Monday, April 11, 2016

RINGKASAN PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK



PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE
KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING
PEMOTONGAN TERNAK
Arya Setiawan, Bayu Anke Mardian, Fadli Arsad, Indra Rahmana, Muhammad yazid, Sri Hidayati

ABSTRACT
Kulit mentah diantaranya kulit domba, merupakan hasil samping pada pemotongan ternak. Agar kulit ini dapat dimanfaatkan sehingga memiliki nilai jual, maka kulit mentah tersebut perlu mendapat perlakuan khusus. Penyamakan dengan bahan penyamak khromosol B dapat menghasilkan kulit bulu (fur) yang indah dan menarik, tahan terhadap kelembaban serta panas, tahan lama dan akan mudah diwarnai. Perlakuan pemanfaatan limbah kulit domba telah dikerjakan di Balitnak Bogor. Kulit mentah hasil pengulitan domba mati diawetkan dengan pengawet kering garam. Sebanyak 6 lembar disamak dengan bahan penyamak khrom berdasarkan metode penyamakan kulit bulu kelinci Rex yang telah dimodifikasi, sedang satu lembar kulit sebagai pembanding dikirim ke BBKKP Jogja untuk disamak. Kulit samak hasil pengerjaan di lab Balitnak Bogor, bila dinilai secara organoleptik dengan pembanding produk BBKKP, memang masih dibawah mutu, sehingga masih diperlukan peningkatan ketrampilan dalam memodifikasi formula bahan bahan kimia dan teknik pengerjaan.
Kata kunci : kulit bulu, penyamakan, khromosol B

PENDAHULUAN
Kulit bulu terutama kulit kambing atau domba merupakan hasil samping dari pemotongan hewan yang ada di rumah pemotongan hewan (RPH) maupun pemotongan diluar RPH. Hasil samping ini dapat dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pendapatan perkapita, maka kebutuhan barang barang dari kulit bulu juga meningkat, apalagi dengan semakin meningkatnya desain dan teknologi perkulitan dan keinginan kembali ke alam menjadikan barang kulit semakin banyak diminati (Hasyimi dkk, 1996/1997).

Materi
Menggunakan bahan penyamak khrom dengan merk dagang Chromosol B. Bahan pembantu yang digunakan ialah teepol, hypoclorit, soda abu, formalin, asam semut, asam sulfat, minyak sulfat, indikator Brom Cresol Green (BCG).
Alat yang dipergunakan ialah ember bertutup, baskom plastik besar, timbangan halus, timbangan kasar, pH meter, sarung tangan, kompor, termometer, gelas ukur.

Metode
Metode yang dipakai dalam proses penyamakan kulit bulu adalah dengan penyamak khrom yang bermerk dagang Chromosol B.
Penelitian kepadatan bulu dilakukan dengan meraba kepadatan bulu dengan kisaran skala 1 – 5. Kepadatan bulu dengan nilai 1 = tidak padat; 2 = kurang padat; 3 = cukup padat; 4 = padat, dan 5 = padat sekali.
Skor untuk kilapan bulu: 1= tidak mengkilap; 2= kurang mengkilap; 3= cukup mengkilap; 4 = mengkilap; 5 = sangat mengkilap. Penilaian penampilan fur dilakukan dengan memperhatikan penampilan fur secara keseluruhan meliputi kelemasan kulit, kepadatan bulu, kilapan bulu. Skor penampilan fur adalah: 1 = tidak menarik; 2 = kurang menarik; 3 = cukup menarik; 4 = menarik; 5 = sangat menarik.

Teknik Pengerjaan
Perhitungan pemakaian bahan kimia dan air pada setiap tahapan pengerjaan adalah sebagai berikut:
􀂃 Bobot kulit domba kering garam (6 lembar) =1080 gram
􀂃 Bobot kulit setelah perendaman (bobot bloting /BB) = 2300 gram

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan organoleptik terhadap kulit bulu hasil samak dilakukan secara simplo oleh tiga orang. Hasil samak kulit bulu domba dengan penyamak khrom yang dilakukan di Balitnak Bogor, secara organoleptik belum dapat menyamai hasil samak pembanding. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh adalah: kepadatan bulu, padat; kerontokan bulu, tidak rontok; kilapan bulu cukup mengkilap; sedang penampilan bulu termasuk dalam kategori menarik. Pada kulit bagian dalam, masih terdapat sisa lemak dan daging, ini disebabkan karena pada proses buang daging alat yang digunakan adalah pisau kecil biasa bukan alat husus untuk pembersih daging/ lemak.

KESIMPULAN
Penyamakan kulit bulu domba dengan bahan penyamak chromium B dapat dipakai untuk
memanfaatkan limbah pemotongan domba yang dilakukan di Balitnak Bogor dan memiliki nilai ekonomis. Diharapkan penyamakan sederhana ini dapat diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Hasyimi S, Budi Santoso H .1996/1997. Pengaruh Variasi Pemakaian Garam dan Sellatan P Terhadap Penyerapan Glutaraldehid Didalam Kulit. Majalah Barang Kulit, Karet dan Plastik, Vol.XII No. 24. Hal 30 - 34.

Judoamidjoyo, R.M. 1984. Teknik Penyamakan Kulit untuk pedesaan. PT Angkasa Bandung.

Purnama.R.D.2001.Teknik Penyamakan Kulit Bulu Kelinci Rex Dengan Bahan Penyamak Khrom. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Puslitbang Peternakan Bogor.

Sasanadharma.Y. 1992. Pengaruh Pengawetan Dan Metode Penyamakan Terhadap Sifat-sifat Kulit Samak Bulu Kelinci Rex. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal 31-40

No comments:

Post a Comment