Matakuliah : Infertilitas dan Strerilitas Dosen Pengampu : Zumarni Spt, MP
KELAINAN
ABORTUS PADA RUMINANSI
Oleh
:
Indra
Rahmana
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
20 1 5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
resume jurnal ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam kehidupan sehari hari.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Pekanbaru,
28 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................... i
Daftar
Isi.......................................................................................................... ii
BAB
1 Pendahuluan ...................................................................................... 1
BAB
2 Pembahasan
2.1. Gangguan atau Penyakit Kebuntungan............................................ 3
2.2. Teratologi.......................................................................................... 4
1) Abortus........................................................................................ 5
2) Macerasi Fetus............................................................................. 5
3) Mumitifikasi Fetus....................................................................... 6
4) Prolaps Vagina Servik.................................................................. 7
5) Torsi Uterus.................................................................................. 7
6) kebuntingan di Luar Kandang..................................................... 8
Daftar
Pustaka................................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah
negara yang memiliki potensi yang besar di bidang pertanian. Dalam sektor
pertanian, peran subsektor peternakan sangat penting sebagai pendukung
penyediaan protein hewani yang berasal dari ternak. Program ketahanan dan
keamanan pangan yang dilaksanakan pemerintah Indonesia saat ini telah dilakukan
melalui program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) yang telah
dicanangkan pada beberapa tahun yang lalu. Melalui PSDSK ini pemerintah
bertekad mewujudkan ketahanan pangan hewani yang berasal dari ternak berbasis
sumberdaya domestik khususnya ternak sapi potong.
Swasembada
daging sapi sudah lama didambakan oleh masyarakat agar ketergantungan terhadap
impor baik sapi bakalan maupun daging semakin menurun dengan mengembangkan
potensi dalam negeri. Berbagai hambatan muncul dalam program PSDSK ini yang
salah satunya adalah penyakit pada ternak sapi dan kerbau. Penyakit pada ternak
sapi dan kerbau dapat disebabkan oleh infeksi patogen seperti bakteri, virus,
parasit dan jamur, sedangkan penyebab yang non infeksi diantaranya adalah
pakan, genetik, lingkungan, kandang, dan pola pemeliharaan.
Usaha ternak
ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba memiliki potensi yang sangat
menjanjikan dengan melimpahnya sumber pakan berupa hijauan yang merupakan
kebutuhan utama ternak hewan ruminansia yang dapat diperoleh dengan sangat
mudah. Bagi peternak, hal yang tidak diinginkan dalam usaha berternak ternak
ruminansia adalah ternak tidak terjangkit suatu penyakit. Apabila ternak
terkena suatu penyakit tentu akan membutuhkan biaya tambahan dalam
pengobatannya. Faktor utama penyebab ternak terjangkit suatu penyakit yaitu
dari segi lingkungan, makanan dan minuman, serta cara peternak memelihara hewan
ternaknya yang dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung yang akan
mempengaruhi kehidupa ternaknya.
Penyakit pada
hewan ternak dapat dikategorikan sebagai penyakit yang menyerang hewan ternak
yang disebabkan oleh agen patogen seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Ada juga penyakit yang menyerang hewan ternak yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti senyawa beracun atau gangguan metabolisme. Penularan penyakit
dapat dibedakan juga dengan hanya menular antar hewan dan menular dari hewan ke
manusia (zoonosis).
Salah satu
penyakit yang disebabkan oleh jamur pada sapi/kerbau yang sering dijumpai atau
bahkan jarang terjadi di lingkungan masyarakat yaitu kegagalan reproduksi pada
sapi atau kerbau.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gangguan atau Penyakit Kebuntingan
Keberhasilan
suatu individu baru tergantung pada ada tidaknya gangguan atau kelainan selama
masa kebuntingan. Kelainan-kelainan atau gangguan dapat saja terjadi mulai dari
fertilisasi sampai menjelang kelahiran. Gangguan atau penyakit pada masa
kebuntingan dapat terjadi pada masa embrio (disebut kematian embrio dini), pada
masa fetus (menyebabkan Abortus, Mummifikasi fetus, Maserasi fetus dll) atau
menyebabkan kelainan perkembangan fetus.
