Monday, May 2, 2016

KELAINAN ABORTUS PADA RUMINANSI



Matakuliah : Infertilitas dan Strerilitas         Dosen Pengampu : Zumarni Spt, MP

KELAINAN ABORTUS PADA RUMINANSI
Oleh :
Indra Rahmana







PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
20 1 5







KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas resume jurnal ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kehidupan sehari hari.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, 28 April 2015

Penyusun




DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................       i
Daftar Isi..........................................................................................................       ii
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................       1
BAB 2 Pembahasan
2.1. Gangguan atau Penyakit Kebuntungan............................................       3
2.2. Teratologi..........................................................................................       4
1) Abortus........................................................................................       5
2) Macerasi Fetus.............................................................................       5
3) Mumitifikasi Fetus.......................................................................       6
4) Prolaps Vagina Servik..................................................................       7
5) Torsi Uterus..................................................................................       7
6) kebuntingan di Luar Kandang.....................................................       8
Daftar Pustaka................................................................................................       9



BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi yang besar di bidang pertanian. Dalam sektor pertanian, peran subsektor peternakan sangat penting sebagai pendukung penyediaan protein hewani yang berasal dari ternak. Program ketahanan dan keamanan pangan yang dilaksanakan pemerintah Indonesia saat ini telah dilakukan melalui program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) yang telah dicanangkan pada beberapa tahun yang lalu. Melalui PSDSK ini pemerintah bertekad mewujudkan ketahanan pangan hewani yang berasal dari ternak berbasis sumberdaya domestik khususnya ternak sapi potong.
Swasembada daging sapi sudah lama didambakan oleh masyarakat agar ketergantungan terhadap impor baik sapi bakalan maupun daging semakin menurun dengan mengembangkan potensi dalam negeri. Berbagai hambatan muncul dalam program PSDSK ini yang salah satunya adalah penyakit pada ternak sapi dan kerbau. Penyakit pada ternak sapi dan kerbau dapat disebabkan oleh infeksi patogen seperti bakteri, virus, parasit dan jamur, sedangkan penyebab yang non infeksi diantaranya adalah pakan, genetik, lingkungan, kandang, dan pola pemeliharaan.
Usaha ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba memiliki potensi yang sangat menjanjikan dengan melimpahnya sumber pakan berupa hijauan yang merupakan kebutuhan utama ternak hewan ruminansia yang dapat diperoleh dengan sangat mudah. Bagi peternak, hal yang tidak diinginkan dalam usaha berternak ternak ruminansia adalah ternak tidak terjangkit suatu penyakit. Apabila ternak terkena suatu penyakit tentu akan membutuhkan biaya tambahan dalam pengobatannya. Faktor utama penyebab ternak terjangkit suatu penyakit yaitu dari segi lingkungan, makanan dan minuman, serta cara peternak memelihara hewan ternaknya yang dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung yang akan mempengaruhi kehidupa ternaknya.
Penyakit pada hewan ternak dapat dikategorikan sebagai penyakit yang menyerang hewan ternak yang disebabkan oleh agen patogen seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur. Ada juga penyakit yang menyerang hewan ternak yang disebabkan oleh agen infeksius seperti senyawa beracun atau gangguan metabolisme. Penularan penyakit dapat dibedakan juga dengan hanya menular antar hewan dan menular dari hewan ke manusia (zoonosis).
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur pada sapi/kerbau yang sering dijumpai atau bahkan jarang terjadi di lingkungan masyarakat yaitu kegagalan reproduksi pada sapi atau kerbau.




