Saturday, May 21, 2016

resume jurnal pengencer sapi

Mata Kuliah : Bioteknologi Reproduksi                                      Dosen : Pajri Anwar

PERBANDINGAN PEMBUATAN SEMEN SAPI SIMENTAL DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING SERTA PEMBEKUAN SEMEN MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN GLISEROL

 
OLEH :

INDRA RAHMANA
11281100520
PETERNAKAN VI.A



PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
20 1 5

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas resume jurnal ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kehidupan sehari hari.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, 19 April 2015

Penyusun
Indra Rahmana



DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii

Jurnal        1
Viabilitas Semen Sapi Simental Yang Dibekukan Menggunakan Krioprotektan
Gliserol      ........................................................................................................................ 172 - 179

Jurnal        2
Analisis Kualitas Semen Beku Sapi Simmental Menggunakan Pengencer Andromed®
Dengan Variasi Waktu Pre Freezing................................................................................. 8 - 15


Jurnal        3
Keberhasilan Penggunaan Tiga Pengencer Dalam Dua Jenis Kemasan Pada Proses
 Pembekuan Semen Sapi Frisien Holstein......................................................................... 1 -11


Resume dari 3 jurnal
Perbandingan Pembuatan Semen Beku Dengan Menggunakan Krioprotektan Gliserol,
 Pengencer Andromed, Serta Penggunaan Tiga Pengencer Dalam Dua Jenis Kemasan
 Pada Proses Pembekuan Semen Sapi............................................................................... 1 – 7


DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 7




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Sapi Simmental merupakan salah satu bangsa sapi potong yang mempunyai pertumbuhan cepat. Sapi jenis ini merupakan sapi dwiguna, yaitu sapi yang menghasilkan susu dan daging. Secara morfologi, Sapi Simmental memiliki ciri fisik tidak berpunuk dan tidak bergelambir. Warna bulunya cokelat kemerahan (merah bata). Bagian wajah dan lutut ke bawah sampai ujung ekor berwarna putih. Betina dewasa dapat mencapai 800 kg, sedangkan pejantan dewasa mencapai berat sekitar 1150 kg. Berdasarkan keunggulan tersebut, banyak peternak di Indonesia yang memelihara Sapi Simmental untuk memenuhi tingginya kebutuhan daging sapi untuk masyarakat. Bibit Sapi Simmental yang unggul dapat diperoleh dengan melakukan program pemuliabiakan ternak melalui Inseminasi Buatan (IB).
IB adalah suatu proses mengawinkan ternak dengan cara buatan yang melibatkan prosedur kompleks dan petugas pelaksana yang terlatih. Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan program IB yaitu mutu semen beku sapi. Oleh sebab itu, mutu semen beku harus selalu terjaga agar fertilitasnya tetap baik. Semen beku yang berkualitas baik mempunyai persentase motilitas dan spermatozoa hidup yang tinggi. Namun, terdapat banyak faktor yang dapat menurunkan kualitas semen mulai dari proses pengolahan, penyimpanan dalam kontainer, dan distribusi semen beku itu sendiri.
Masalah yang sering menyebabkan penurunan kualitas semen adalah pada proses pengolahan terutama pada tahap pembekuan. Pembekuan merupakan suatu fenomena pengeringan fisik. Pada pembekuan semen dimana terbentuk kristal-kristal es, terjadi penumpukan elektrolit dan bahan terlarut lainnya di dalam larutan atau di dalam sel. Kristal sel intraseluler dapat merusak sperma secara mekanik. Konsentrasi elektrolit yang berlebihan akan melarutkan selubung lipoprotein dinding sel sperma dan pada waktu thawing, permebialitas membran sel akan berubah dan menyebabkan kematian sel (Toelihere, 1993). Prinsip pembekuan semen itu sendiri adalah dapat mempertahankan kelangsungan hidup sperma dalam jangka waktu yang lama (long term preservation).
Prinsip pengenceran semen bertujuan untuk menambah volume semen dari setiap ejakulasi dan memberi zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan daya tahan hidup dan fertilitas sperma. Selain itu, pengenceran juga dapat memberi perlindungan terhadap sperma dari terjadinya kejutan dingin (cold shock), mencegah tumbuhnya kuman dan juga sebagai penyanggah dalam menjaga kestabilan pH (Toelihere, 1993) disamping itu pengencer harus mempunyai sifat-sifat seperti plasma semen yaitu harus dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan sperma tahan terhadap kondisi buatan yang berhubungan dengan penyimpanan. Kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup lebih lama di dalam suatu medium pengencer sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimiawi pengencer yang digunakan. Beberapa bahan pengencer yang biasa atau umum digunakan adalah tris, kuning telur, susu skim atau air kelapa.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1.      Kualitas Semen Sapi Simental Dengan Menggunakan Pengencer Andromed Dengan Variasi Waktu Pre Freezing
Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 waktu pre feezing, yaitu 5 menit; 6 menit; 7 menit; 8 menit; dan 9 menit, dengan 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 5% dan atau 1% serta dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal pada taraf 1% untuk perlakuan yang berbeda nyata terhadap peubah yang diukur.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menampung semen dari pejantan Sapi Simmental menggunakan vagina buatan (artificial vagina), selanjutnya dilakukan evaluasi semen segar secara makroskopis (volume, konsistensi, warna, bau) dan mikroskopis (gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi). Semen segar yang memenuhi syarat kemudian diencerkan dengan pengencer Andromed® secara merata.
Selanjutnya dilakukan ekuilibrasi terhadap semen yang telah diencerkan. Pemeriksaan post ekuilibrasi dilakukan setelah ekuilibrasi selesai. Semen yang memenuhi standar akan dilanjutkan proses filling, sealing, dan printing. Langkah selanjutnya yaitu melaksanakan sampling terhadap straw berisi semen sapi Simmental yang akan dibekukan. Sampel dibagi sesuai perlakuan waktu pre freezing yang direncanakan.
Proses pre freezing dilakukan dengan cara meletakkan straw yang berisi semen cair di atas rak hitung kemudian ditempatkan pada 4 cm di atas permukaan N2 cair dalam box freezing (panjang 43 cm dan lebar 27 cm). Volume N2 cair yang digunakan yaitu 7,5 liter. Proses pre freezing ini dilakukan sesuai perlakuan waktu yang diberikan yaitu 5 menit, 6 menit, 7 menit, 8 menit, dan 9 menit. Pemeriksaan setelah pre freezing dilakukan setelah prosespre freezing selesai.
Tahapan terakhir pada proses pembuatan semen beku yaitu pembekuan. Pembekuan dilakukan dengan cara mencelupkan straw berisi semen cair ke dalam N2 cair sampai terendam. Setelah pembekuan selesai, dilanjutkan dengan pemeriksaan post thawing motility. Pengumpulan data dilakukan pada setiap pemeriksaan kualitas.
Tabel 1. Hasil evaluasi kualitas semen segar
Parameter
Nilai
Makroskopis
Volume (ml)
Warna
Bau
Konsistensi

7
Krem
Khas
Kental
Mikroskopis
Konsentrasi (106/ml)
Gerakan Massa
Motilitas (%)
Spermatozoa hidup (%)

1850
+++
75
89,77

Dalam penelitian ini, penilaian kualitas semen setelah ekuilibrasi meliputi: persentase motilitas spermatozoa dan persentase spermatozoa hidup. Data hasil pengamatan terhadap motilitas dan persentase spermatozoa hidup setelah ekuilibrasi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kualitas semen Sapi Simmental setelah ekuilibrasi
Parameter Kualitas
Nilai
Motilitas (%)
Spermatozoa hidup (%)
50
87,11