Kematian
embrio dini pada hewan Sapi umumnya terjadi pada usia kebuntingan 8-6 hari,
Domba 9-15 hari, Babi 8-16 hari dan Kuda 30-36 hari. Gejalanya yang nampak
adalah kawin berulang atau siklus estrus yang panjang. Penyebabnya adalah :
1) Genetik:
inbreeding, kelainan kromosom,
2) Laktasi:
produksi susu tinggi,
3) Kualitas
semen yang jelek,
4) Infeksi,
5) Lingkungan
dan pakan,
Kelainan
perkembangan umumnya terjadi terjadi pada masa / periode tertentu, misalnya
pada ;
1. Periode
ovum : (0 - 14 hari kebuntingan)
1) Sangat
mudah dipengaruhi faktor 2 yang merugikan
2) Mutasi
genetik
2. Periode
embrio (14 - 35 hari kebuntingan), merupakan periode kritis karena;
1) Merupakan
periode pertumbuhan dan differensiasi organ yang dikontrol oleh beberapa gen
2) Jika
salah satu reaksi biokimia gagal/ tentunda menyebabkan kelainan, dapat karena
defect genetik, keturunan dan mutasi
3) Akibat
teratogen/ virus yang akan merusak perkembangan jaringan
3.
Periode Fetal : Palate,
cerebellum, urogenetal
2.2. Teratologi
Teratologi
adalah bagian embriologi dan patologi yang berhubungan dengan perkembangan
abnormal dan salah bentuk (malformasi) individu sebelum lahir. Kejadian
malformasi dapat terjadi pada periode ovum / embrio / fetus. Kejadian salah
bentuk yang hanya satu organ atau satu bagian tubuh disebut anomali, bila salah
bentuk terjadi secara menyeluruh disebut monster. Contoh malformasi karena
genetik yang bersifat letal/ semiletal pada sapi adalah;
1) Achondroplasia
/ kerdil
2) Hydrochepalus
3) Ichiyosis
congeneta
Malformasi
yang disebabkan karena non genetik misalnya karena faktor lingkungan disebut
teratogen. Kejadian ini paling peka pada periode embrio/ organogenesis. Contoh
teratogeniknya dapat karena defisiensi makanan, obat/ kimia, gangguan endokrin,
infeksi, radiasi dan karena ova yang menua.
Gangguan
atau penyakit selama kebuntingan yang paling sering menyerang ternak dapat
berupa;
1) Abortus
2) Maserasi
fetus
3) Mummifikasi
fetus
4) Kebuntingan
diluar kandungan
5) Torsi
uterus
6) Prolaps
vagina servik
7) Paraplegia
kebuntingan
1)
Abortus
Abortus
adalah pengeluaran fetus sebelum akhir kebuntingan dimana fetus belum sanggup
hidup
v Penyebab:
a) infeksi:
(bakterial, viral, protozoa, jamur)
b) non
infeksi: kimia, obat, keracunan, hormonal, nutrisi
v Faktor
penyebab abortus dapat menentukan derajat kerusakan plasenta, endometrium,
frekuensi retensi plasenta dan sterilitas post abortus
Abortus yang bersifat infeksius dapat dibedakan berdasarkan agen
penyebabnya, pada sapi yaitu:
a)
Bakteri : Bruselosis yang disebabkan oleh Brucella abortus, Leptospirosis yang
disebabkan oleh Leptospira, Vibriosis yang disebabkan oleh Vibrio
foetus veneralis.
b)
Virus : Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Epizootic
Bovine Abortion (EBA), Bovine
Viral Diarrhea (BVD)
Hampir semua abortus mikotik pada
sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60-80% disebabkan oleh
Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus
fumigatus. Jenis mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik
selebihnya. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5-16% dari semua abortus
pada sapi.
2)
Macerasi Fetus
Suatu
kondisi hewan bunting yang mengalami gangguan/ infeksi sehingga fetusnya mati,
hancur, cairannya diserap, yang tinggal hanya tulang belulang.
v Penyebab :
Trichomonas
fetus (sapi), bakteri dan jamur. Kejadiannya setiap periode kebuntingan.
v Gejala :
Dengan
perrektal teraba adanya tulang belulang dalam uterus
Sering
merejan, keluar exudat busuk, produksi susu turun
v Terapi :
Untuk mengeluarkan tulang-tulang fetus
sangat sulit dan biayanya mahal. Pertimbangan ekonomi sebaiknya dijual untuk
dipotong.