BAB II
PEMBAHASAN


2.1.      Gangguan atau Penyakit Kebuntingan
Keberhasilan suatu individu baru tergantung pada ada tidaknya gangguan atau kelainan selama masa kebuntingan. Kelainan-kelainan atau gangguan dapat saja terjadi mulai dari fertilisasi sampai menjelang kelahiran. Gangguan atau penyakit pada masa kebuntingan dapat terjadi pada masa embrio (disebut kematian embrio dini), pada masa fetus (menyebabkan Abortus, Mummifikasi fetus, Maserasi fetus dll) atau menyebabkan kelainan perkembangan fetus.
Kematian embrio dini pada hewan Sapi umumnya terjadi pada usia kebuntingan 8-6 hari, Domba 9-15 hari, Babi 8-16 hari dan Kuda 30-36 hari. Gejalanya yang nampak adalah kawin berulang atau siklus estrus yang panjang. Penyebabnya adalah :
1)      Genetik: inbreeding, kelainan kromosom,
2)      Laktasi: produksi susu tinggi,
3)      Kualitas semen yang jelek,
4)      Infeksi,
5)      Lingkungan dan pakan,
Kelainan perkembangan umumnya terjadi terjadi pada masa / periode tertentu, misalnya pada ;
1.      Periode ovum : (0 - 14 hari kebuntingan)
1)      Sangat mudah dipengaruhi faktor 2 yang merugikan
2)      Mutasi genetik
2.      Periode embrio (14 - 35 hari kebuntingan), merupakan periode kritis karena;
1)      Merupakan periode pertumbuhan dan differensiasi organ yang dikontrol oleh beberapa gen
2)      Jika salah satu reaksi biokimia gagal/ tentunda menyebabkan kelainan, dapat karena defect genetik, keturunan dan mutasi
3)      Akibat teratogen/ virus yang akan merusak perkembangan jaringan
3.     Periode Fetal : Palate, cerebellum, urogenetal

2.2.      Teratologi
Teratologi adalah bagian embriologi dan patologi yang berhubungan dengan perkembangan abnormal dan salah bentuk (malformasi) individu sebelum lahir. Kejadian malformasi dapat terjadi pada periode ovum / embrio / fetus. Kejadian salah bentuk yang hanya satu organ atau satu bagian tubuh disebut anomali, bila salah bentuk terjadi secara menyeluruh disebut monster. Contoh malformasi karena genetik yang bersifat letal/ semiletal pada sapi adalah;
1)      Achondroplasia / kerdil
2)      Hydrochepalus
3)      Ichiyosis congeneta

Malformasi yang disebabkan karena non genetik misalnya karena faktor lingkungan disebut teratogen. Kejadian ini paling peka pada periode embrio/ organogenesis. Contoh teratogeniknya dapat karena defisiensi makanan, obat/ kimia, gangguan endokrin, infeksi, radiasi dan karena ova yang menua.
Gangguan atau penyakit selama kebuntingan yang paling sering menyerang ternak dapat berupa;
1)      Abortus
2)      Maserasi fetus
3)      Mummifikasi fetus
4)      Kebuntingan diluar kandungan
5)      Torsi uterus
6)      Prolaps vagina servik
7)      Paraplegia kebuntingan



1)      Abortus
Abortus adalah pengeluaran fetus sebelum akhir kebuntingan dimana fetus belum sanggup hidup
v  Penyebab:
a)   infeksi: (bakterial, viral, protozoa, jamur)
b)   non infeksi: kimia, obat, keracunan, hormonal, nutrisi
v  Faktor penyebab abortus dapat menentukan derajat kerusakan plasenta, endometrium, frekuensi retensi plasenta dan sterilitas post abortus
Abortus yang bersifat infeksius dapat dibedakan berdasarkan agen penyebabnya, pada sapi yaitu:
a)      Bakteri            :  Bruselosis yang disebabkan oleh Brucella abortus, Leptospirosis yang disebabkan oleh Leptospira, Vibriosis yang disebabkan oleh Vibrio foetus veneralis.
b)      Virus               :  Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR), Epizootic Bovine Abortion (EBA), Bovine Viral Diarrhea (BVD)
c)      Jamur               :  Aspergillus spp.
d)     Protozoa          :  Trichomoniasis yang disebabkan oleh Trichomonas foetus.
            Hampir semua abortus mikotik pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60-80% disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus fumigatus. Jenis mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik selebihnya. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5-16% dari semua abortus pada sapi.
2)      Macerasi Fetus
Suatu kondisi hewan bunting yang mengalami gangguan/ infeksi sehingga fetusnya mati, hancur, cairannya diserap, yang tinggal hanya tulang belulang.
v  Penyebab         :
Trichomonas fetus (sapi), bakteri dan jamur. Kejadiannya setiap periode kebuntingan.

v  Gejala              :
Dengan perrektal teraba adanya tulang belulang dalam uterus
Sering merejan, keluar exudat busuk, produksi susu turun
v  Terapi              :
Untuk mengeluarkan tulang-tulang fetus sangat sulit dan biayanya mahal. Pertimbangan ekonomi sebaiknya dijual untuk dipotong.

