk disamak. Kulit samak hasil pengerjaan di lab
Balitnak Bogor, bila dinilai secara organoleptik dengan pembanding produk
BBKKP, memang masih dibawah mutu, sehingga masih diperlukan peningkatan
ketrampilan dalam memodifikasi formula bahan bahan kimia dan teknik pengerjaan.
Kata
kunci : kulit bulu, penyamakan, khromosol B
PENDAHULUAN
Kulit bulu terutama kulit kambing atau
domba merupakan hasil samping dari pemotongan hewan yang ada di rumah
pemotongan hewan (RPH) maupun pemotongan diluar RPH. Hasil samping ini dapat
dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pendapatan perkapita, maka kebutuhan
barang barang dari kulit bulu juga meningkat, apalagi dengan semakin
meningkatnya desain dan teknologi perkulitan dan keinginan kembali ke alam
menjadikan barang kulit semakin banyak diminati (Hasyimi dkk, 1996/1997).
Materi
Menggunakan
bahan penyamak khrom dengan merk dagang Chromosol B. Bahan pembantu yang
digunakan ialah teepol, hypoclorit, soda abu, formalin, asam semut, asam
sulfat, minyak sulfat, indikator Brom Cresol Green (BCG).
Alat yang
dipergunakan ialah ember bertutup, baskom plastik besar, timbangan halus,
timbangan kasar, pH meter, sarung tangan, kompor, termometer, gelas ukur.
Metode
Metode yang dipakai dalam proses
penyamakan kulit bulu adalah dengan penyamak khrom yang bermerk dagang
Chromosol B.
Penelitian kepadatan bulu dilakukan
dengan meraba kepadatan bulu dengan kisaran skala 1 – 5. Kepadatan bulu dengan
nilai 1 = tidak padat; 2 = kurang padat; 3 = cukup padat; 4 = padat, dan 5 =
padat sekali.
Skor
untuk kilapan bulu: 1= tidak mengkilap; 2= kurang mengkilap; 3= cukup
mengkilap; 4 = mengkilap; 5 = sangat mengkilap. Penilaian penampilan fur
dilakukan dengan memperhatikan penampilan fur secara keseluruhan meliputi
kelemasan kulit, kepadatan bulu, kilapan bulu. Skor penampilan fur adalah: 1 =
tidak menarik; 2 = kurang menarik; 3 = cukup menarik; 4 = menarik; 5 = sangat
menarik.
Teknik
Pengerjaan
Perhitungan
pemakaian bahan kimia dan air pada setiap tahapan pengerjaan adalah sebagai
berikut:
Bobot kulit domba kering garam (6 lembar) =1080 gram
Bobot kulit setelah perendaman (bobot bloting /BB) = 2300 gram
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan
organoleptik terhadap kulit bulu hasil samak dilakukan secara simplo oleh tiga
orang. Hasil samak kulit bulu domba dengan penyamak khrom yang dilakukan di
Balitnak Bogor, secara organoleptik belum dapat menyamai hasil samak
pembanding. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh adalah: kepadatan bulu,
padat; kerontokan bulu, tidak rontok; kilapan bulu cukup mengkilap; sedang
penampilan bulu termasuk dalam kategori menarik. Pada kulit bagian dalam, masih
terdapat sisa lemak dan daging, ini disebabkan karena pada proses buang daging
alat yang digunakan adalah pisau kecil biasa bukan alat husus untuk pembersih daging/
lemak.
KESIMPULAN
Penyamakan
kulit bulu domba dengan bahan penyamak chromium B dapat dipakai untuk
memanfaatkan
limbah pemotongan domba yang dilakukan di Balitnak Bogor dan memiliki nilai ekonomis.
Diharapkan penyamakan sederhana ini dapat diterapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasyimi
S, Budi Santoso H .1996/1997. Pengaruh Variasi Pemakaian Garam dan Sellatan P
Terhadap Penyerapan Glutaraldehid Didalam Kulit. Majalah Barang Kulit, Karet
dan Plastik, Vol.XII No. 24. Hal 30 - 34.
Judoamidjoyo,
R.M. 1984. Teknik Penyamakan Kulit untuk pedesaan. PT Angkasa Bandung.
Purnama.R.D.2001.Teknik
Penyamakan Kulit Bulu Kelinci Rex Dengan Bahan Penyamak Khrom. Prosiding
Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Puslitbang Peternakan Bogor.
Sasanadharma.Y.
1992. Pengaruh Pengawetan Dan Metode Penyamakan Terhadap Sifat-sifat Kulit Samak
Bulu Kelinci Rex. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal
31-40
No comments:
Post a Comment