3)
Mummitikasi
Fetus
Suatu
kondisi hewan bunting yang mengalami gangguan sehingga fetusnya mati tanpa
pencemaran mikroorganisme, tidak diabortuskan, fetus mengalami autolisis,
terjadi penyerapan oleh uterus dan akhirnya mengeras seperti batu. Biasanya
terjadi pada umur kebuntingan 3 - 8 bulan, yang paling sering umur 4, 5, 6
bulan.
v Penyebab :
a) Kematian
fetus karena non infeksi, misal karena; Genetic, pelilitan atau penyempitan
tali pusat dan torsi uteri.
v Gejala :
Dengan
per-rektal teraba fetus yang mengeras seperti batu, adanya CLP, tidak ada
perkembangan fetus dan anestrus, anoreksia, sulit defekasi serta sering
merejan. Ada 2 tipe mummifikasi yaitu hematic (pada sapi), fetus nampak
coklat kemerahan dan lengket dan papyraceous (berminyak, kuda, anjing,
kucing dan babi) fetus yang mati terbungkus oleh selubung yang mengkilat
seperti minyak.
v
Terapi :
Pada sapi dan kuda:
injeksi 50 - 80 mg stilbestrol atau PGF2 alfa. Fetus akan keluar dalam waktu 32
- 72 jam kemudian.
4)
Prolaps Vagina
Servik
Meliputi
prolaps lantai dinding lateral dan sebagian vagina lewat vulva dengan servik
dan uterus tertarik ke belakang. Tidak jarang seluruh vagina dan servik
tertarik keluar melalui vulva. Kejadiannya tinggi pada sapi perah terutama
Hereford dan FH. Umumnya terjadi pada usia kebuntingan 2-3 bln terakhir.
v Penyebab :
Umumnya pada hewan yang selalu
dikandangkan, E tinggi atau karena tekanan intra-abdominal saat berbaring.
v Gejala :
Terlihat adanya prolaps. Pada kasus
ringan, yang prolaps masuk kembali setelah berdiri. Pada kasus parah, vagina
dan servik mengalami nekrosis, oedem dan emfisema.
v
Terapi :
Kembalikan organ yang prolap. Pada
kasus ringan, tempatkan pada kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi
dibagian belakang. Pada kasus berat, yang mengalami prolap dikembalikan ke
posisi semula dibawah anastesi epidural 5 -10 ml procain 2 %.
5)
Torsi Uterus
Merupakan
perputaran uterus pada porosnya (sumbu memanjang). Kejadiannya pada sapi perah
lebih sering dibanding sapi potong.
v Penyebab :
Struktur anatomic (predisposisi), akibat
gerakan sapi saat berbaring/ berdiri secara mendadak, karena kekurangan cairan
fetus, terjatuh, selalu dikandangkan, karena tonus uterus yang lemah dan gerakan
fetus berlebihan.
v Gejala :
Tidak tenang, menendang-nendang perut,
seperti gejala mau partus (merejan), pulsus dan frekuensi nafas meningkat.
Derajat torsi bisa 180, 180 - 240, 360 derajat.
v
Diagnosa :
Dengan pemeriksaan perrektal/
vagina akan teraba arah perputaran yaitu torsi kanan atau torsi kiri. Fetus
kadang sulit diraba atau mungkin posisi fetus dorso illial atau dorso pubic.
Yang berputar biasanya vagina, servik dan korpus uteri.
6)
Kebuntingan di
Luar Kandungan
Adalah
kebuntingan diluar uterus atau extra uterine pragnancy ditandai dengan
adanya perkembangan embrio diluar rongga uterus.
v Penyebab :
Adanya gangguan anatomi / fungsi
fisiologik (terutama oviduk/uterus)
v Macamnya :
a) Graviditas
ovarika : embrio berkembang dalam tenunan ovarium
b) Graviditas
tubana :embrio berkembang dan mengalami inpiantasi di dalam oviduk
c) Graviditas
abdominalis : kebutuntingan di rongga perut dan fetus mati
d) Graviditas
vaginalis : fetus berkembang dalam rongga vagina
DAFTAR
PUSTAKA
Robert, S.J., 1986. Veterinary
Obstetrics and Genital Desease (Thenogenology), 3nd ed., Edwards Brothers Inc.
Michigan.
Arthur, G.H. and Noakes, G., 1996.
Veterinary Reproduction and Obstetrics. 5th ed. Bailliere and Tindall, London
Morrow, D.A. 1980. Current Theraphy
in Thenogenology. Sounders Co. Philadelphia.
Hafez, E.S.E., 1993.
Reproduclon in Farm Animal. 6th Edition. Lea & Febiger. Philadelphia
No comments:
Post a Comment