3)      Mummitikasi Fetus
Suatu kondisi hewan bunting yang mengalami gangguan sehingga fetusnya mati tanpa pencemaran mikroorganisme, tidak diabortuskan, fetus mengalami autolisis, terjadi penyerapan oleh uterus dan akhirnya mengeras seperti batu. Biasanya terjadi pada umur kebuntingan 3 - 8 bulan, yang paling sering umur 4, 5, 6 bulan.

v  Penyebab         : 
a)      Kematian fetus karena non infeksi, misal karena; Genetic, pelilitan atau penyempitan tali pusat dan torsi uteri.
v  Gejala              :
Dengan per-rektal teraba fetus yang mengeras seperti batu, adanya CLP, tidak ada perkembangan fetus dan anestrus, anoreksia, sulit defekasi serta sering merejan. Ada 2 tipe mummifikasi yaitu hematic (pada sapi), fetus nampak coklat kemerahan dan lengket dan papyraceous (berminyak, kuda, anjing, kucing dan babi) fetus yang mati terbungkus oleh selubung yang mengkilat seperti minyak.
v Terapi              :
Pada sapi dan kuda: injeksi 50 - 80 mg stilbestrol atau PGF2 alfa. Fetus akan keluar dalam waktu 32 - 72 jam kemudian.
4)      Prolaps Vagina Servik
Meliputi prolaps lantai dinding lateral dan sebagian vagina lewat vulva dengan servik dan uterus tertarik ke belakang. Tidak jarang seluruh vagina dan servik tertarik keluar melalui vulva. Kejadiannya tinggi pada sapi perah terutama Hereford dan FH. Umumnya terjadi pada usia kebuntingan 2-3 bln terakhir.
v  Penyebab         : Umumnya pada hewan yang selalu dikandangkan, E tinggi atau karena tekanan intra-abdominal saat berbaring.
v  Gejala              : Terlihat adanya prolaps. Pada kasus ringan, yang prolaps masuk kembali setelah berdiri. Pada kasus parah, vagina dan servik mengalami nekrosis, oedem dan emfisema.
v Terapi              : Kembalikan organ yang prolap. Pada kasus ringan, tempatkan pada kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi dibagian belakang. Pada kasus berat, yang mengalami prolap dikembalikan ke posisi semula dibawah anastesi epidural 5 -10 ml procain 2 %.
5)      Torsi Uterus
Merupakan perputaran uterus pada porosnya (sumbu memanjang). Kejadiannya pada sapi perah lebih sering dibanding sapi potong.
v  Penyebab         : Struktur anatomic (predisposisi), akibat gerakan sapi saat berbaring/ berdiri secara mendadak, karena kekurangan cairan fetus, terjatuh, selalu dikandangkan, karena tonus uterus yang lemah dan gerakan fetus berlebihan.
v  Gejala              : Tidak tenang, menendang-nendang perut, seperti gejala mau partus (merejan), pulsus dan frekuensi nafas meningkat. Derajat torsi bisa 180, 180 - 240, 360 derajat.
v Diagnosa         : Dengan pemeriksaan perrektal/ vagina akan teraba arah perputaran yaitu torsi kanan atau torsi kiri. Fetus kadang sulit diraba atau mungkin posisi fetus dorso illial atau dorso pubic. Yang berputar biasanya vagina, servik dan korpus uteri.
6)      Kebuntingan di Luar Kandungan
Adalah kebuntingan diluar uterus atau extra uterine pragnancy ditandai dengan adanya perkembangan embrio diluar rongga uterus.
v  Penyebab         : Adanya gangguan anatomi / fungsi fisiologik (terutama oviduk/uterus)
v  Macamnya       :
a)      Graviditas ovarika : embrio berkembang dalam tenunan ovarium
b)      Graviditas tubana :embrio berkembang dan mengalami inpiantasi di dalam oviduk
c)      Graviditas abdominalis : kebutuntingan di rongga perut dan fetus mati
d)     Graviditas vaginalis : fetus berkembang dalam rongga vagina






DAFTAR PUSTAKA

Robert, S.J., 1986. Veterinary Obstetrics and Genital Desease (Thenogenology), 3nd ed., Edwards Brothers Inc. Michigan.
Arthur, G.H. and Noakes, G., 1996. Veterinary Reproduction and Obstetrics. 5th ed. Bailliere and Tindall, London
Morrow, D.A. 1980. Current Theraphy in Thenogenology. Sounders Co. Philadelphia.
Hafez, E.S.E., 1993. Reproduclon in Farm Animal. 6th Edition. Lea & Febiger. Philadelphia

No comments:

Post a Comment