Menurut Sugiarti et al. (2004), proses pendinginan pada suhu 5°C akan menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa akibat adanya asam laktat sisa metabolisme sel yang menyebabkan kondisi medium menjadi semakin asam karena penurunan pH. Kondisi ini dapat bersifat racun bagi spermatozoa yang akhirnya menyebabkan kematian spermatozoa.
Persentase spermatozoa hidup pada semen yang telah diencerkan menggunakan media pengencer Andromed® dan didinginkan pada suhu 5°C adalah 87,11% (Tabel 2). Persentase spermatozoa hidup pada penelitian ini dapat dikatakan baik karena sesuai dengan pendapat Toelihere (1993) yang mengatakan bahwa semen yang baik memiliki persentase viabilitas lebih dari 50%. Tingginya persentase spermatozoa hidup pada penelitian ini disebabkan karena masih tersedianya sumber energi yang dibutuhkan spermatozoa dan tekanan osmotik yang masih isotonis sehingga dapat menjaga ketahanan hidup spermatozoa.
Persentase spermatozoa hidup yang tinggi disebabkan oleh peran serta media pengencer yang digunakan. Menurut Minitub (2001), bahan pengencer Andromed® memiliki komposisi kimia yang tersusun dari beberapa bahan yang dibutuhkan oleh spermatozoa selama proses pembekuan, diantaranya natrium dan kalium. Kedua bahan tersebut berperan dalam menjaga integritas fungsional membran plasma spermatozoa. Kalium juga perperan dalam menginduksi motilitas dan hiperaktivasi spermatozoa, serta dapat memengaruhi daya tahan hidup spermatozoa.

2.2.      Variasi Waktu Pre Freezing Terhadap Persentase Motilitas Spermatozoa setelah Pre Freezing
Tabel 3. Rataan persentase motilitas spermatozoa semen beku Sapi Simmental setelah pre freezing
Ulangan
Waktu Pre Freezing (Menit)
5
6
7
8
9
1
2
3
4
50
50
40
50
45
50
50
50
50
50
45
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Rataan
47,5
48,75
48,75
50
50

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi waktu pre freezing tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase motilitas spermatozoa setelah pre freezing. Persentase motilitas spermatozoa setelah pre freezing berkisar antara 40 50%. Perbedaan waktu pre freezing selama 5 9 menit tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap persentase motilitas spermatozoa, hal tersebut disebabkan karena pada proses pre freezing ini spermatozoa sedang beradaptasi dengan penurunan suhu sebelum nantinya dibekukan dalam N2 cair dengan suhu -196oC. Pendinginan dari 5oC ke -15oC dalam waktu 5 9 menit dengan kecepatan 1 sampai 3 derajat per menit menyebabkan kualitas spermatozoa menurun karena spermatozoa sapi banyak mengalami penurunan pada suhu kritik antara -1,5oC dan -30oC, rata-rata pada suhu -17oC.
2.2.      Variasi Waktu Pre Freezing Terhadap Motilitas Spermatozoa setelah Thawing
Tabel 4. Rataan persentase motilitas spermatozoa semen beku Sapi Simmental setelah thawing
Ulangan
Waktu Pre Freezing (Menit)
5
6
7
8
9
1
2
3
4
10
10
10
10
10
20
25
10
10
20
20
20
30
30
30
30
40
40
40
40
Rataan
10
16,25
17,
30
40

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi waktu pre freezing berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase motilitas spermatozoa setelah thawing. Hasil uji polinomial ortogonal juga menunjukkan bahwa variasi waktu pre freezing berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase motilitas spermatozoa setelah thawing.
Rata-rata persentase motilitas spermatozoa tertinggi yaitu 40% diperoleh dari perlakuan waktu pre freezing selama 9 menit. Hasil tersebut lebih rendah apabila dibandingkan penelitian Samsudewa dan Suryawijaya (2008) yaitu 45% pada motilitas spermatozoa Sapi Simmental.
Pre freezing selama 5 − 8 menit tidak memberikan nilai persentase motilitas spermatozoa yang lebih baik dibandingkan dengan 9 menit, hal ini disebabkan karena spermatozoa banyak mengalami kematian akibat penurunan suhu yang terlalu cepat. Kurangnya waktu adaptasi spermatozoa terhadap suhu dingin sebelum dimasukkan ke
dalam N2 cair (-196oC) menyebabkan spermatozoa banyak mengalami kerusakan akibat cold shock dan perubahan-perubahan intraseluler yang berkaitan dengan pembentukan kristal-kristal es. Sementara itu, perlakuan waktu pre freezing selama 9 menit memberikan kesempatan yang lebih lama bagi spermatozoa untuk melakukan adaptasi terhadap penurunan suhu pada proses pre freezing sehingga dapat meminimalkan kerusakan-kerusakan tersebut.
Menurut Toelihere (1993), kristalkristal es yang terbentuk saat proses pembekuan semen dapat merusak spermatozoa. Konsentrasi elektrolit yang berlebihan akan melarutkan selubung lipoprotein pada dinding sel spermatozoa sehingga permeabilitas membran sel akan berubah dan menyebabkan kematian sel. Kerusakan membran plasma spermatozoa pada saat proses pembekuan semen juga terjadi akibat terbentuknya peroksidasi lipid. Membran plasma spermatozoa banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang sangat rentan terhadap kerusakan peroksidasi tersebut (Maxwell dan Watson, 1996). Rusaknya membran plasma dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan tekanan osmotik di dalam maupun di luar sel.
Masalah pembekuan ini sebagian dapat diatasi dengan menggunakan zat-zat pelindung yang tersedia di dalam media pengencer Andromed® dan penurunan suhu secara gradual. Kandungan gliserol dalam media pengencer Andromed® dapat membantu spermatozoa bertahan terhadap penurunan suhu sehingga akan mengurangi kerusakan spermatozoa akibat cold shock.
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4), proses pre freezing selama 9 menit memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas semen beku Sapi Simmental yang menggunakan pengencer Andromed® sehingga semen bekuyang dihasilkan memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam inseminasi buatan yaitu mempunyai persentase motilitas post thawing sebesar 40%. Menurut Garner dan Hafez (2000), syarat minimal motilitas individu sperma post thawing agar dapat dipergunakan dalam inseminasi buatan adalah 40%
2.3.      Variasi Waktu Pre Freezing Terhadap Persentase Spermatozoa Hidup setelah Pre Freezing
Tabel. 5 Rataan persentase spermatozoa hidup setelah pre freezing
Ulangan
Waktu Pre Freezing (Menit)
5
6
7
8
9
1
2
3
4
61,86
63,73
43,52
55,56
60,44
58,75
48,65
55,46
48,48
58,49
57,14
58,96
59,23
56,59
56,52
57,28
56,00
60,00
59,32
57,35
Rataan
56,17
55,83
55,77
57,41
58,17

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi waktu pre freezing tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase spermatozoa hidup setelah pre freezing. Persentase spermatozoa hidup setelah pre freezing masih baik meskipun mengalami penurunan. Penurunan persentase spermatozoa hidup setelah pre freezing disebabkan oleh terjadinya cold shock dan kerusakan membran spermatozoa akibat dari pembentukan kristal-kristal es yang menimbulkan perbedaan tekanan osmotik di luar dan di dalam sel sehingga akan meningkatkan angka kematian. Samsudewa (2006) menyatakan bahwa peningkatan tekanan osmotik pada plasma semen dapat menurunkan permeabilitas membran spermatozoa dan meningkatkan kerusakan membran. Kerusakan membran yang terjadi dapat menyebabkan kematian spermatozoa.




2.4.      Variasi Waktu Pre Freezing Terhadap Persentase Spermatozoa Hidup setelah Thawing
Tabel 6. Rataan persentase spermatozoa hidup setelah thawing
Ulangan
Waktu Pre Freezing (Menit)
5
6
7
8
9
1
2
3
4
16,85
17,76
16,67
17,31
19,28
33,68
28,21
20,48
17,58
27,96
29,76
28,57
36,59
39,24
40,22
40,63
48,25
50,52
52,22
51,96
Rataan
17,15
25,41
25,97
39,17
50,74

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa variasi waktu pre freezing berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase spermatozoa hidup setelah thawing. Hasil uji polinomial ortogonal juga menunjukkan bahwa variasi waktu pre freezing berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase spermatozoa hidup setelah thawing.
Persentase spermatozoa hidup setelah thawing berkisar antara 16,67 52,22%. Rata-rata persentase spermatozoa hidup tertinggi yaitu 50,74% diperoleh pada perlakuan waktu prefreezing selama 9 menit dan terendah 17,15% diperoleh pada perlakuan waktu pre freezing selama 5 menit.


No comments:

Post a Comment